B A G I A N • 33 •

5K 427 12
                                    

Jangan lupa baca basmallah 💕
Masih banyak typo, jadi mohon koreksinya.
Makasih juga sudah bersabar dengan cerita ini.
Jika ada yang salah dan kurang tepat atau mau kasi saran dan masukan, boleh banget dong.

***

Sudah dua hari berlalu sejak kejadian tangan Albar terluka, kini Albar sudah mampu mengendarai mobilnya sendiri dan saat ini dia tengah menuju tempat kajian yang selalu dia ikuti bersama Ridwan.

Pesan yang Albar kirim tadi pagi memang belum mendapat balasan dari Ridwan, namun Albar yakin jika sahabatnya itu tidak akan melewatkan kajian rutin tersebut.

Setelah menyusuri jalan selama kurang lebih 15 menit, akhirnya Albar sampai juga di tempat kajian. Diapun langsung keluar dari mobil. Berjalan menuju ruangan yang memang disiapkan sebagai ruang kajian.

Di dalam ruangan tersebut, sudah banyak jamaah lain yang turut mengikuti kajian. Albarpun lantas menyapa beberapa orang yang dikenalinya. Lalu menempatkan dirinya di tempat yang masih kosong.

Seraya menunggu kajian dimulai, Albar kembali menghubungi Ridwan. Namun, nomer sahabatnya itu tidak aktif, membuat Albar mengernyit heran, karena tidak biasanya sahabatnya itu tidak mengikuti kajian.

Albar lalu berinisiatif mengirim pesan di grup yang diisi oleh ketiga sahabatnya.

Albar
Ada yang tau Ridwan kemana?

Gerry
Gak

Albar mendengus membaca chat dari Gerry. Dia masih tak habis pikir kenapa Gerry semakin hari semakin bersikap menyebalkan kepadanya. Padahal dia merasa tak memiliki masalah dengan sahabatnya itu. Dia tau jika Gerry memang tipikal yang menyebalkan. Tapi sikap menyebalkan laki-laki itu dulu dengan sekarang sangatlah berbeda. Apalagi saat mereka tengeh membicarakan perihal Nadhifa, sungguh ingin sekali Albar memukul kepala Gerry.

Albar
😏

Aldo
Lah... bukannya lagi kajian bareng lu?

Albar
Nggak dateng. Gue telfon juga nggak aktif

Gerry
Sibuk nyiapin nikahan, kan bentar lagi nikah.
SAMA NADHIFA CUYYYY!!

Albar langsung menghela nafasnya saat membaca chat terakhir Gerry. Menyebalkan sekali. Kenapa harus menggunakan huruf kapital? Dia tau, bahkan sangat tau jika Nadhifa akan segera menikah dengan Ridwan. Tetapi kenapa harus selalu mengingatkan hal itu terus menerus?

Albar memang tak bisa memungkiri jika masih ada sedikit perasaannya yang mengharapkan Nadhifa, walaupun dia sudah berusaha mengikhlaskan gadis itu. Apalagi saat tau bahwa tak sepantasnya dia mencintai adik dari gadis masa lalunya, dia sudah benar-benar berusaha menghilangkan rasa cintanya pada Nadhifa. Namun lagi-lagi, seolah menolak kenyataan itu rasa harapnya pada gadis itu masih saja bersarang di hatinya.

Aldo
Behhhhh.. bisa jadi tuh
Bar, ke cafe lah nanti. Gabut parah.

Albar
Oke

Aldo
Ikut kagak lu, Ger?

Gerry
Gue sibuk

Albar menutup aplikasi pesannya dan kembali menghela nafas. Lantas dia bertekad untuk kesekian kalinya agar dia mampu menghilangkan rasa harapnya pada Nadhifa, sebelum akhirnya dia fokus mendengarkan kajian yang baru saja dimulai.

***

"Ger..." sapa seorang gadis yang tengah mengenakan dress bermotif bunga berwarna biru.

Takdir Bertasbih [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang