15 - Cipaganti-Advent

2.2K 378 46
                                    

"Menurut Mama kematian itu hanya perpindahan dimensi. Dari dimensi kasat mata ke dimensi tidak kasat mata, dari asalnya terasa, menjadi tidak terasa."

***

RINDU

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

RINDU

"Agi kenapa sih, Bu?"

Aku masih tidak mengerti hingga sekarang sudah dalam taksi, kenapa Agi memaksaku dan Ibu untuk pulang.

Alasannya terlalu mengada-ada, katanya biar aku dan Ibu bisa mandi dan beristirahat sejenak dengan nyaman di rumah. Padahal di sana juga ada sofabed dan kamar mandi.

Semakin aneh waktu dia bilang, "ada yang mau aku omongin sama Aric."

Ngomongin apa? Sepenting itukah? Sampai meminta aku dan Ibu pulang.

"Agi?"

"Iya, Agi. Nyuruh aku dan Ibu pulang segala."

"Loh kan tadi Agi bilang ingin Teteh istirahat sebentar dirumah, tadi waktu Teteh ngurus administrasi, Ibu bilang ke Agi kalau Teteh 2 hari ini gak tidur sama gak mandi, makan juga males."

"Kan bisa tidur sama mandi di rumah sakit, Bu."

"Ya tapi kan lebih nyaman dirumah."

"Jadinya gak nyaman kalau Aginya aja ada di Rumah Sakit."

Karena definisi kenyamanan untukku sekarang bukan karena tempatnya, tapi karena seseorang yang membuat tempat dimana pun itu menjadi nyaman untukku, dan orang itu hanya dia yang sekarang ada di rumah sakit, Theodore Rahagi.

Bagaimana mungkin aku bisa merasa nyaman, jika meninggalkan suamiku yang sakit di Rumah Sakit, sementara aku dirumah menyamankan diri.

Ibu mengambil tanganku, menggenggamnya membuatku yang sejak tadi menatap keluar jendela menjadi menatap Ibu.

"Gak sulit kan cuma pulang, mandi, makan lalu istirahat sebentar, mengikuti keinginannya Agi?"

Iya, gak sulit hanya saja berat melakukannya.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
La Vie En RoseWhere stories live. Discover now