Bab 14

3.1K 448 57
                                    

.

.

.

.

.

Taehyung berjalan keluar dari apartemen Bee sambil membawa dua gelas kopi sebelum Jungkook dapat keluar dari mobil. Jungkook membuka pintu lalu dengan tergesa berjalan keluar dari Range Rover. Rambutnya tampak setengah basah dan lebih panjang. Jungkook menyukai Taehyung, selalu.

.

Celana pendek yang Taehyung gunakan nyaris tak menutupi kakinya dan itu membuat Jungkook susah untuk berkonsentrasi saat Taehyung duduk di mobil. Mereka akan naik sampai ke pahanya. Jungkook melihat pada kakinya dan menemukan Taehyung menatapnya tajam. Taehyung memaksakan sebuah senyum kecil.

.

"Aku membawakanmu kopi karena kau telah bangun pagi-pagi untukku. Aku tahu bangun cepat bukanlah kebiasaanmu." Suara Taehyung seperti tidak yakin dan lembut saat dia bicara. Itu akan menjadi rencana Jungkook untuk mengubahnya dalam perjalanan ini. Jungkook ingin Taehyung merasa nyaman dengannya lagi.

.

"Terima kasih," jawab Jungkook dengan tersenyum, dia harap dapat menghilangkan rasa gugupnya saat Jungkook membukakan pintu penumpang untuk Taehyung. Jungkook tidak bisa tidur sejak jam tiga pagi ini. Dia cemas. Jungkook sangat yakin telah menghabiskan dua mug besar kopi sejak tadi. Meskipun begitu dia tidak berencana untuk memberitahu Taehyung saat pemuda itu membawakannya kopi. Jungkook tersenyum lebar, menutup pintunya dan kembali ke tempatnya.

.

Taehyung mengangkat gelas kopinya hingga ke mulut, menyesap sedikit saat Jungkook menatapnya. "Jika kau ingin mendengar musik, aku berjanji itu semua terserah kau," Jungkook mengingatkannya. Taehyung tidak bergerak tapi tersenyum pada ujung bibirnya.

.

"Terima kasih. Percaya padaku, aku mengingatnya. Aku baik-baik saja sekarang. Kau bisa mendengarkan sesuatu jika kau ingin. Aku butuh untuk bangun terlebih dahulu."

.

Sial, Jungkook tidak peduli tentang radio. Jungkook hanya ingin berbicara dengan Taehyung. Apa yang mereka bicarakan memang tidak penting. Berbicara dengan Taehyung adalah satu-satunya hal yang Jungkook pedulikan. "Jadi apa rencananya? Apakah Jimin tahu kita akan kesana untuk

mengambil barang-barangmu?" Jungkook bertanya.

.

Taehyung bergeser pada tempat duduknya dan Jungkook memaksakan dirinya untuk tetap menjaga mata ke jalan bukan ke kaki jejang Taehyung yang─sial. "Tidak. Aku ingin menjelaskan kepadanya dan neneknya, Nenek. tentang hal ini. Aku juga butuh untuk meyakinkannnya untuk menjual trukku dan mengirimkan uangnya padaku. Itu tidak bisa dikendarai. Itu dalam kondisi buruk."

.

Truk Taehyung memang sudah tua. Idenya untuk tidak akan mengendarai truk lagi adalah berita yang melegakan. Bagaimanapun, Jungkook tidak gila tentang Taehyung yang.tidak memiliki kendaraan. Bagaimana bisa Jungkook menawarkan untuk memperbaikinya sedangkan dia sama sekali tidak tahu caranya. Dan lagi, Taehyung tidak akan pernah menerima mobil pemberian Jungkook. Mungkin truknya dapat diperbaiki dan membuatnya aman.

.

"Aku bisa mengambilnya dan mengeceknya sementara kau mengepak barang. Itu hanya membutuhkan beberapa pasang untuk menyelesaikannya."

.

Taehyung mendesah. "Terima kasih tapi jangan repot-repot. Jimin sudah mengambil dan mengeceknya. Dia sudah memperbaiki mereka jadi aku bisa membawanya ke kota tapi dia bilang itu hanya baik sementara. Butuh waktu lebih untuk mengerjakan daripada yang aku biayai."

.

Jungkook mencengkeram erat setir mobil. Ide tentang Jimin menjaganya telah membuat Jungkook gila. Jungkook benci Jimin yang memperbaiki truk Taehyung. Seharusnya itu adalah keluarganya yang membantu ketika Taehyung membutuhkan. Jungkook telah mengacaukan hidupnya. Jungkook tidak disana untuk meneleponnya ketika Taehyung membutuhkan bantuan.

