Lockdown, Malaikat Kecil...

10 0 0
                                    

Wong takon wosing dur angkoro

Antarane riko aku iki

Sumebar ron ronaning koro

Janji sabar, sabar sak wetoro wektu

Kolo mangsane, ni mas

Titi kolo mongso

Pamujiku dibiso

Sinudo kurban jiwanggo

Pamungkase kang dur angkoro

Titi kolo mongso

Entah dari mana mulainya, suara gamelan tiba-tiba berkumandang dari seluruh penjuru arah. Gerimis menambah syahdu alunan gamelan. Tak lama kemudian, suara orkestra mengiringi lantunan lagu Titi Kolo Mongso. Cak Chiku masih asyik menari-nari. Disampingnya, Mat Midi dengan khusyuk melafazkan suara adzan... Ooohhhhh......

Lockdown...Sebuah kata yang sedang trending di kampung ini. Tetangga desa sudah mulai me-lockdown kampungnya masing-masing. Vihara ditutup, Misa di gereja ditiadakan sementara. Masih simpang siur penyebabnya, ada yang bilang untuk menangkal gelembung-gelembung Rahvana agar tidak menular ke kampungnya. Versi lainnya, agar kampungnya tidak dikunjungi para bajak laut yang sedang menghindari perang besar Wano antara aliansi bajak laut Topi Jerami dan aliansi Yonkou Kaido.

Bicara tentang lockdown, kalau dipikir-pikir, Cak Chiku sudah me-lockdown dirinya sendiri, atau lebih tepatnya me-lockdown jiwanya sendiri saat malaikat kecil menghilang entah kemana. Raksasa yang ada didalam diri Cak Chiku harus sedini mungkin dikendalikan, dibatasi pergerakannya. Akan tetapi, dunia ini penuh paradoks, ketika Sang Raksasa berhasil di lockdown, Ia meledakkan dirinya hingga menjadi gelembung-gelembung tak kasat mata.

Gelembung-gelembung itu pelan tapi pasti menyebar keseluruh jiwa Cak Chiku. Kehidupan sel-sel dalam jiwa Cak Chiku tak siap menghadapinya. Sel-sel tersebut tak sadar telah terancam gelembung-gelembung Sang Raksasa. Yaaa...memang...ada beberapa yang menyadarinya, tapi banyak juga yang menganggapnya sepele.

Sel-sel dalam jiwa cak chiku saling berdebat, ada yang merasa kalau terlalu khawatir menghadapi gelembung-gelembung tersebut. Ada yang merasa kalau terlalu meremehkan gelembung-gelembung tersebut. Hingga pada suatu malam, sesuatu yang tak diinginkan pun terjadi. Perang Pandawa-Yudha pecah. Perang antara kebenaran vs kebenaran antar sel-sel tak terelakkan. Gelembung-gelembung Sang Raksasa tak hanya menyerang secara langsung sel-sel tersebut. Kebenaran yang selama ini diyakini seperti dijungkirbalikkan oleh gelembung-gelembung tersebut.


Wong takon wosing dur angkoro

Antarane riko aku iki

Sumebar ron ronaning koro

Janji sabar, sabar sak wetoro wektu

Kolo mangsane, ni mas

Titi kolo mongso


Oooohhhhhh... Dewa Obelisk...

Oooohhhhhh... Dewa Slifer The Sky of Dragon

Oooohhhhhh... Dewa The Winged Dragon of Ra



Pamujiku dibiso

Sinudo kurban jiwanggo

Pamungkase kang dur angkoro

Titi kolo mongso



Aku yang paling benar...

Ndak... kamu salah... aku yang paling benar...

Eiitttt... Tunggu dulu... kamu terlalu mengada-ada...

Halalmbel... kamu itu sudah kelewat batas...

Mana yang benar... mana yang benar... mana yang benar...

Ohhh Malaikat Kecil... mana... yang... be... na... ... ...

Raksasa dan Malaikat KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang