Bab 37

2.5K 365 32
                                    

.

.

.

.

.

Wajah Jungkook berubah pucat. Taehyung memegang tangannya namun dia tidak bereaksi. Dia duduk di sana mendengarkan orang yang sedang berbicara pada ujung telepon satunya tanpa berkata sepatah pun. Semakin lama mereka berbicara semakin putih wajahnya. Jantung Taehyung bergemuruh. Sesuatu yang mengerikan telah terjadi. Taehyung terus menunggunya mengatakan sesuatu. Apa saja. Namun tidak dia melakukan apapun.

.

"Aku dalam perjalanan," tukasnya dengan nada datar sebelum menjatuhkan ponselnya ke atas pangkuan dan memindahkan tangannya dari cengkeram Taehyung untuk memegang roda kemudi dengan amat erat.

.

"Ada apa, Jungkook?" tanya Taehyung yang saat ini semakin ketakutan daripada yang dia rasakan ketika Jungkook sedang menelepon.

.

"Masuklah ke dalam rumah, Tae. Aku harus pergi. Somi mengalami kecelakaan. Perahu layar , brengsek." Dia memejamkan matanya kuat-kuat dan menggumamkan makian. "Aku hanya butuh

kau keluar dari mobil dan masuk ke rumah. Aku akan menghubungi ketika sempat namun aku harus pergi, sekarang."

.

"Apakah dia terluka? Bolehkah aku pergi bersamamu?"

.

"TIDAK!" raungnya, masih memandang lurus ke depan. "Kau tidak bisa ikut denganku. Kenapa kau sampai menanyakan hal itu? Adikku berada di ICU dan tidak responsif. Aku harus berada bersamanya dan aku ingin kau keluar dari mobil."

.

Jungkook terluka dan ketakutan. Taehyung memahaminya. Namun Taehyung ingin berada di sana untuknya. Taehyung mencintainya dan Taehyung tidak ingin dia terluka seorang diri. "Jungkook, kumohon ijinkan aku ikut denganmu—"

.

"KELUAR DARI MOBIL!" Jungkook berteriak dengan sangat kencang yang menyebabkan telinga Taehyung berdenging. Taehyung tergopoh-gopoh memegang pegangan pintu dan menyambar tas. Jungkook menyalakan mesinnya dan terus menatap lurus kedepan sementara buku-buku jarinya berubah menjadi seputih wajahnya akibat kencangnya cengkeraman Jungkook pada roda kemudi. Taehyung ingin mengatakan hal yang lain namun dia sangat gusar. Taehyung takut pada apa yang mungkin akan Jungkook lakukan. Dia tidak ingin mendengarnya berbicara dan juga tidak ingin melihat Taehyung.

.

Taehyung tidak ingin menangis di hadapannya. Itu bukanlah yang dibutuhkannya saat ini. Taehyung keluar dari mobil secepat yang dia bisa. Sebelum pintu mobil tertutup sepenuhnya Jungkook memundurkan mobil dan melesat pergi, Taehyung hanya berdiri terpaku di sana dan menyaksikan Jungkook menjauh. Taehyung tidah mampu membantunya. Taehyung tidak diinginkan.

.

Airmata mengalir dengan deras sekarang. Jungkook sedang terluka. Hati Taehyung hancur untuknya. Begitu dia tiba di sana dan melihat Somi dia akan menelepon. Taehyung harus meyakini hal itu. Taehyung ingin menghubunginya namun telinga Taehyung masih berdenging dan hatinya masih sakit karena perkataan Jungkook barusan.

.

Akhirnya Taehyung berbalik untuk menatap rumah. Itu sangat besar, luas dan gelap. Tanpa kehadiran Jungkook, tidak ada aura keramahan yang menyambut. Taehyung tidak ingin tinggal di sana sendirian tapi Taehyung pun tidak memiliki mobil yang dapat dia kendarai menuju apartemen

Bee. Seharusnya Taehyung tidak pindah dari sana. Terlalu cepat. Segalanya bersama Jungkook telah bergerak sangat cepat. Sekarang, semuanya sedang diuji. Taehyung tidak yakin siap akan ujian tersebut. Belum saatnya. Menelepon Bee dan mengatakan padanya bahwa Taehyung butuh

JATUH [Book 2] ✅Where stories live. Discover now