12. Surat Untuk Ara

808 51 11
                                    

Setelah puas menyakiti,
lalu pergi begitu saja.
_____________________________

"Lo bego atau kelewat pinter sih, By?"

Alby berdecak. "Berisik! Lo mau hukuman kita ditambah? Nikmatin aja."

Adit semakin kesal, ia harus dihukum hormat di tengah lapangan juga karena mendapat tuduhan dari Alby bahwa dirinya yang melempar penghapus hingga mengenai kepala botak Pak Dandi guru kimia yang terkenal sangat disiplin.

Alby melepas dua kancing seragamnya sedangkan Adit sibuk mengeluh.

"Bacot lo kayak banci."

Adit mendengus. "By, kantin yuk!"

Tanpa menghiraukan ajakan Adit, Alby sudah melangkahkan kakinya menjauhi lapangan menuju kantin dan Adit mengikutinya dari belakang.

Kebetulan Ara berada di kantin bersama Rere. Raut khawatir terlihat jelas di wajah Alby melihat Ara melamun dan hanya mengaduk-aduk makanannya.

Pikiran Ara masih dipenuhi dengan sosok ibunya, ia hanya memikirkan bagaimana cara ia bisa bertemu dengannya. Mata sembab, wajah pucat, sorot mata yang sendu, tidak ada senyuman yang menghiasi harinya.

"Sshh … dingin," desah Ara merasakan ada sesuatu yang menempel di pipinya, terasa dingin dan berair.

"Lemes banget si lo."

"Biasa aja."

"Dihukumnya udah, By? Waktunya belum habis lho," sindir Rere.

"Panas, mending gue–"

"Ra, nanti pulang bareng Abang, ya." Reno mengelus puncak rambut Ara, membuat Alby membuang arah pandangannya.

Ara mengangguk dan tersenyum tanda ia setuju dengan ajakan Reno.

"Anjing! Kampret lo, By. Baru aja gue duduk udah ditinggal lagi," umpat Adit lalu bergegas mengejar Alby yang kembali meninggalkan dirinya, lagi.

Ara hanya terkekeh melihat mereka, tak sadar jika Rere memperhatikannya.

"Ra, lo tau ga kenapa Alby malah pergi?"

"Emang kenapa?"

"Dia cemburu, gara-gara liat lo sama Kak Reno barusan."

Ara terkejut dengan pernyataan yang diucapkan oleh Rere.

"Enggak lah, masa Alby cemburu sih, Re. Dia kan cuma temen gue, temen lo juga."

Rere berdecak sebal. "Ck! Kapan sih lo peka."

***

Reno menunggu Ara di depan kelas, walaupun Ara sudah menyuruh Reno menunggunya di tempat parkir agar ia tidak mendapat masalah dari cabe-cabe yang beredar di sekolahnya, bermasalah dengan Regina saja sudah membuat dirinya sangat muak.

Reno dan Ara berjalan berdampingan melewati koridor, siapa saja yang melihatnya akan menganggap bahwa mereka berpacaran.

"Ara!"

Gadis yang dipanggil namanya pun menoleh ke belakang, terlihat Bian yang tersenyum melambaikan tangannya.

"Ra, balik sama gue yuk?" ajak Bian dengan percaya diri walau di samping gadis itu ada Reno, kakak kelasnya.

Ara menatap Reno dan Bian bergantian.

"Ara balik sama gue," tegas Reno, tangannya beralih merangkul pundak Ara.

RealityWhere stories live. Discover now