10.

2.2K 255 4
                                    

Dulu keseharianya hanya belajar tata krama, belajar bagaimana seorang gadis bertingkah laku, hidup dengan fasilitas yang mumpuni tidak membuatnya bahagia, malah ia berfikir kalau dia itu boneka yang dikendalikan, harus ini harus itu, dan yang paling parah semua itu kedua orangtuanya yang melakukan.

Model, ibunya seorang model, dan prioritasnya tentu saja fisiknya, dan ayahnya pebisnis yang sangat berpengaruh, awalnya mereka tidak ingin memiliki seorang anak, namu. Karena desakan kedua orangtua kedua belah pihaklah yang memaksa mereka dan akhrinya lahirlah bae irene, tanpa kasih sayang yang utuh dari kedua orangtuanya.

"setidaknya aku tidak perlu belajar, aku menyukai tempat ini, walaupun v jarang mengajaku keluar, bahkan aku tak berniat keluar, aku takut jika suruhan appa menangkapku lagi." ucap irene sambil menatap langit-langit apartemen.

Ceklek

Irene terbangun, ia melihat v kembali, bukan pagi hari seperti yang ia katakan melainkan malam hari.

"kau bilang kau akan pulang pagi." kata irene, ia menyilangkan kedua kakinya didepan.

"lalu?"

"ya, aku.... Bukan, maksutku ya kupikir kau akan pulang pagi, lalu apa yang kau maksut, dasar absurd." kata irene.

"esok, kita akan pindah." kata v.

"kemana, dan kenapa kita harus pindah." irene beranjak dan menghampiri v untuk memperjelas.

"kenapa kau cerewet sekali, kau pikir mereka tidak melacakmu, mereka sudah menemukan kita, dini hari nanti, kita harus segera pergi."

Irene masih belum mengerti perkataan v, ia tampak bingung.

"mereka, maksutmu mereka yang menyekapku kemarin? "

"bawa semua barangmu, yang penting saja, jangan meninggalkan jejak apapun." kata v

V mengetahui semua, karena saat ia tengah memarkir motornya, ada orang-orang yang mencurigakan disekitar area parkir, v masih memakai helmnya dan ia membuka lebar-lebar telinganya untuk mendengar percakapan orang-orang tersebut.

Irene mengemasi semua barang-barangnya, mereka tidak beristirahat, mereka membersihkan apartemen.

Tepat pukul 00.00, v dan irene keluar apartemen, memakai jaket tebal dan syal topi serta kaca mata, semua itu agar orang-orang itu tidak mengetahuinya.

"v, apa kau yakin semua ini akan berhasil." kata irene yang berjalan disamping v.

"kalau kau tidak percaya, kau boleh pergi sekarang, tapi jika sesuatu terjadi padamu aku tak akan menolongmu lagi." irene langsung mendelik disyal tebalnya, ancaman v sangat menakutkan.

"cepat, kita cari mereka, aku yakin mereka ada diapartemen itu."

"ayo, cepat"

Orang-orang berjaz hitam tersebut baru saja melewati irene dan v yang berjalan bersebelahan dengan mereka. Mereka tak menyadarinya jika v dan irene telah keluar.

"aku tidak akan bertanggung jawab jika kau terjatuh." kata v saat ia akan melajukan sepeda motornya.

"kau memang kejam dan tak berperasaan." dengan terpaksa irene memegang pinggang v. V lalu melakukan motornya sangat cepat.

Orang-orang tersebut masih membobol apartemen v.
"cepat, bodoh.... "

"kita juga sedang berusaha."

Brak

Pintu terbuka, dan kosong.

"sialan mereka lolos."

"ayo kita kembali."

Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali, karena target meloloskan diri.

Skip

Dini hari, v dan irene tiba disebuah rumah sederhana, disekitar rumah tersebut juga tidak terlalu banyak rumah.

"v aku takut, kenapa kau memilih tempat disini." ucap irene sambil memegang jaket v.

"kalau kau ingin aman, disini memang lebih baik, kalau kau tak mau, kau bisa pergi." v melepas pegangan irene dari jaketnya, v lalu masuk ke dalam rumah tersebut.

"ada dua kamar, kau kiri, aku kanan, sekarang taruh semua barangmu dikamarmu." kata v.

V lalu meninggalkan irene dan berjalan menuju kamarnya.

Rumah yang dipilih v sangat minimalis dan tradisional, tapi semua itu nyaman.

Irene memasuki kamarnya, ia menatap barang-barangnya.

Tok tok tok

V terbangun lalu ia membuka pintunya. "ommo,.." irene menutup matanya dan langsung membalikan badanya.

"ada apa?" tanya v.

"kennapa, kau tidak memakai pakaianmu, dasar tidak sopan." irene masih membalikan badanya.

V tersadar, ia melihat tubuhnya dan benar saja, ia lupa kalau tadi ia melepas kaosnya.

"kau memang masih bocah, aku hanya tidak memakai bajuku." kata v.

Irene perlahan membuka matanya, ia berusaha netral untuk menatap v kembali.

"aku tidak terbiasa,,...... V aku lapar."kata irene.

Bukanya menjawab v malah menutup pintunya, irene sedih lalu ia memutuskan untuk kembali.

V mencari makanan yang dapat dimakan.
lalu ada ramen, didalan laci tersebut.

Saat berada dikamar irene mencium bau makanan. Ia langsung pergi dan memastikan bau apa itu.

Setelah sampai didapur irene melihat v lalu ia menghampirinya.

"v apa kau sedang membuat ramen? " tanya irene kegirangan.

"v boleh aku minta, aku sangat laparr... " kata irene dengan wajah memelas.

"tidak."

Irene lalu cemberut lagi, "v aku ingin tapi aku tak tahu cara memasaknya."

"kau gadis macam apa, kenapa memasak ramen pun tak bisa." kata v.

"ya, karena aku tak pernah memakanya." jawab irene.

'dia benar-benar seorang putri.'

Srekkkkk

V mendorong panci tersebut didepan irene. "ini untuku?"

V lalu duduk dikursi didepan irene, ia mengambil ponselnya dan mengotak-atiknya.

"kumawo, ini sangat enak." kata irene

Slruppplp

"ini pertama kalinya aku memakan ramen, aku hanya melihatnya di tv, dan sekarang aku bisa memaknya... Hemmmm enakk." ucap irene.

V tersenyum sangat tipis...ia tidak menyangka irene sepolos itu.

Disudut bibir irene ada sesuatu, dengan reflek v menyekanya.

Dia memebersihkan sudut bibir irene, irene terdiam dia menatap mata v, v pun sama ia menatap irene.

V reflek dia tidak tahu apa yang dia lakukan sekarang.

"ehemmm... " setelah v tersadar ia segera melepas tanganya dari sudut bibir irene.

Irene sendiri langsung membersihkan sudut bibirnya menggunakan tanganya sendiri.

"kau itu seorang gadis, harusnya kau makan dengan pelan." omel v untuk menghilangkan rasa canggung dari keduanya.

"mianhe.. " kata irene.

Irene melanjutkan kembali, memakan ramenya, dan v asyik dengan ponselnya.

My Name Is VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang