Berpikir untuk berubah

22.8K 3.9K 555
                                    







•••

" Can i do the best? "
Jungwoo

•••














Jungwoo hanya menundukkan dirinya menatap petakan-petakan teras tanpa rasa bersalah. Kadang kala ia mencoba menghitungnya sampai ujung pintu. Mengabaikan omelan dari sang ibu dan juga kakak perempuannya.

Ketika telinganya makin lama makin terasa panas. Jungwoo akan fokus kembali menghitung petakan-petakan teras dari awal.

" Kamu denger kakak kan, Woo? ", kata kakak perempuannya, Kak Jisoo.

" Iya denger kok", jawabnya. Lalu kembali menghitung petakan-petakan teras.

" Udah Bun. Abis lulus Pesantrenin aja. Makanya Bun dulu aku tuh ga suka kalo Jungwoo masuk stm. Liatkan kelakuannya makin parah", kata kakaknya lagi.

" Parah gimana sih? Jungwoo ga sampe ngehamilin cewekan", balas Jungwoo asal.

" Astagfirullah, Woo. Kamu tuh ngomong apaan sih", kata Bundanya.

" Sekolah yang bener. Bentar lagikan mau lulus. Kurangin bolosnya. Kamu nanti mau jadi apa sih", kata Bundanya lagi sambil memegang kepalanya karena pusing.

" Kaya kak Taeyonglah, Bun. Dulu kak Taeyong juga nakal. Parah dari Jungwoo malah", kata Jungwoo.

Jisoo menggelengkan kepalanya. Selalu seperti ini akhirnya. Jungwoo akan membawa-bawa nama kakak iparnya. Taeyong memang menjadi panutan Jungwoo.

Suara ketokan pintu terdengar dari arah depan. Biar Jungwoo tebak, pasti ayahnya. Buru-buru Jungwoo masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu rapat-rapat sebelum kena amukan sang ayah.

Sampai di kamarnya Jungwoo berbaring di kasurnya. Memikirkan kenakalannya akhir-akhir ini. Memang seperti itu adanya. Semakin Jungwoo naik tingkat, semakin naik pula tingkat kenakalannya.

Dulu sewaktu kelas sepuluh, Jungwoo tak berani sekalipun untuk merokok ataupun mencoba minum alkohol. Namun, rasa penasarannya semakin lama semakin membesar. Berawal ia mencoba merokok sampai di kelas dua belas ia mencoba minum alkohol.

" Kalo gue udah lulus, nakal gue gimana lagi", tanyanya dalam hati.

" Idih. Amit-amit gue nanti nyoba barang haram gitu", katanya lagi.

Setelah berpikir panjang, adzan isya berkumandang. Buru-buru Jungwoo mengambil air wudhu untuk menunaikan ibadah sholat isya.

Kalau dipikir-pikir ini langkah awal jika ia ingin berubah. Selama ini Jungwoo melalaikan waktu sholat. Apalagi sholat subuh. Ia tak bisa bangun pagi. Berulangkali Bundanya membangunkannya. Namun tetap saja.

" Astagfirullah. Jadi selama ini gue nakal banget apa ya", kata Jungwoo.

Ketika mengambil peci-nya di dekat meja belajarnya. Tanpa sengaja Jungwoo menjatuhkan tumpukan kertas milik Lami, adiknya. Memang biasanya Lami sering memintanya membantu untuk mengerjakan tugasnya.

Nampaknya matanya menangkap sebuah kalimat yang menyejukan hatinya. Kalimat tersebut adalah " dekati dulu penciptanya. Baru ciptaannya".

" Lami pengen hijrah apa ya? ", tanyanya dalam hati.

Mungkin malam ini Jungwoo akan menjadi orang baik pada umumnya. Entah besok atau lusa akankah ia kembali menjadi sosok Jungwoo sebelumnya. Namun yang pasti dalam hati kecilnya, tak apa besok Jungwoo kembali kepada sosok yang nakal, suka membolos, merokok, tawuran dan sebagainya.

Tapi Jungwoo harap, ia tak lagi meninggalkan waktu sholatnya. Dengan selalu ingat waktu sholat, bisa saja kebiasaan buruknya makin lama makin terkikis.











ANAK STM || Jungwoo √Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon