16

1.2K 150 23
                                    


Koeun berulang kali bersyukur dalam hati ketika tiba-tiba Mark mengirimkan pesan padanya dua menit lalu, tepat sebelum Koeun akan beranjak dari dalam ruang sekre himpro menuju kantin.



Mark

Ada kerjaan yang urgent, gak bisa makan siang bareng

Maaf ya, nanti pulangnya aja gue anter

Iya gak apa-apa

Nanti gak langsung pulang, ada rapat divisi dulu

Bakal malem, bisa minta jemput bang doy kok

Gue juga pulang malem

Gue aja yang anter nanti



Koeun tidak membalas lagi pesan dari Mark itu.

Percuma, ditolak pun dia akan bergeming, pasti akan tetap keras kepala untuk mengantarkan gadis itu pulang.

Ya sudah, Koeun juga yang diuntungkan karena bisa diantar dengan aman oleh lelaki keturunan Kanada itu.

Tapi, tiba-tiba Koeun terkesiap, memangnya diantar oleh Mark termasuk kategori aman? Karena terakhir kali ia diantarkan pulang oleh lelaki itu, berakhir dengan Koeun yang sudah ada di atas pangkuannya di kursi kemudi. Ia rasa, pulang dengan Mark justru sangat membahayakan. Sangat membahayakan untuk ketenangan jiwa dan detak jantungnya.

Koeun tidak bisa percaya ketika Mark mengatakan bahwa ia adalah perempuan pertama yang pernah disentuh oleh lelaki itu. Karena dari apa yang dirasakan oleh Koeun, Mark terlalu ahli untuk dikategorikan sebagai pemula. Tapi, mungkin saja, itu memang sudah bakat alaminya.

Kedua pipi Koeun jadi memerah ketika pikirannya dipenuhi oleh bagaimana lelaki itu menyentuhnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan gerakan heboh sampai beberapa teman divisinya jadi khawatir.

"Koeun lo kenapa?"

Koeun menghentikan gerakan bodohnya, lalu tersenyum kikuk, "Gak apa-apa."

Arin yang ada di dalam ruangan itu juga memperhatikan segala gerak-gerik temannya itu. Semenjak beberapa bulan lalu ketika Mark menjemput Koeun di depan ruangan divisi, Arin mulai menjauhi gadis itu.

Karena ternyata yang ia rasakan pada Mark bukan hanya sekadar kagum, ada hati yang terasa sakit ketika ia melihat teman yang ia anggap dekat dengannya selama ini justru kini berpacaran dengan lelaki itu.

Ia tidak bisa menyalahkan Koeun, karena Arin selama ini memang tidak pernah mengatakan apapun tentang perasaannya yang sungguh-sungguh pada lelaki itu. Koeun hanya tahu kalau Arin mengagumi ketampanan Mark.

Tapi ada dalam diri Arin yang juga merasa terkhianati, padahal selama ini ia menceritakan tentang Mark begitu antusias pada Koeun, dan gadis itu selalu memperlihatkan reaksi yang tak begitu peduli. Tapi nyatanya, justru kini Koeun yang berpacaran dengan lelaki itu. Tanpa Arin sama sekali tahu bagaimana prosesnya. Seakan-akan Koeun memang sengaja menyembunyikannya dan membuat Arin tampak seperti orang bodoh yang menghebohkan lelaki yang sedang mendekati Koeun.

"Gue ke kamar mandi dulu deh, cuci muka." Kata Koeun meletakkan ponselnya di atas meja lalu bergegas keluar ruangan dengan langkah agak tergesa-gesa.

Arin berjalan menuju kursi samping meja lalu duduk di sana, ekor matanya menangkap adanya pop up pesan yang masuk pada ponsel Koeun.

Lockscreen ponselnya bahkan foto selfie mereka berdua, rasanya hati Arin semakin berdenyut sakit.

Touch - MarkoeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang