Double update!💗 Semoga suka ya😊
Happy reading!✨
---
Kanaya tengah menikmati manisnya lolipop di mulutnya saat ia mendapati Adriel yang tengah berjalan keluar dari pekarangan rumah menuju ke jalan dengan baju kaos hitam dan celana jeans berwarna hitam membalut tubuhnya. Ia memegang hoodie hitam yang biasa ia pakai di tangan kanannya.
Gadis itu langsung berlari keluar dari kamar masih dengan mengenakan piyama berwarna putihnya. "Naya, mau kemana?"
"Mau keluar sebentar, Yah," balas Kanaya sambil memakai sandalnya.
"Jangan jauh-jauh, ya."
Kanaya mengacungkan jempol ke arah Ayahnya, sebelum berbalik untuk menyusul Adriel.
Di bawah langit malam yang berhiaskan bulan sabit, Adriel berjalan menyusuri jalanan kompleks yang lengang. Ini sudah jam setengah 9 malam, dan ia tidak bisa berdiam diri di rumah dengan keadaan kacau. Iren juga masih dalam proses penyembuhan, jadi Adriel tidak mau membuat Ibunya khawatir.
Sepulang sekolah tadi, Adriel merasa kacau. Kalimat demi kalimat yang diluncurkan David dari mulutnya terus bermain di benaknya tanpa henti.
"Apakah lo benar-benar mencintai Kanaya, atau karena lo mau memenangkan semua ini?"
"Kanaya menyayangi lo, sedangkan lo hanya menjadikan dia sebagai alat kemenangan lo?"
Adriel berdecak kesal. Ia membenci semuanya. David, keadaan dan bahkan dirinya sendiri yang ada di waktu yang tidak tepat.
"DOR!"
Saat Adriel berbalik, ia mendapati sosok Kanaya dengan piyama membalut tubuhnya dengan tangan yang memegang sebatang lolipop. Kanaya menyamakan langkahnya dengan Adriel. "Kamu nggak kaget ya?"
"Pulang. Disini dingin," balas Adriel, tak menghiraukan pertanyaan Kanaya barusan.
"Nggak mau. Aku mau nemenin kamu," tukas Kanaya kemudian memasukkan kembali lolipop berbentuk bundar yang ia pegang ke dalam mulutnya.
"Gue nggak perlu ditemenin."
Kanaya kembali mengeluarkan lolipop dari mulutnya. "Tapi aku mau temenin kamu," jawabnya.
Adriel hanya menghela nafas, sebelum ia kembali melangkahkan kakinya menyusuri jalanan kompleks yang begitu lengang. Ia sendiri tidak mempunyai tujuan, mungkin hanya berputar-putar di sekitar kompleks rumahnya untuk menenangkan pikirannya.
Dalam diamnya, Adriel memperhatikan sosok gadis di sampingnya. Did you love her? Adriel membenci David karena berhasil membuat kalimat bodoh itu terngiang-ngiang di kepalanya. Selama ini, Adriel sudah meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia mencintai Kanaya. Namun, mengapa ia harus bingung saat David menyinggung soal ini?
Seharusnya tadi ia menjawab iya. Seharusnya tadi ia berkata bahwa Kanaya bukanlah sekedar alat kemenangan untuknya. Seharusnya ia memberi tahu David bahwa ia mencintai gadis disampingnya ini lebih dari apapun. Tadi semuanya berhenti di ujung lidah, tanpa bisa ia ucapkan.
Adriel mengutuk dirinya untuk alasan ini.
"Kita sebenarnya mau kemana?" Tanya Kanaya memecah keheningan yang sudah cukup lama menyelimuti.
"Cari angin," balas Adriel tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di hadapannya.
Kanaya tidak bertanya lagi. Gadis itu hanya diam sambil berjalan di samping tubuh jangkung Adriel. Semakin lama, udara dingin semakin menusuk kulit Kanaya, dan Adriel menyadarinya karena sesekali Kanaya menggosok lengannya. Karenanya, cowok itu menyodorkan hoodie hitam yang ia pegang yang lalu diraih Kanaya dengan senyuman di wajahnya. "Makasih, Adriel."

YOU ARE READING
Tsundere [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] Tsundere (ツンデレ) is a Japanese term for a character development process that describes a person who is initially cold (and sometimes even hostile) before gradually showing a warmer, friendlier side over time. *** Kisah ini berawal dari Kana...