Karangan Bunga untuk Malaikat Kecil

18 0 0
                                    


Hai malaikat kecil, apa kabarmu di sana,,

Hai malaikat kecil, sedang apa kau di sana,,

Hai malaikat kecil,,,,

Entah sudah berapa cangkir kopi yang sudah diminumnya

Entah sudah berapa batang rokok yang terbakar dan menghangatkan relung dadanya

Entah sudah berapa jam yang terlewatkan...

"Kebakaran,,, kebakaran,,, kebakaran,,, " Teriak Mat Midi dari kejauhan.

Cak Chiku yang lagi asyik-asyiknya menikmati kehangatan rokok produksi kota kretek dan ditemani secangkir kopi robusta kaget sejadi-jadinya. Hampir saja rokok yang dihisapnya jatuh ke cangkir kopi yang ada di sebelahnya.

Cak Chiku yang baru tersadar dari lamunannya itu kebingungan, tak ada asap selain asap rokoknya, tak ada bau-bau aneh selain bau harum kopi robusta yang tinggal setetes itu.

"Hooeee Mat Midi,, kalau nggak salah denger tadi ada yang teriak-teriak kebakaran dari kejauhan"

"Tapi tak lihat-lihat kok tidak ada tanda-tanda kebakaran yaa,," Ucap cak Chiku yang masih dalam keadaan setengah sadar.

"Lha itu kepalamu daritadi keluar asap, kamu itu kok kaya Patrick aja, gara-gara mikir berat terus keluar asap nya" Ejek Mat Midi sambil ketawa.

"Kamu itu lagi mikir apa tho,, mikir negara, mikir politik , apa jangan-jangan lagi mikir..."

"Ah bukan urusanmu," potong cak Chiku

"Daritadi kok imajinasiku nggak bekerja, serasa ide-ideku hilang tak berbekas, imajinasiku serasa jauh tak dapat kugapai. Udah hampir seharian aku berjuang menghidupkan kembali mesin-mesin penggerak imajinasiku, tapi kok ya malah mandek, buntu, tak bergerak sejengkal pun" gerutu cak Chiku

Mat Midi jadi teringat perkataan Cak Chiku dulu, kalau semakin otak kita memikirkan sesuatu, semakin kosong pikiran kita, hmm mungkin sekarang ini Cak Chiku lagi kena omongannya sendiri. Akhir-akhir ini Cak Chiku tak seaktif biasanya, tak ada kata-kata puitis yang terucap, tak ada lukisan-lukisan yang di upload di sosial media. Apa mungkin Cak Chiku lagi kehilangan imajinasinya.

"Kamu kok tumben-tumbennya nggak buat tulisan atau apa gitu, kan di lapangan depan rumah pak RW lagi banyak karangan bunga. Biasanya kalau ada kejadian-kejadian kaya gitu kamu pasti udah gatel tangannya pengen buat tulisan" Mat Midi mencoba buat obrolan ringan.

"Hmm, tak tahu aku Mat, bingung aja aku rasanya. Tanganku rasanya beku kalau mau buat nulis. Ahh aku malah jadi bingung mau ngomong apa lagi"

"Aku tadi habis jalan lewat lapangan depan rumah pak RW lho, kata-kata karangan bunganya unik-unik. Ada yang mengungkapkan rasa terharu, rasa terimakasih, bahkan ada yang sampai baper pula. Hehehe, aku jadi geli sendiri kalau mengingat kata-kata di karangan bunga tadi.

"Tapi aku masih penasaran siapa yang mulai mengirim karangan bunga itu. Apa bener masyarakat sukarela buat pesen karangan bunga sebanyak itu, atau ada pihak-pihak yang memobilisasinya yaa. Ah masa bodohlah, toh ya selama nggak ngganggu ketentraman umum ya nggak masalah.

"Daripada spanduk-spanduk kemarin itu yang provokatif, mending kaya gini menghibur, nggak buat sesak dada" gumam Mat Midi.

"Ah kowe iki rak usah adoh2 mikirmu, Aku yang ngirim karangan bunga itu. Niatnya mau aku kirim ke Malaikat Kecil, tapi kok malah nyasar dikirim ke rumah pak RW, hmmmm". Ucap Cak Chiku sambil menghisap rokok terakhirnya dan berlalu meniggalkan Mat Midi

Raksasa dan Malaikat KecilWhere stories live. Discover now