Wattpad Original
There is 1 more free part

4. Kai jangan takut...

23.4K 3.1K 136
                                    

Kania mengernyit melihat ibunya digandeng oleh seorang pria besar, masuk ke bagian belakang warung remang-remang di pinggir jalan dekat stasiun Jatinegara itu. Dia tahu apa yang sebentar lagi akan terjadi, lalu merasa muak karenanya.

Diliriknya Maman yang asyik menonton pertandingan bola di televisi, sambil menikmati kopi dan sesekali melemparkan kacang ke mulutnya yang bau. Terkadang pria berengsek itu menyumpah saat dia rasa tim favoritnya melakukan kesalahan, lalu berteriak norak saat mereka mengambil langkah yang bagus. Kesal, Kania mendengkus. Dasar parasit!

Kania sudah berusia 16 tahun sekarang dan duduk di bangku kelas sembilan. Harusnya dia sudah kelas sebelas, tapi karena Maman sempat keberatan dia sekolah, dia jadi terlambat menempuh pendidikan. Untung akhirnya Kania berhasil membujuk ibunya agar bisa sekolah, tapi dengan satu syarat. Gadis itu harus membantu ibunya berjualan di warung remang-remang, kalau tidak ....

Serombongan perempuan berseragam pramuniaga melewati warung remang-remang itu. Dengan mata berbinar Kania memandangi mereka. Dia ingin bisa bekerja seperti mereka suatu saat nanti. Untuk bisa seperti itu, dia harus tamat SMA dulu, makanya dia berkeras agar ibunya menyekolahkannya. Dia akan melakukan apa pun agar bisa berada di posisi yang diinginkannya itu.

"Enggak usah mupeng begitu, Bocah. Lo bukan kelasnya perempuan-perempuan ntu. Mereka bukan anak jablay kayak lo." Tiba-tiba Maman berkata.

Kania menoleh dan memperlihatkan rasa tidak suka dengan terang-terangan.

"Gue bakalan bisa kayak mereka. Kalau gue udah kerja begitu, Mak bakalan gue ajak pergi ninggalin lo, biar lo kelaparan sana. Nggak bakalan ada juga jablay lain yang mau sama lo!" katanya pedas.

Maman terkekeh. Dia sudah biasa menghadapi kekurang-ajaran gadis itu. Sebesar apa pun nyala di mata Kania, Maman tahu bagaimana memadamkannya.

Ditaruhnya gelas kopi yang hampir kosong, lalu tiba-tiba dia menarik pinggang kurus Kania dan memaksanya duduk di pangkuannya. Dia bergeming saat gadis itu meronta panik. Dengan kasar dia langsung meremas buah dada gadis itu yang masih mengkal, sambil berkata dengan suara rendah di telinganya.

"Lo itu anak jablay, dan sebentar lagi lo juga jadi jablay, enggak usah bertingkah. Mau jadi SPG? Ketinggian lo mimpi, Neng!"

Remasannya makin kasar. Kali ini tangannya yang lain bergerak ke bawah, menyusup melalui karet pinggang celana Kania, meraba di antara kedua pahanya. Air mata langsung deras mengalir di pipi gadis itu.

"Asal lo tahu, gue udah ngebayangin gimana rasanya merawanin lo, Neng, tapi lo lebih nguntungin kalo masih perawan. Begitu Koh Acin, cukong pasar induk itu udah balik, gue bakal ngejual perawan lo ke dia. Lumayan, sepuluh juta bisa gue dapet," bisik Maman lagi sambil menyemburkan napasnya yang berbau busuk.

***

Kania memasuki ruangan yang kemarin ditunjukkan oleh calon atasannya dan langsung menuju ke meja yang akan jadi tempat kerjanya. Diletakkannya tas butut bekas Veby yang diberikan kepadanya ke dalam laci meja besar di bagian bawah, lalu dia duduk dan menghela napas. Akhirnya dia mendapatkan sebuah pekerjaan yang cukup layak. Dia sungguh berharap, kali ini segalanya berjalan dengan baik.

Sambil menghela napas, Kania melihat sekeliling dan menyadari kalau dia datang terlalu pagi. Jam kerja perusahaan adalah pukul sembilan, sementara dia sudah sampai di sini pukul delapan. Ha! Benar-benar semangat karyawan baru.

Dikeluarkannya termos kecil, juga punya Veby. Isinya yang berupa kopi panas dituangkannya ke dalam gelas yang dia bawa. Kania meneguk kopi yang masih panas itu sambil memejamkan mata. Ah, sekarang dia siap bekerja. Lantas, apa pekerjaan yang harus dikerjakan lebih dulu? Sepertinya dia memang harus menunggu atasannya karena masih belum tahu apa yang harus dilakukan.

His Darkest SideWhere stories live. Discover now