16

1K 47 25
                                    

Happy reading😘

Selesai berdoa, tanpa membuang-buang waktu pelajaranpun dimulai dan Aery memfokuskan pikirannya kepada pelajaran yang saat ini dibahas oleh buk Dina dengan khas logat bataknya.

Buk Dina tidak terlalu tinggi tapi kelebihan pada berat badannya itu saja, memiliki suara yang berat, tegas, namun hatinya lembut kok kayak kulit bayi tapi kalau udah cari gara-gara sama dia jangan harap bakal dimaafin, nggak bakalan, susah banget, bahkan sampai guling-guling di aspalpun dia tetap nggak mau kasih maaf.

Kok harus minta maaf sih? Biarin aja, ntar bakalan baik sendiri. Eits jangan salah buk Dina ini akan selalu ngomelin, ngejelekin orang yang dia gak suka. Jadi harus hati-hati, harus pandai-pandai ngambil hatinya supaya disayang terus masalah nilai aman aja.

"Buk Dina," panggil seseorang berperawakan, ubannya hampir memenuhi bagian kepala.

Itu pak Razaf, guru bahasa Inggris yang paling baik di sekolah Bantaria. Dia pintar kalau ngejelasin materi, kalau murid pada suntuk belajar dia selalu bilang,"Oke mau nyanyi lagu apa ni?"

Pak Razaf selalu bawa sebuah gitar kemanapun dia ngajar, kalau muridnya gak semangat lagi ya bakalan dihibur sama gitar dan suaranya yang lumayan merdu. Tapi sayangnya dia cuma ngajar anak kelas XII, kan gak adil buat anak yang lain.

Buk Dina menghentikan pekerjaannya menulis di papan, ia melepas kacamatanya lalu berjalan agak berlari ke arah pak Razaf.

"Ada orang dari kantor pusat datang, kita harus ngumpul sekarang," bisiknya.

Buk Dina mengangguk lalu memberikan mereka tugas dan pergi bersama pak Razaf ke ruang kepala sekolah. Para cowok yang ada di kelas bersorak gembira, mereka mengambil bola kertas lalu memainkannya secara bersama-sama di depan kelas. Banyak yang protes karena kebanyakan buku mereka jadi tipis semua, yap para cowok itu menyobek diam-diam buku setiap orang yang ada di kelas kecuali buku mereka sendiri dan Aery.

Setelah banyak kertas yang terkumpul, kemudian mereka akan menumpuk semua kertas dan membentuk lingkaran. Beberapa karet gelang berwarna merah berfungsi untuk mengikat bola kertas agar tetap membentuk sebuah bola.

Mereka akan main hingga seisi kelas dibuat pusing karena peluh mereka. Aery tidak tahan lagi, ia memangku beberapa buku untuk dibaca di perpustakaan nanti sedangkan yang lain tetap bertahan di sana.

Aery berjalan santai sambil membaca buku-bukunya karena itu adalah salah satu cara agar ia tetap merasa tenang. 5 menit lagi waktunya untuk istirahat, rasanya tanggung untuk pergi ke sana. Untunglah ia baru setengah jalan, berbelok haluan kembali menuju kelas untuk mengambil bekal yang bi Supiak berikan tadi pagi.

Kotak makan persegi, terdapat 3 ruang di dalamnya dan sebotol air putih sebagai peneman makan. Seperti biasa Aery makan ke taman, lagian beberapa hari ini ia belum bertemu dengan Brian. Pasti kucing itu kurus saat ini karena tidak mendapat makan dari Aery.

Di kursi taman di bawah pohon besar yang rindang, Aery menyantap makanannya di sana. Hari ini bi Supiak memasak ikan bakar untuk makan siangnya, si Brian pasti juga akan menyukai ikan bakar ini.

"Wah ikan bakar nih, gue minta ya," ucap Alwan tiba-tiba saja.

Aery hanya diam saja, awalnya ia terkejut akan kedatangan Alwan yang kayak jelangkung aja datang tak diundang. Melihat Aery yang hanya diam saja, Alwan mengendalikan tangan gadis itu yang sedang memegang sendok lalu menyuap nasi dan ikan bakar ke arah mulutnya dengan tangan Aery.

"Enak juga ikan bakarnya, lagi dong," minta Alwan.

Aery mengernyitkan dahinya, pria ini datang tiba-tiba dan minta disuapin lagi bisa-bisa jatah si Brian habis semua sama dia. Alwan membuka mulutnya tapi belum ada makanan yang masuk, nyaris seekor lalat singgah ke mulutnya beruntung segera di katupkan lagi.

IMPOSSIBLE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang