14 - Salah

2.1K 378 92
                                    

ARIC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ARIC

Jika gue bisa, apapun akan gue berikan juga lakukan agar kedua matanya berhenti mengeluarkan air mata. Nyawa gue sekalipun, jika bisa akan gue berikan agar air mata itu bisa berhenti.

Karena gak ada yang lebih menyiksa dari pada melihat Rindu menangis kesakitan seperti ini.

Gue ingin membawa kepala yang bersadar lemah di tembok rumah sakit itu, bersandar di pundak gue.

Gue ingin memeluk tubuh ringkihnya dan berbisik, "jangan nangis lagi, Agi pasti baik-baik aja."

Tapi tentu gue gak bisa melakukannya hanya bisa seperti biasanya, menatapnya dari jauh dalam diam.

Apa yang bisa gue lakukan buat lo?

Gak tau apa yang merasuki gue, tapi sekarang gue sudah berjalan lalu duduk di sebelah Rindu.

"Agi pasti baik-baik aja."

Gak gue sangka 4 kata ini bisa keluar dari mulut gue sambil menatapnya. Untuk pertama kali setelah 7 tahun, gue bicara lebih dari dua kata bahkan sambil menatapnya.

Rindu berusaha berhenti menangis mendengar ucapan gue dan sekarang kedua pandangan kami bertemu.

Those beautiful eyes, which I always want to see is staring at me right now. Call me stupid, bastard or any cruel word, gue pantas mendapatkannya karena gue gak bisa menahan diri untuk menghapus air mata itu dari wajahnya.

Iya, gue dengan gak waras mengusap air mata itu di matanya dengan ibu jari gue.

Rindu pun terkejut, dengan spontan dia memundurkan wajahnya lalu menatap gue dengan penuh tanda tanya dan gue yang sama terkejutnya segera menjauhkan tangan gue dari wajahnya.

"So-sorry."

Stupid bastard!

"I-iya, gak apa-apa."

***

AURORA

Pukul 21.00 malam, dia mengantarku pulang setelah Jasmin, Sechan, Ibu dan Bi Uneh tiba di rumah sakit.

Ibu memaksa kami untuk pulang, karena katanya kami sudah banyak direpotkan seharian ini.

Mengikuti permintaan Ibu, kami semua pun pulang.

Raganya ada disampingku, di dalam mercedes G6 yang sedang dikemudikannya.

Tapi hatinya tidak, pikirannya juga tidak.

Masih ada di rumah sakit untuk Rindu.

Sepanjang perjalanan, tidak ada dia yang menikmati musik dari tape mobilnya dengan mengetuk-ngetuk jarinya pada kemudi, yang sesekali akan menoleh hanya untuk tersenyum padaku.

La Vie En RoseWhere stories live. Discover now