17

1.2K 148 7
                                    

Daku malu ngepost-nya, moga gak cringey ha ha ha ha




Setelah disambut dengan sangat amat terlalu baik oleh Yoona, dibuatkan bubur dan teh hangat, lalu dibaluri minyak kayu putih seluruh badan oleh Donghyuk, Mark disuruh tidur di kamar Koeun.

Lelaki itu sudah berganti baju menjadi kaus dan celana pendek hasil meminjam adik kesayangannya Koeun, ia mengikuti Koeun yang berjalan masuk ke dalam kamarnya.

"Ini kamar gue, semoga abis ini lo gak ilfeel."

Mark memperhatikan setiap sudut ruangan bernuansa hijau pastel itu. Kamar ini benar-benar seperti Koeun, simple, tapi menyenangkan. Dia tak melihat dimana letak berantakan yang berulang kali diucapkan oleh gadis itu selama ini.

"Berantakan dari mana sih." Ucap Mark lalu duduk di pinggiran kasur.

Koeun berdiri di hadapan Mark, ia tersenyum senang, "Bagus deh kalo menurut lo segini rapih, biar nanti gue bilang sama mama, jadi gue gak diomelin suruh bersihin terus tiap doi masuk kamar ini."

Mark tertawa mendengarnya. Gadis ini kadang bisa sangat mempesona lewat cara bicaranya yang lucu dan menyenangkan.

"Udah sana tidur." Ucap Koeun menepuk pelan pundak lelaki itu.

"Eun, tadinya gue mau terus ngerahasiain ini, tapi karena gue sekarang butuh sesuatu, gue jadi harus jujur."

"Jujur apaan?"

"Gue boleh pinjem tempat contact lens?"

Koeun mengerjap, "Boleh lah."

Gadis itu kemudian berjalan menuju meja belajarnya lalu meraih kotak kecil yang ada di dalam laci.

"Ini, lo pake contact lens selama ini?" Tanya gadis itu sembari menyerahkan kotak tempat contact lens tersebut.

Mark mengangguk.

"Lo minus? Silinder? Apa jangan-jangan plus?"

Lelaki itu tertawa kecil. "Bukan tiga-tiganya."

"Sini duduk dulu." Ucap Mark menepuk-nepuk tempat di sampingnya.

Koeun menurut, ia duduk sambil memperhatikan mata Mark dengan rasa penasaran. Lelaki itu kemudian melepaskan contact lens dari kedua matanya secara perlahan. Setelah mengerjap beberapa kali, ia memandang balik Koeun yang kini sudah membuka lebar mulutnya. Terkejut.

Mark terkekeh, "Ini rahasia kecil yang cuma abang dan kakak gue yang tau, sekarang lo juga tau."

"Mata lo..."

Lelaki itu mengangguk.

"Astaga, kalo kayak gini, baru gue percaya lo bule."

Mark mendengus, "Maksud lo? Jadi selama ini lo gak percaya?"

Koeun terkekeh, "Percaya sih, cuma mata biru lo bikin gue makin percaya."

Keduanya kemudian saling pandang.

Koeun tersenyum tipis, "Mata lo indah banget."

"Seriously? Selama ini gue gak suka sama mata biru ini karena bikin gue beda dari kalian, bahkan beda dari abang dan kakak gue."

"Loh kenapa? Kalo gue jadi lo sih gue malah bangga."

"Gue kan gak cuek kayak lo, Eun."

Gadis itu mencibir. Mark terkekeh kecil, dengan senyum yang tak bisa lepas dari bibirnya, ia mendekatkan kepalanya pada Koeun, hendak mencium gadis itu saking gemasnya.

Tapi beberapa centi lagi bibir mereka bersentuhan, Mark menghentikan gerakannya, ia bergerak mundur lalu kembali pada posisinya semula.

"Kenapa?" Tanya Koeun menatap Mark dengan mata bulatnya.

"Gue lagi sakit, nanti lo ketularan."

Koeun menahan senyum, ia mendekatkan dirinya pada lelaki itu lalu mengalungkan kedua tangannya pada leher Mark.

"Sini bagi ke gue biar demam lo cepet turun."

Sepersekian detik kemudian, Koeun sudah menekan bibirnya pada bibir lelaki itu. Mark tersenyum di sela ciumannya. Ia peluk tubuh gadis itu untuk menghilangkan sisa jarak diantara keduanya, lalu mengambil alih dominasi.

Kecupan manis Koeun kini ia balas dengan lumatan, dengan penuh perasaan ia ciumi gadis di dalam rengkuhannya itu dengan sayang.

Keduanya saling berbalas selama entah beberapa menit kemudian, tangan Mark yang memeluk Koeun mengusap-ngusap punggung gadis itu dengan lembut. Sedangnya satu tangan Koeun kini dengan seduktif menyentuh rahang Mark.

Ciuman yang berlangsung lama itu membuat Mark menginginkan lebih, ia gigit bibir bagian bawah Koeun agar gadis itu membuka bibirnya. Lidah lelaki itu menelusup masuk, mengeksplor semua yang ada di dalam mulut Koeun sebelum akhirnya menautkan lidahnya dengan lidah gadis itu.

Finally, he did his first French kiss with his beloved sleeping beauty.

Suara decakan memenuhi kamar Koeun malam itu, membiarkan bintang di luar menjadi saksi bisu atas rasa manis yang tercipta di dalam diri kedua manusia tersebut.

Momen indah yang membuat Mark berteriak dalam hati, menginginkan waktu berhenti saja saat ini, disaat ia bisa menikmati indahnya malam dengan seorang gadis yang berhasil mencairkan hatinya menjadi begitu hangat. Sampai-sampai ia lupa kalau saat ini badannya sedang tidak enak, seharian di kampus mengeluh ingin cepat tidur, tapi nyatanya saat ini ia sama sekali tidak mengantuk.

Setelah entah berapa menit lagi lamanya mereka berciuman, keduanya saling pandang dengan napas yang naik turun. Koeun memandangi lelaki di hadapannya itu dengan tatapan polos, sedangkan Mark tersenyum, kemudian berkata,

"Kayaknya gue harus sering-sering lepas contact lens mulai sekarang."

"Kenapa emangnya?"

"Berkat mata biru gue, akhirnya lo ngasih gue French kiss."

Koeun berdecak, ia mendorong Mark menjauh lalu melepaskan diri.

Ia berdiri lalu berteriak, "Tidur aja sana dasar genit!"

Koeun berjalan keluar kamar dengan langkah lebar tanpa sekalipun menengok pada Mark, lalu ia menutup pintu kamar dengan sedikit kencang, menimbulkan suara lumayan keras sebagai efeknya.

Mark tertawa-tawa sendiri menyaksikan tingkah gadis itu, ah, apa yang harus ia lakukan pada gadis menggemaskannya itu?

Semoga esok hari Koeun tidak tertular flu darinya.


.

.

Touch - MarkoeunWhere stories live. Discover now