9

1K 53 18
                                    

Happy reading😘
----------+++

Ama merapikan pakaiannya, ia berjalan ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama Aery. Ama duduk di seberang Aery sehingga ia berhadapan langsung dengan putrinya itu. Ia mengolesi rotinya dengan cepat lalu menyantap roti itu dan menyeruput kopi panas buatan bi Supiak yang sangat ia sukai dibandingkan kopi yang ada di cafe-cafe.

Ama mengambil ponselnya, mengecek jadwalnya hari ini apakah ada meeting atau tidak. Saat sedang fokus pada melihat jadwal, Ama mendapat telfon dari seseorang sehingga ia terburu-buru sarapan dan langsung pergi tanpa ucapan apapun pada Aery atau mencium puncak kepala Aery.

"Aku punya segalanya, tapi keluargaku tidak memiliki waktu sama lain untuk bersama," gumam Aery dalam hatinya.

Aery meneguk susu panasnya, lalu pergi ke sekolah yang diantar oleh pak Buyuang. Di dalam mobil ia teringat pada olimpiade yang sengaja Aery tinggalkan kemaren, semua orang di sekolah pasti sangat kecewa padanya terutama bapak kepala sekolah yang telah menunggunya di sana. Walaupun tahu ia akan mendapat masalah tapi Aery bersikap biasa saja.

Kringgg

Aery melambaikan tangannya pada pak Buyuang lalu memasuki gerbang dan berjalan menuju kelasnya.

"Aery," teriak pak Ijep yang tengah berdiri di depan pintu ruang kepala sekolah.

Ia mengangguk dan mengubah haluan ke ruang kepala sekolah yang dari jauh sudah terdengar suara keributan di dalamnya. Aery bisa menebak kalau ini pasti masalah olimpiade kemaren dan sepertinya ia akan menghabiskan waktu mendengar omelan dari guru satu persatu dan kemarahan bapak kepala sekolah yang pastinya sangat murka.

Alwan tidak sengaja melihat Aery yang memasuki ruang kepala sekolah. Alwan menunggu disamping jendela yang terbuka dan mendengar apa yang terjadi di dalam sana.

Semua mata menatap Aery dengan tatapan ingin melahap gadis itu sekarang juga. Ada yang membuang nafas tapi ekspresinya seolah-olah meledek, ada yang menatap sinis dan ada juga yang berbisik-bisik.

Aery melihat semua itu dan tidak menggubrisnya sama sekali, ia masih bersikap santai dengan ekspresi datarnya. Ia duduk di salah satu sofa, dan langsung saja bapak kepala sekolah memulai percakapannya.

"Kabupaten Padang Pariaman menaruh harapan pada salah satu murid di SMA Bantaria, murid yang kami harapkan akan membanggakan nama sekolah. Tapi apa? Murid itu malah mematahkan harapan kami," ucap bapak kepala sekolah yang duduk di sofa tepat di depan Aery.

"Kemana kamu kemaren?" tanya guru lain.

"Kami sudah susah payah menyiapkan segalanya, tapi kamu seenaknya saja pergi ke tempat lain," sambung pak Ridho.

"Kalau kamu memang tidak sanggup, bilang! Bukannya siap pak, siap buk tapi nyatanya apa?" Bentak buk Dina.

"Kamu pikir ini ajang untuk bermain ha? Bukan, ini ajang besar yang kamu sia-siakan."

"Kami malu pada pihak-pihak yang mempercayai bahwa kamu akan memberikan yang terbaik tapi hasilnya seperti ini," ucap guru yang kepalanya plontos sambil memukul-mukul meja.

"Mau ditaruh dimana muka kami ini?" kata buk Magi dengan logat bataknya.

Semua guru melampiaskan rasa kesalnya pada Aery yang masih saja diam membisu di sofa. Ia dengan senang hati mendengar omelan para guru tanpa membantah sama sekali hingga mereka menyelesaikan ucapannya. Semua guru tampak marah, yang terpancar jelas di wajah mereka masing-masing.

"Maaf," kata Aery singkat.

"Maaf? Maaf kamu bilang. Emangnya dengan kata maaf kamu itu bisa memperbaiki semuanya? Ayo jawab," bapak kepala sekolah naik pitam mendengar ucapan maaf dari Aery.

IMPOSSIBLE [Completed]Where stories live. Discover now