Sakitnya Kenyataan

33 3 0
                                    

     Gina merindukan Andrew. Sangat! Memang, satu-satunya waktu yang mereka pernah punya, hanya diisi dengan seks namun Gina melakukannya dengan hati yang begitu besar menginginkan Andrew.

     Dan Gina merasa, Andrew pun demikian menginginkannya. Ciuman lelaki itu bukti nyatanya. Namun tak ada yang dapat Gina lakukan. Andrew pulang ke negaranya dan dengan waktu yang berlalu semakin jauh meninggalkan hari saat mereka bersama, pastilah Andrew telah melupakan Gina.

     Gina berfikir untuk memperbaiki mahligai perkawinannya. Diam-diam, sejak beberapa bulan yang lalu, Gina menjalani program kesuburan dan merasa sudah siap kembali pada Charles, suaminya.

     Dengan rasa cemas, senang, dan pengharapan, malam itu Gina pulang ke rumah besar yang telah lama dia tinggalkan.

     "Hai, mbok! Apa kabar?".

     Gina menyapa riang pembantunya yang membukakan pintu.

     "Nyo.. Nyonyah..".

     Pembantunya tergagap dan bengong, seakan telah melihat hantu.

     Gina tak begitu mempedulikan keheranan pembantunya itu dan menerobos masuk. Rumah itu tampak tak berubah. Rasa rindu yang familiar menyeruak. Langkahnya bergerak tanpa sadar menuju kamar.

     "Tuan sudah pulang, mbok?".

     "Su..sudah, nyonyah..".

     "Bagus", batin Gina senang.

     Dia ingin mengejutkan Charles dengan kedatangannya dan berita tentang program yang telah membuatnya lebih subur dari sebelumnya. Kini Charles pasti gembira. Kini mereka akan jadi keluarga yang seutuhnya.

     Gina membuka pintu kamar.

     "Charles, kamu sudah tid...".

     Kalimat Gina terputus demi apa yang dilihatnya. Charles diatas ranjang, tengah bergumul dengan seorang wanita. Mereka tertutup selimut namun Gina yakin mereka berdua telanjang. Charles dan wanita itu tak kalah terkejut, membeku tanpa kata.

     Gina mundur dengan kikuk.

     "Ma.. Maaf, aku tak bermaksud..".

     Tenggorokan Gina kering, mencekat. Hatiya mencelos kesakitan namun tak ada air mata membulir diwajah. Kesakitannya hanyalah karena Gina sekarang benar-benar yakin, dirinya sudah tak dianggap ada oleh Charles.

     "Gina..".

     Ah, suara bariton lelaki yang dulu dapat membuat jantung Gina melonjak girang, kini hanya terasa bagai sembilu menusuk dingin jantungnya. Gina tersadar, tak mungkin membenahi apa yang sudah hancur berserakan. Dan tidak, Gina tak menyalahkan Charles. Perkawinan ini hanya.. Hanya tak mungkin bersatu lagi.

     Gina berlari secepat yang dia mampu, keluar dari rumah itu. Di dalam taksi yang mengantarkannya kembali ke apartemen, Gina mulai terisak. Entah terisak karena apa, Gina tak mengerti. Dia hanya ingin menangis.

     Kemudian tanpa sadar, benaknya menggumam lemah walau tanpa asa:

     "Andrew..".

     Dan tangis Gina pun pecah.
***

DEBAR YANG TERLAMBATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang