Prolog

209 21 20
                                    

Shafiya tengah duduk di salah satu meja kantin. Duduk bersandar dengan mata yang terarah ke ponselnya.

"Shasa," terdengar teriakan dari arah luar kantin. Shafiya menoleh lalu melambaikan tangan kepada sahabat nya itu.

Fauzan Suryana -biasa dipanggil Ojan adalah sahabat Shafiya dari kelas 10- berjalan mendekati meja Shafiya.

"Kamu sendirian?" Tanya Fauzan.

Shafiya hanya mengangguk, ia sedang menikmati batagor pesanannya yang baru saja datang.

"Shilla kemana? Ko gak bareng?."

Shafiya menelan batagor yang ada di mulut nya, meminum air mineralnya. Lalu menjawab "kak Shilla ada tugas yang harus dikumpulin setelah istirahat."

Fauzan hanya ber-oh ria

"Kamu gak makan?," tanya Shafiya

"Aku gak laper."

Shafiya menganggukkan kepalanya mengerti, ia melanjutkan makan batagornya.

Fauzan menatap lekat bola mata coklat milik Shafiya. Shafiya yang ditatap seperti itu menjadi salting.

"Kenapa liatin akunya kaya gitu?."

"Cantik." guman Fauzan sangat pelan Shafiya pun tidak mendengarnya.

Fauzan tersenyum masih menatap Shafiya "Sha, aku mau jujur"

Shafiya menyudahkan makannya "Mm a-apa?,"

"Aku suka sama Shilla."

Deg.. bagai tertimpa beton hati Shafiya sangat sakit. Shafiya menunduk menatap ujung sepatu putihnya, ia diam tidak merespon.

Fauzan masih menatap Shafiya "kok kamu diem sih?."

"Kamu mau kan bantuin aku supaya bisa deket sama Shilla," lanjut Fauzan.

Shafiya menelan ludah nya sendiri, jantungnya berdegup cepat, ia gugup sekaligus bingung harus bicara apa.

"Sha," panggil Fauzan.

Sasha menetralkan detak jantung nya lalu mengangguk.

"Jadi, kamu mau bantu aku?,"

"Iya." Shafiya memaksakan senyumannya.

Fauzan tersenyum senang "makasih Sha, kamu adalah sahabat terbaik aku" mengacak-acak rambut Shafiya lalu pergi.

Shafiya merasakan sesak didadanya . Tanpa intruksi air matanya menetes. Shafiya buru-buru menghapus nya, Ia tidak mau ada orang lain yang melihat nya sedang menangis. Shafiya benar benar sedih orang yang dicintainya malah mencintai kembarannya -Ashilla-.

Ia harus merelakan Fauzan untuk kakaknya, demi kebahagiaan keduanya.

***
Ashilla sedang berada di kelasnya, ia sedang sibuk mengerjakan tugas nya. Tadinya ia mau pergi ke kantin bersama dengan Shafiya tapi karena tugasnya dikumpulkan setelah istirahat, ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantin.

"Shilla Shilla. Gue bingung deh sama lo. Kenapa sih lo tuh selalu lupa ngerjain tugas sekolah lo? Padahal adik lo pinter," ujar teman sebangku Ashilla.

Ashilla memutar bola matanya malas. Ia pusing mendengar ocehan teman nya itu, Ashilla selalu di banding-bandingkan dengan Shafiya. Menurut Ashilla walaupun mereka kembar tetapi tidak seharusnya semua kepribadian mereka sama kan? Toh wajah mereka pun gak mirip, hanya bola matanya saja sama-sama coklat.

"Terus kenapa emang nya kalo adik gue pinter?." Tanya Ashilla

"Ya kenapa lo ga minta tolong sama dia buat ngerjain tugas lo? Seharusnya lo manfaatin adik lo yang pinter itu,"

Ashilla menggebrak mejanya menatap tajam Marisa -teman sebangkunya itu- semua mata tertuju kepada mereka berdua, kebetulan dikelas memang sedang ramai karena 5 menit yang lalu bel istirahat selesai sudah berbunyi.

"Maksud lo apa?!" Bentak Ashilla.

Marisa diam ketakutan, Ashilla kalau sudah marah pasti seperti singa betina yang sedang lapar. Apalagi marahnya dia berkaitan dengan keluarganya.

"Lo denger ya Ca," menunjuk Marisa "Walaupun adik gue pinter, gue gak akan pernah manfaatin dia. Otak gue masih waras Ca." Jelas Ashilla.

Dikta dan teman-temannya datang masuk kedalam kelas. Dikta langsung menghampiri Ashilla untuk menenangkan nya.

Dikta menarik tangan Ashilla "udah Shill jangan emosi."

Ashilla melepaskan tangan nya dari genggaman Dikta. Berjalan keluar kelas melewati Marisa dan menabrak bahunya. Di depan pintu Ashilla berpapasan dengan Radit sahabat Ashilla dan Dikta sekaligus pacarnya Marisa, ia berhenti di hadapan Radit.

"Gue gak akan semarah ini kalo bukan cewek lo yang mulai" ujar Ashilla.

Radit hanya mengangguk mengerti. Ashilla pun langsung pergi hari ini ia akan bolos pelajaran Bu Metta Padahal dia sampai rela tidak ke kantin demi mengerjakan tugasnya Bu Metta.

Ashilla sangat sayang kepada keluarganya, makanya jika ada yang mengusik keluarganya dia pasti akan marah.

Ashilla duduk di bangku taman belakang, karena hanya tempat ini yang aman untuk ia bolos. Tidak akan ada guru yang lewat karena letaknya dekat gudang penyimpanan barang yang sudah rusak tidak terpakai.

Sekarang Ashilla hanya perlu menenangkan fikiran nya. Dia hanya terbawa emosi makanya seperti itu. Dia tidak memikirkan Marisa, toh nanti juga akan berbaikan dengan sendirinya. Mereka berdua memang sering bertengkar seperti ini tapi tidak akan lama.

"Gue boleh nemenin lo bolos?."

***

Yeay!! Alhamdulillah ini adalah cerita pertamaku . Seneng akhirnya bisa upload setelah mengalami rintangan yang amat rumit *lebay* . Semoga kalian suka sama cerita pertamaku.

IG: devibrevia2612

Terimakasih sudah membaca❤
Jangan lupa Vote dan comment😍
Awas banyak typo

Salam sayang,

Dev jodoh Iqbaal satu-satunya😚

My TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang