Raksasa dan Malaikat Kecil

36 0 0
                                    



Ketika sang malaikat kecil pergi, di saat itulah Raksasa yang tertidur panjang terbangun kembali. Menari-nari bebas di dalam sel-sel, berlari-lari tak ter-kendali melewati tiap-tiap saraf. Menguasai jiwa-jiwa yang letih.

Keseimbangan yang susah payah dipertahankan luluh lantak, sang malaikat kecil memilih meninggalkan dunia yang fana ini. Sel-sel yang tak siap beradaptasi panik tak terkendali, hanya terdiam seribu kata. Saraf-saraf otak serasa terhenti, tak tahu apa yang harus dilakukan.

Imajinasi serasa tong kosong yang tak ada bunyinya, hampa...

Raksasa terbebas dari bara api, menengadah ke langit menghirup udara kebebasan. Bersiap menguasai jiwa-jiwa yang beku. Bebas,,bebas,,bebas !!!!!

Hari esok kian tak pasti, melawan takdir pun tak mungkin. Hanya diam dan beku, kosong dan hampa.

Roda perekonomian masih berputar, mesin-mesin masih bergemuruh, sel-sel masih ber-regenerasi. Hanya tampak kosong dan hampa, tak ada harmoni di dalamnya.

Ada yang tiada, Ada tapi tiada, tiada tapi ada...

Raksasa masih menari-nari, belum jelas apa yang akan terjadi.

Yang pasti, masih ada kepercayaan, sang malaikat kecil akan kembali membawa kembali serpihan-serpihan harmoni...

"Walah le, le, daritadi kok bicaramu nggak jelas" potong Mat Midi.

"Ah kamu ini, lagi enak-enak baca monolog kok malah di ganggu. Kamu tahu nggak, salah satu komunikasi ku dengan Sang Maha Segalanya itu ya dengan buat sekaligus baca monolog dalam sekali waktu."

"Tak perlu pakai bahasa-bahasa dari negara teluk sana buat komunikasi sama Sang Maha Segalanya, komat-kamit kaya orang nggak jelas gitu." Jelas Cak Chiku.

Di ruko lantai dua dekat jendela inilah, Cak Chiku sedang membuat sekaligus membaca monolog tentang apa yang ada dalam tubuhnya rasakan. Tentang alam, sosial politik, bola, dan tentu saja dirinya sendiri. Bulan ini memang terasa berat bagi Cak Chiku, bisnisnya sedang tidak menentu, yang paling terakhir, bonus dari pekerjaan sambilan jadi buzzer koh Ngahok gagal cair. Ya penyebabnya koh Ngahok kalah di putaran kedua pemilihan RW ini.

Order dan disorder, teori chaos. Tiba-tiba Cak Chiku teringat teori ini, teori yang menurut Cak Chiku membahas tentang ketidakaturan dalam keteraturan. Kejadian-kejadian yang tak terduka kalau diteliti lebih lanjut membentuk sebuah pola, pola yang bisa membuat Cak Chiku sedikit banyak menyadari arti hidup ini. Hidup tak melulu tentang hitam dan putih. Hidup yang seakan-akan penuh misteri ini sudah punya skenario nya sendiri, cuma manusia diberi kebebasan untuk berimprovisasi atas perannya. Mungkin itulah mengapa hidup seakan-akan misteri. Keyakinan tak cukup untuk membaca skenario ini.

"Tapi kalau tak salah dengar tadi, dalam monolog mu ada kata-kata Raksasa dan malaikat kecil. Aku jadi tertarik sama dua kata-kata tersebut Cak. Tiba-tiba pikiranku terlintas warna hitam dan putih"

"Halah, cuma persaanmu aja itu,, jangan terlalu dipikirin. Ilmumu belum kuat buat ngomongin filsafat, Hwehehehe", Ejek Cak Chiku.

"Tapi gini lho, kalau menurutku ya,, tiap orang itu punya sisi malaikat dan Raksasanya sendiri-sendiri. Tapi aku ngerasa kok Raksasa dalam diriku ini lagi kuat-kuatnya. Lagi tak terbendung ingin menghirup kebebasan. Jadi ya tadi spontan aja di monolog ku itu ada kata Raksasa"

"Terus yang malaikat kecil itu, maksudnya?", Tanya Mat Midi sambil meminum minuman bersoda Green Sands.

"Ah pertanyaanmu lebih sulit dari pertanyan TTS cak Lontong, aku nggak bisa jawab kalau yang ini, sorry to say...."

"Jangan-jangan..."

"terserah kamu mau mikir apa,, cuma aku belum menemukan kata-kata tepat untuk jawabnya. Rasanya huruf A-Z belum bisa mewakili jawabanku ini. Kalau aku jelasin pakai bahasa semesta, nanti kamu pasti muntah-muntah duluan nggak kuat dengerinnya, wkwkwkwk"

"Ah terserah deh,, btw kok minuman Green Sands mu enak juga ya, udah habis ini malah"

"walah bocah semprul,, teko-teko orak nggowo pakanan malah ngentekke pakanane wong. Nyusahke tenan bocah iki"

"wkwkwk,,",

Raksasa dan Malaikat KecilWhere stories live. Discover now