.

"Jadi apakah kau dan Jimin...?" Apa sih yang coba Jungkook tanyakan? Apakah mereka? Sial. Jungkook tidak ingin mendengarnya.

.

"Kami adalah teman, Jungkook. Telah begitu sejak lama. Perasaanku kepadanya tidak akan berubah."

.

Jungkook melonggarkan cengkeraman pada setir mobil dan mengelap keringat pada telapak tangan di jeans. Sial, Taehyung membuatnya gila. Jika Jungkook ingin membuatnya kembali nyaman  maka Jungkook harus tetap tenang. Itu akan dimulai dengan dirinya yang tidak menghajar Jimin ketika Jungkook melihatnya.

.

Sebelum Jungkook dapat mengatakan apapun lagi Taehyung condong ke depan dan menyalakan radio. Dia menemukan siaran country pada radio satelit dan kembali menyandarkan kepalanya di kursi seraya memejamkan mata. Jungkook sudah menyelidiki terlalu banyak. Taehyung tengah dengan sopan memintanya untuk diam. Jungkook bisa membaca petunjuknya.

.

Tiga puluh menit dalam diam terlewat sebelum ponsel Jungkook berdering. Nama Somi muncul di layar dashboard. Iphone sialan itu sudah terprogram di mobilnya. Biasanya akan muncul saat di genggaman dan membuatnya bebas untuk mengangkat. Tetapi untuk Taehyung melihat nama Somi muncul itu pertanda yang tidak bagus. Jungkook tidak menginginkan peringatan. Rencananya untuk hari ini adalah hari tanpa peringatan.

.

Tanpa pikir panjang Jungkook mengklik tombol tolak dan radio kembali memutar lagi. Dia tidak melihat ke arah Taehyung tapi merasa matanya menatap. Itu benar-benar susah untuk tidak bertemu tatapannya.

.

"Kau bisa berbicara dengannya. Dia adalah adikmu," Taehyung berbicara dengan lembut, Jungkook hampir tidak mendengarnya karena musik.

.

"Dia memang adikku. Tapi dia menunjukkan sesuatu yang aku tidak ingin untuk kau pikirkan hari ini." Taehyung tidak berhenti menatap. Itu menguras tenaga Jungkook untuk menjaganya tetap biasa saja. Menepikan mobil dengan kasar, menangkup wajahnya dan memberitahunya betapa pentingnya Taehyung serta betapa dia sangat mencintainya bukanlah apa yang Taehyung butuhkan sekarang.

.

"Aku baik-baik saja, Jungkook. Aku memiliki waktu untuk bisa menerima semuanya. Terimalah hal itu. Aku akan bertemu Somi di klub. Aku siap untuk itu. Kau membantuku hari ini. Kau bisa

melakukan apapun tapi kau memilih untuk membantuku. Aku tidak ingin dirimu tidak menerima telepon dari orang-orang yang peduli denganmu. Aku takkan hancur."

.

Sial. Begitu banyak untuk menjaga ini tetap biasa saja dan mudah. Jungkook menepi ke arah samping jalan dan membanting setir Rover ke taman. Dia coba menjaga tangannya untuk tetap pada dirinya tapi naas Jungkook memberikan seluruh perhatian pada Taehyung. "Aku memilih untuk menolongmu hari ini karena tidak ada yang bisa lebih aku suka lakukan daripada berada didekatmu. Aku mengantarmu karena aku pria menyedihkan yang akan mengambil apapun yang dia bisa ketika itu berhubungan denganmu." Jungkook menyerah dan menjalankan jempolnya ke arah tulang pipi Taehyung lalu ke rambut halusnya yang dia kagumi sejak pertama menatap Taehyung. "Aku akan melakukan apapun. Apapun, Tae, supaya bisa dekat denganmu. Aku tidak bisa berpikir tentang yang lain. Aku tidak bisa fokus dengan yang lain. Jadi jangan pernah berpikir bahwa kau menyusahkan aku. Kau butuh aku, aku disini." Jungkook berhenti. Dia terdengar menyedihkan bahkan ditelinganya sendiri. Memindahkan tangan dari kepalanya, Jungkook menggeser Rover pada gigi dan menarik gasnya kembali ke jalan.

.

Taehyung tidak mengatakan apapun. Jungkook tidak akan menyalahkannya. Dia memang terdengar seperti seorang pria gila. Taehyung mungkin akan takut kepadanya sekarang. Sial, seperti itulah keadaan Jungkook.

.

Dia benar-benar sudah tak tertolong.

.

.

.

.

.

JATUH [Book 2] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang