1. Crystal Eyes

10K 635 87
                                    

Pagi yang cerah di desa Konohagakure. Perubahan besar terjadi di desa tersembunyi yang terletak di Negara Api itu. Sejak selesainya perang dunia ninja keempat yang memakan banyak korban, banyak pembangunan dilakukan hingga membuat desa bisa seperti sekarang. Anak-anak kecil berlarian dengan candaan-candaan ringan yang mereka lemparkan. Orang-orang dewasa disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Mereka berharap kikik tawa anak-anak itu akan tetap menjadi musik di setiap hari mereka dan perang tidak akan pernah terjadi lagi di masa damai ini. Tapi dari semua hal yang sudah terjadi setelah selesainya perang dunia ninja keempat, mungkin hanya satu orang yang sama sekali tidak tertarik dengan hal-hal di sekelilingnya. Dunianya berhenti berputar, waktu dalam dirinya berhenti berdetak, dia... Uzumaki Naruto.

Di apartemen yang dingin dan sepi itu Naruto terdiam. Tidak ada lagi bungkus-bungkus ramen yang berserakan atau pakaian-pakaian kotor yang tersebar ke mana-mana. Apartemennya begitu bersih dan rapih, tidak ada sedikit pun debu yang tertinggal, tapi karena hal itu pulalah apartemen Naruto lebih terasa mati. Tekanan udara di dalam sana terasa lebih dingin daripada dulu ketika isi apartemen itu berantakan. Semuanya berubah sejak tanggal 10 Oktober, dua tahun yang lalu.

"Aku tidak bisa menyelamatkannya." Naruto menggemeretakkan giginya geram sambil mengeratkan genggamannya pada ikat kepala milik Sasuke. Seorang Uzumaki Naruto yang merupakan pahlawan perang dunia ninja keempat telah kalah dari penyesalan terbesar yang akan ia tanggung seumur hidupnya. Dia tidak bisa menyelamatkan Uchiha Sasuke, semua janji yang ia ucapkan hanya omong besar seorang bocah naif dan bodoh yang tidak mengerti apa artinya kehidupan.

"Sasuke." Jemari tan meraih bingkai foto tim 7 yang ada di atas nakas. Manik safirnya terpaku pada satu objek dan tidak pernah ingin melepasnya seolah ia bisa membawa Sasuke hidup kembali jika berlama-lama menatap wajah dalam foto itu. Naruto sering membayangkannya, seandainya Sasuke masih hidup apakah dia akan bertingkah menyebalkan seperti dulu? Apakah dia akan tetap dingin dan irit bicara seperti dulu? Apakah dia akan tetap sering bertengkar dengan Naruto seperti dulu? Bahkan ada waktu-waktu di mana Naruto berharap Sasuke masih ada di suatu tempat dan suatu ketika ia akan memenuhi janjinya untuk membawa Sasuke kembali. Bukan untuk Sakura, tapi untuk dirinya sendiri. Sayangnya semua pengandaian dan harapan itu harus pecah menjadi serpihan-serpihan kecil yang tidak lagi berguna setiap kali kenyataan menamparnya dengan telak. Setiap kali suara jernih Sasuke yang mengatakan terima kasih dan selamat tinggal itu terngiang di telinganya. Bibir pucat yang tersenyum kepadanya dengan lelehan darah di sudutnya dan kelopak pucat yang sepenuhnya menyembunyikan mata hitam yang begitu Naruto sukai. Iris hitam yang begitu gelap, tapi ketika Naruto menatap ke dalamnya seperti ada kilauan kristal yang menyapanya. Juga hawa dingin yang Naruto rasakan sampai detik ini setiap kali mengingatnya. Naruto tidak pernah tahu apa nama perasaan yang ia miliki pada seorang Sasuke. Perasaan yang menguatkannya untuk menggapai Sasuke dan perasaan yang membuatnya hancur saat manik safirnya mendapati bahwa ia tidak akan pernah lagi melihat kilau kristal dalam mata hitam itu.

Tok... tok... tok....

"Naruto! Apa kau ada di dalam? Kakashi-sensei memanggil kita ke kantor Hoka—"

Pintu terbuka dari dalam, Sakura tidak melanjutkan ucapannya. Emerald-nya menatap sendu pada pemuda pirang yang kini tengah mengunci pintu apartemennya. Bukan hanya Naruto, ia juga kehilangan Sasuke, semua orang kehilangan Sasuke, tapi Sakura tidak pernah tahu jika dampak kehilangan Sasuke akan terasa sebegitu besar bagi seorang Uzumaki Naruto.

"Apa yang kau tunggu?"

"A-ah, tidak-tidak. Ayo kita harus cepat, Kakashi-sensei sudah menunggu."

Naruto hanya menggumam kecil sebagai jawaban. Tidak pernah ada lagi embel-embel 'chan' untuk mrmanggil Sakura. Tidak pernah ada lagi 'ttebayo' di akhir kalimat yang ia ucapkan. Naruto menjadi sosok pendiam yang tidak lagi dikenali teman-temannya. Sosoknya yang tumbuh dewasa di usia 19 tahun itu adalah sosok yang begitu dingin, mereka seperti melihat sosok Sasuke hidup dalam diri Naruto—tidak—lebih tepatnya sikap Naruto lebih dingin daripada sikap Sasuke dulu.

The Sun and Another Moon ¦ ENDWhere stories live. Discover now