07

1.1K 174 11
                                    

Di pagi hari, Koeun masuk ke dalam kelas dengan langkah lemas dan malas-malasan. Semalaman ia begadang menonton drama setelah pusing membuat soal ujian untuk murid-muridnya di bimbel. Karena terlalu asyik dan penasaran, ia kebablasan menonton drama korea dari episode satu sampai enam. Alhasil, ia baru tidur jam empat subuh tadi. Sedangkan dia sendiri lupa kalau besoknya ada kelas jam tujuh pagi.

Ia memilih kursi di pojokan belakang agar bisa mencuri tidur saat kelas dimulai nanti. Untunglah hari ini dosennya bukan Bu Sandra.

Begitu membanting bokongnya ke kursi lipat singgasananya, ia melihat ke arah jam digital di ponselnya. Kelas dimulai masih 20 menit lagi, ia harus menggunakannya sebaik mungkin untuk tidur pulas.

Ia menaruh asal tasnya ke lantai samping kursi, lalu menjadikan sweater yang tadi ia pakai menjadi bantal dan dalam sekejap, ia sudah mendengkur halus, kembali ke alam mimpi tanpa aba-aba.

Tak lama, Mark memasuki kelas dan langsung mengedarkan pandangan, mencari satu sosok yang ia pikir pasti sudah datang duluan karena tadi saat ia menjemputnya ke rumah, mamanya Koeun bilang kalau gadis itu sudah berangkat dengan abangnya.

Ia benar-benar lupa untuk meminta nomor ponsel gadis itu semalam. Jadi tadi ia nekat saja menjemput tanpa menghubunginya lebih dahulu. Lagipula, keinginannya menjemput gadis itupun muncul mendadak ketika ia menyalakan mesin mobil saat mau berangkat tadi.

Melihat puncak kepala gadis itu yang sudah menelungkup di atas meja kursi lipat, Mark tersenyum tipis dan langsung mendatanginya. Ia duduk di kursi samping Koeun yang beruntungnya masih kosong. Ia memperhatikan wajah tidur menyamping gadis itu yang terlihat begitu polos. Lagi-lagi ia mendengar dengkuran halus itu.

Mark terkekeh pelan, "Indeed, putri tidur."

Setelah beberapa saat puas memandangi wajah putri tidurnya, Mark memperbaiki posisi duduknya menjadi menghadap depan, ia menaruh tasnya di samping kursi setelah mengambil beberapa peralatan belajarnya. Buku dan pulpen. Dia pintar bukan karena IQ-nya yang di atas rata-rata saja, tapi juga karena ia memang rajin mendengarkan segala ilmu yang diberikan para dosen.

Meskipun terlihat acuh tak acuh, tapi ia tetap mahasiswa biasa yang justru terkesan cupu kalau sudah masalah belajar. Dia terlalu serius. Berbanding terbalik dengan Koeun yang lebih sering memilih untuk tidur saat perkuliahan berlangsung.

Kelas semakin lama semakin terisi penuh, suara berisik semakin terdengar setiap saatnya. Suara-suara berisik itu akhirnya mengusik tidur nyenyak gadis di samping Mark.

Ia mengangkat kepalanya dengan mata yang mengerjap-ngerjap, mencoba untuk menetralkan matanya yang terasa silau karena terlalu banyak cahaya yang masuk seketika ke dalam matanya.

"Nyenyak tidurnya, putri tidur?"

Koeun menoleh kaget ke samping kirinya.

"Hah? Dari kapan lo di sini?"

Mark mengedikkan bahunya, ia hanya menatap Koeun sekilas lalu tersenyum tipis.

Koeun menggaruk-garuk tengkuknya yang gatal karena anak rambut yang tak beraturan akibat tidurnya tadi.

Dengan gerakan khasnya yang terkesan asal, Koeun merapikan rambutnya yang agak berantakan untuk ia ikat satu kembali dengan rapi.

Mark memperhatikannya tanpa berkedip. Koeun sampai risih dibuatnya.

"Apa sih Mark liat-liat mulu?"

"Gue baru tau gitu ya cara ngiket rambut."

"Lo kayak gak pernah liat nyokap lo ngiket rambut aja."

Touch - MarkoeunDonde viven las historias. Descúbrelo ahora