B A G I A N • 4 •

11.9K 1K 31
                                    

Bismillah dulu yaa...

Dan maaf juga tadi sempet kepencet publish hehe 🙈🙈

***

"Astagfirullahaladzim," ucap Nadhifa sesaat setelah terbangun dari alam mimpi dengan deru nafas yang memburu.

Terlihat tangannya beberapa kali mengelus bagian dada mencoba menormalkan nafasnya. Peluh keringat yang sebagian besar membasahi wajah cantiknya lalu ia usap dengan lengan baju yang gadis itu kenakan.

"Kuat Dhif, kuat!" seruan itu menggema dengan sendirinya dalam telingan Nadhifa, seperti sebuah alarm yang memang sengaja gadis itu pasang untuk mengingatkan dirinya. Bahwa ia harus menjadi wanita yang kuat. Kuat dalam artian tidak mudah meminta belas kasihan.

Dengan masih melantukan banyak istighfar, Nadhifa melirik jam yang berada di atas nakas samping ranjangnya, yang saat ini menunjukkan pukul dua lewat delapan menit. Dan berarti sudah saatnya untuk Nadhifa melaksanakan Qiyamul Lail.

Iapun beranjak dari ranjang. Membawa langkahnya menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Dan selang beberapa menit kemudian, mukena berwarna putih susu sudah menghiasi wajahnya yang tampak lebih berseri dibandingkan sebelumnya. Lantas iapun menggelar sajadah dan mulai melaksanakan sholat tahajud.

Untuk kesekian kalinya. Dalam sujudnya Nadhifa melantunkan doa yang tak pernah berubah sejak dulu. Berdoa, membisikan harapan yang selalu gadis itu impikan.

Dan kilasan mimpi yang baru saja Nadhifa alami. Membuat matanya memanas. Bahkan cairan bening yang telah menggenang sedari tadi seakan mendesak ingin keluar. Namun sekuat tenaga Nadhifa tahan.

"Kuatkan hamba ya, Rab." lirihnya.

Dalam satu kali hembusan nafas panjang. Nadhifa menghapus genangan yang berada di pelupuk matanya. Lalu kembali menangkupkan kedua tangannya. Mencurahkan semua permasalahan yang ia rasakan, kepada sang pencipta.

***

Pagi ini dengan penuh semangat Risma bersama dengan pembantunya tengah menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Ia memasakkan beberapa makanan kesukaan Albar-anaknya dan juga Arian-suaminya.

"Mbok, ini taruh sebelah sana aja ya. Biar lebih deket sama tempat duduk Albar," ucap Risma yang dibalas anggukan kepala oleh Mbok Nah-pembantunya.

Yap, sejak kepulangannya dari rumah sakit dua hari yang lalu Risma memang sudah mulai beraktivitas seperti biasanya. Mulai dari memasak, mengunjungi butiknya, bahkan tak lupa dia juga sudah mulai berkumpul dengan teman-teman arisannya kemarin sore.

Ditengah kesibukannya menyiapkan sarapan. Sebuah suara yang diikuti seseorang yang tiba-tiba muncul membuat Risma menghentikan aktivitasnya.

"Mama itu baru sembuh. Jangan terlalu banyak aktivitas," ucap Albar duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan.

Risma tersenyum mendengar ucapan anaknya. Lantas ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah meja makan sembari membawa semangkuk soto ayam dan meletakkannya di atas meja.

"Papa kemana, Ma?" tanya Albar saat melihat Risma ikut duduk bersebrangan dengan dirinya.

"Mungkin masih di dalem," jawab Risma sembari melihat ke luar ruang makan yang ternyata menampakkan sosok Arian yang baru keluar dari kamarnya mengenakan setelan jas formal.

"Itu papa," tambahnya, yang detik berikut beranjak dari tempat duduknya mendekat ke arah Arian.

Dari tempat duduknya Albar melihat Ayahnya memberi sebuah kecupan singkat di kening ibunya. Yang lantas membuat sebuah senyuman tidak hanya tercipta di bibir Risma, namun juga pada bibir Albar.

Takdir Bertasbih [Completed]Where stories live. Discover now