04

1.1K 171 10
                                    

"Loh tumben anak gadis mama hari ini cepet bangunnya?" Sapa Yoona begitu melihat Koeun bergabung dengannya dan kedua saudaranya, Doyoung, dan Donghyuk yang sedang sibuk sarapan.

"Akhirnya gue liat elu juga dek, perasaan terakhir gue liat lo taun lalu." Ucap Doyoung asal.

Koeun yang duduk di samping Yoona kemudian melempar serbet di atas meja ke arah abangnya itu, "Lebay ah bang! Gue cuma tiga hari kok gak gabung sarapan sama abang."

Doyoung terkekeh.

Donghyuk kemudian bersuara, "Kak hari ini jangan nebeng Hyuk yah."

"Kenapa?"

"Kan ada Bang Doy."

"Halah, bilang aja adek mau nebengin gebetan yang nungguin di perempatan kan!" Goda Doyoung pada adik bungsunya itu.

Donghyuk langsung menatap abangnya dengan tatapan kesal, "Ya kali gebetan adek orang perempatan! Di situ kan bencis semua!"

Koeun dan Yoona tertawa-tawa mendengar ocehan keduanya.

"Duh harusnya ini mama rekam trus dikirim ke papa." Ucap Yoona dengan sisa-sisa tawanya.

Donghyuk langsung bereaksi, "Kapan sih papa pulang, ma? Hyuk kangen."

"Kangen papa atau kangen minta duit ke papa?" Kali ini giliran Koeun yang menggoda si bungsu.

"Ih pada senengnya ngeledekin adek." Ucap Donghyuk lalu mengerucutkan bibirnya lucu.

Semuanya kembali tertawa, begitu juga dengan Koeun yang akhirnya bisa merasakan sarapan damainya lagi setelah beberapa hari ini seperti zombie berjalan.

Sampai di depan gedung fakultas setelah diantar Doyoung yang juga anak kampus sini, Koeun berjalan santai menuju kelasnya. Ia melihat beberapa mahasiswa yang berlarian dan tidak sengaja menabrak orang sana-sini, persis dengan dirinya waktu itu.

Sampai di dalam kelas yang ternyata masih sepi, Koeun memilih asal kursi yang rasanya pingin dia tempati untuk hari ini. Ia memilih bagian tengah. Hari ini Yeri ada dispensasi untuk seminggu ke depan karena akan berlomba tari mewakili nama kampus di Singapura. Jadi bisa dikatakan ia sebebas merpati hari ini, tidak terikat harus duduk dengan siapapun.

Menunggu teman-temannya datang dan kelas dimulai, Koeun memainkan ponselnya santai. Sampai akhirnya ia merasakan ada hawa manusia yang memilih tempat duduk di samping kanannya. Koeun meliriknya sekilas.

Tatapan matanya bertemu dengan Mark yang kini juga sedang menatapnya.

"Halo." Sapanya dengan suara khasnya yang tenang.

Koeun hanya tersenyum membalas sapaan itu, kemudian ia kembali menyibukkan diri pada layar ponsel di genggamannya. Ada angin apa seorang Mark memilih duduk di sampingnya lalu menyapa dengan nada setenang itu?

.

.

"Koeun!"

Panggilan itu membuat pemilik nama tersebut langsung menurunkan pundaknya lesu, padahal dia sudah sangat semangat untuk cepat kabur dari kampus. Nanti sore dia ada waktu mengajar, tapi sekarang masih jam 11 siang, jadi niatnya dia akan pulang dulu ke rumah, makan, tidur, baru nanti berangkat ke tempat bimbel yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah.

Untungnya, jarak antara rumah, bimbel, dan kampusnya tidak begitu jauh, semua masih dapat dijangkau dalam waktu kurang dari satu jam menggunakan kendaraan umum.

Tapi niat malas-malasannya itu mungkin akan pupus sebentar lagi karena ia mendengar namanya dipanggil oleh Arin, teman satu divisinya.

Koeun menengok, lalu tersenyum pada perempuan yang lebih kecil dibandingkannya itu.

Touch - MarkoeunDove le storie prendono vita. Scoprilo ora