14. Sorry.

6.5K 688 14
                                    

Entah harus sedih atau bahagia, namun saat ini aku berusaha untuk menjadi yang terbaik untukmu. - Lisa.

Tolong tegur aku jika memang sikap dinginku masih kutunjukkan padamu. - Jungkook.

-Mine-

Gadis berusia 17 tahun itu meluruskan kedua tangannya di udara ketika merasakan hawa dingin mulai menyengat tubuhnya. Ya, lagi-lagi sebuah kejadian buruk mengenai orang yang sama tengah hadir disela-sela mimpinya. Ia mengusap sepasang matanya dengan gerakan pelan seiring dengan matanya menatap jam dinding di kamar itu.

"Ah, ternyata masih jam 5 pagi." batinnya.

Merasa jiwanya telah benar-benar menyatu dengan raganya, gadis yang masih berpiyama itu menolehkan kepalanya ke kanan dan menatap wajah lelaki yang kini sedang tertidur pulas dengan masih mempertahankan posisi seperti kemarin.

Tak terasa sedari tadi ia menyembunyikan senyuman indahnya di balik bibir tebal itu, entah kenapa ia merasa Jungkook memiliki paras yang sama dengan Bunny. Hidungnya, pipinya, bibirnya, semuanya mirip. Dia juga merasakan seolah Bunny hadir jika dirinya sedang bersama lelaki itu.

Namun, gadis itu selalu membuang jauh-jauh pemikiran bodohnya itu, tidak mungkin kan dia adalah Bunny?  Ingatannya kembali diputar, Bunny bukan orang kasar, nyebelin, dingin, seperti Jungkook. Jadi gadis itu kembali membuang perkiraan anehnya itu.

Lisa--gadis itu mulai bangkit dari posisinya, rencananya dia akan keluar dari kamar lelaki itu dan kembali menuju kamarnya lagi karena sebentar lagi dia harus pergi bersekolah.

Dengan gerakan pelan tanpa mengeluarkan sedikit suara, gadis itu berjalan ke arah pintu dan membuka pelan knop pintunya. Anehnya, pintu itu dapat terbuka tanpa harus repot-repot di putar berkali-kali. Lalu dengan cepat, ia meninggalkan kamar itu sebelum sang pemiliknya bangun.

"Pagi Bi Inah!" Sapa gadis itu ketika menuruni tangga dengan keadaan berbeda. Iya, gadis itu telah selesai mandi dan berseragam rapi bersiap berangkat menuju sekolahnya.

"Eh, non lisa. Tumben atuh udah bangun jam segini. Mimpi buruk lagi ya non?" tebaknya, dan benar! Wanita paruh baya itu sampai hafal saking seringnya Lisa bermimpi buruk pada waktu dini hari.

"Yap, bibi emang selalu ngerti deh." sambil memainkan tali ranselnya, gadis itu menghampiri Bi Inah yang sedang bergelut di dapur, "Sop ayam ya bi?" gadis itu mencium aroma gurih kaldu ayam ketika mendekati area dapur.

"Ih, non Lisa hafal. Hebat banget nyak, kayak peramal."

"Iya dong! Siapa dulu, Lisa!" Gadis itu menepuk pundak Bi Inah sambil tertawa kecil.

"Eh iya dong Lisa.. Eh iya non, iya.. Eh" Bi Inah menepuk pelan mulutnya sendiri menyadari bahasa planetnya mulai muncul.

Lisa tertawa lagi tapi kali ini lebih keras dari sebelumnya. Gadis itu senang menggoda Bi Inah yang kerap latah karena terkejut, "Bi, ini masih pagi lho. Udah keluar aja bahasa planetnya."

Wanita paruh baya itu meringis menunjukkan kerutan di bagian samping matanya mengingat usianya yang semakin menua, "Iya dong neng, itung-itung pemanasan dulu."

"Pemanasan mulu, nanti kepanasan lho bi. Eh iya, ngomong-ngomong itu sandwichnya bisa aku bawa ke sekolah nggak bi? Buat bekel,"

Mine ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt