37 : Marah

528 115 17
                                    

Tiba-tiba, Alyssa merindukan masa-masa di mana Elang muncul di kelasnya hanya untuk mencomoti bekal yang Alyssa bawa. Sejak kelas dua belas, seperti tak ada waktu untuk bercanda tawa, saling meledek dan waktu-waktu lain yang membuat Alyssa kesal, namun bahagia bukan main. Memang baru kemarin, tapi namanya rindu. Terasa jauh lebih lama dari seharusnya.

Semangat PM-nya, ya! :)

Senyuman muncul di bibir Alyssa begitu membaca pesan masuk dari Elang tersebut saat bel tanda berakhirnya sekolah berbunyi. Saat para adik kelas sibuk berhamburan ke luar kelas dan melangkah meninggalkan tempat yang tak jarang mereka sebut neraka, Alyssa dan para siswa kelas dua belas harus berpuas diri bertahan di kelas untuk mengikuti pelajaran dari guru mengingat sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian nasional ditambah tes masuk universitas negeri.

Alyssa sudah memasang target untuk masuk ke Universitas Indonesia, dia sudah bertekad untuk menjadi seorang dokter meskipun, cita-cita Alyssa dulu adalah menjadi seorang guru. Tapi setelah dipikir-pikir, Alyssa bukan tipikal cewek yang mudah beradaptasi jadi, mana mungkin dia menjadi guru jika dia masih cewek pasif yang bahkan berbicara seperlunya saja.

Cita-cita Elang sudah sangat kentara, bukan? Cowok itu ingin menjadi pilot dan Elang sudah lolos serangkaian tes untuk masuk di salah satu sekolah pilot terbaik di Amerika. Kalau tidak salah, nama kampusnya adalah Universitas Purdue yang berada di daerah Indiana. Elang sudah sangat bersemangat untuk masuk ke kampus itu meskipun, belum juga datang restu dari Bunda.

Pendalaman materi berlangsung selama satu jam sebelum akhirnya, para siswa dibubarkan dan diizinkan kembali ke rumah masing-masing, mempersiapkan untuk pergi ke sekolah besok. Termasuk dengan para siswa di kelas Alyssa. Mereka langsung buru-buru melangkah meninggalkan kelas setelah Pak Imron melangkah ke luar kelas. Alyssa masih asyik merapihkan perlengkapan sekolahnya tanpa peduli akan kepergian teman-teman sekelasnya. Bahkan saat seorang cowok tinggi melangkah mendekatinya, Alyssa baru sadar saat suaranya terdengar.

"Hari ini, diantar balik gue aja, ya? Mampir dulu di angkringan. Udah lama gak ke sana, kan?"

Alyssa menoleh dan sudah mendapati cowok yang mulai jarang dia lihat, sudah berdiri di dekat mejanya. Tubuh kurusnya masih terbalutkan seragam dengan tambahan jaket baseball hitam merah yang membuat tubuhnya terlihat lebih kecil. Selain itu, wajah Elang juga memucat. Sangat kentara jika cowok itu kurang mendapat waktu tidur yang cukup.

"Gue belum hubungin Pak Sur."

"Gue udah." Elang menimpali cepat, nyengir.

Satu alis Alyssa terangkat, cewek itu mengenakan tas ransel hitamnya sambil bertanya, "Loh? Gimana caranya ngehubungin Pak Sur?"

"Gue minta nomor hapenya dari lama. By the way, kalau Pak Sur gak jemput lo dan lain-lain, sebenarnya itu bohong. Cuma alibi semata."

Bibir Alyssa mengerucut. "Sengaja, ya, lo?"

"Iya. Biar ada alasan buat lo meluk gue dari belakang pas boncengan."

"Modus!"

Elang menjulurkan lidah. "Biarin."

Setelah Alyssa selesai merapihkan perlengkapan sekolahnya, barulah sepasang sejoli itu melangkah meninggalkan sekolah sambil saling membalas sindiran, sesekali diiringi canda tawa hingga keduanya menghentikan langkah kaki di dekat motor Satria milik Elang.

Alyssa mengernyitkan dahi saat Elang menyodorkan helm kepadanya. Yang Alyssa tahu, helm yang saat ini Elang sodorkan adalah helm milik Elang, yang selalu dia gunakan dan baru Alyssa sadari jika Elang hanya membawa satu helm. Lagipula, memang akhir-akhir ini Alyssa jarang pulang bersama Elang. Terkadang, Elang berpamitan pulang lebih dulu untuk mengikuti berbagai macam bimbingan yang Bunda pinta dia untuk ikuti.

UNDOWhere stories live. Discover now