27 : Mama - Bunda

538 127 10
                                    

Tepat hari ini, semester baru di mulai. Upacara bendera baru saja selesai dan semua siswa sudah berada di kelas masing-masing, siap belajar di semester terakhir sebelum akhirnya, mereka bisa menginjakkan kaki di kelas yang jauh lebih tinggi. Hari ini juga adalah pembagian report semester yang lalu dan itu berarti Mama Alyssa akan datang bersama dengan Ibu Yeslin dan Ibu Laras. Selain anak mereka yang dekat, orangtuanya juga.

Siswa-siswa diminta menunggu di luar kelas ketika orangtua mereka berada di dalam kelas menerima laporan belajar secara lisan dan tertulis dari sang wali kelas. Alyssa duduk di kursi panjang depan kelasnya, bersama Seli dan juga Martha yang merupakan bendahara kelas. Tidak ada percakapan di antara mereka bertiga dan itu sangat membosankan. Wajah ketiganya sama-sama tegang. Well, saingan terberat Alyssa untuk mendapatkan peringkat satu memang Seli dan Seli kentara jelas menginginkan kompetisi untuk perebutan peringkat satu meskipun, Alyssa sama sekali tak peduli.

"Al,"

Alyssa yang duduk menundukkan kepala mengangkat wajah dan menahan napas begitu mendapati Elang yang berdiri di hadapannya. Mata mereka beradu sebelum Elang beralih duduk di samping Alyssa yang bahkan tak Alyssa sadari kosong. Seli dan Martha sudah pindah, entah sejak kapan.

"Nama gue ditulis di papan tulis, dong. Gue masuk peringkat sepuluh besar. Keren gak?" Elang berujar bangga.

Alyssa menghela napas. "Mending lo balik ke temen-temen sekelas lo, El. Gue pusing kalau dekat-dekat lo di sekolah. Lo terlalu mencolok dan jadi pusat perhatian."

Satu alis Elang terangkat. "Terus?"

"Gue gak suka keramaian dan gue gak suka jadi pusat perhatian!" Alyssa menjawab kesal.

Elang terkekeh geli. "Gimana, sih, Al? Katanya mau jadi penyiar, tapi jadi pusat perhatian gak suka."

"Siapa yang mau jadi penyiar?"

"Ya, lo, lah!"

Alyssa baru hendak mendebat ucapan Elang yang sok tahu, tapi dia buru-buru bangkit berdiri saat melihat sang Mama ke luar dari kelas, melihat kiri-kanannya sebelum menemukan Alyssa dan melangkah menghampiri sang putri tersebut.

"Lys, kamu turun satu peringkat ini. Katanya, kamu pernah bolos beberapa mata pelajaran."

Alyssa nyengir saat Mama membuka raport dan menunjukkan nilai-nilai Alyssa yang sebenarnya masih tergolong bagus, jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Alyssa memang termasuk siswi berprestasi.

"Semester ini, harus ningkat."

Mama mengangguk. "Ya, haruslah. Gimana bisa masuk PTN yang direncanain kalau nilai kamu turun? Itu lagi pakai bolos kelas. Kamu ngapain, sih?"

"Oh, itu―," Alyssa mencoba mengingat kapan dia bolos kelas sampai akhirnya, dia ingat. Ah, sewaktu hendak mengajak Elang berbicara di lapangan indoor! Alyssa bolos satu pelajaran.

Otak Alyssa berputar mencari jawaban yang ingin dia ucapkan namun, Elang keburu berdiri dan tersenyum lebar kepada Mama sambil berkata, "Maaf, Tante. Alyssa ikut rapat OSIS, makanya gak masuk kelas. Padahal, saya udah izin ke guru yang bersangkutan."

Perhatian Mama beralih pada Elang yang tiba-tiba berdiri di samping Alyssa yang mengumpat dalam hati. Alyssa ingat benar saat Elang memperkenalkan diri sebagai pacar Alyssa kepada Pak Surahman yang kebetulan tidak pernah menceritakan tentang Elang kepada kedua orangtuanya.

"Oh, begitu? Emangnya kenapa Alyssa harus ikut rapat OSIS?" Mama beralih menatap Elang, melipat tangan di depan dada.

"Iya, Tante. Kebetulan Alyssa itu Sekretaris OSIS. Jadi, mau gak mau dia harus hadir dalam rapat. Untuk pelaksanaan rapat juga udah dapet persetujuan Kepala Sekolah."

UNDOWhere stories live. Discover now