Chapter 2 : Breakfast

5K 737 27
                                    

Sunhee's POV

Hari Minggu adalah hari untuk tidur. Itulah prinsip hidup gue dari lahir sampai 19 tahun ini, mungkin seterusnya akan begitu. Namun, hari Minggu yang seharusnya membuat gue nyenyak hingga pukul 9, harus diinterupsi dengan ketukan pintu berkali-kali.

Firasat gue mengatakan si Chanyeol-lah orang yang berada di balik pintu itu. Selalu mengganggu hidup gue. Dasar mahasiswa pengangguran.

Setelah mencuci wajah dan menyisir rambut, gue membuka pintu dan alangkah terkejutnya gue melihat Tuan Sehun sudah berdiri sambil memegang pena dan kertas kecil. Apakah gue telah berbuat onar di lingkungan apartemen ini? Sontak, pikiran gue kacau balau.

"Selamat pagi, Nona Sunhee. Maaf apabila pagi Anda terganggu. Kami sebetulnya telah menelepon Nona Sunhee beberapa kali, namun tidak diangkat.."

"Ya?"

Tuan Sehun terdiam sejenak. Jelas, ia merasa campah melihat gue yang masih belum siap sama sekali. Gadis pemalas. Mungkin itulah yang ada di benaknya sekarang. Atau bisa jadi 'mengapa wajahnya selalu kusam dan muram seperti sengsara?'

Tuan Sehun memegang secarik kertas kecil dan sebuah bolpoin hitam di tangannya. Dengan senyum terbaiknya, ia memberikannya kepada gue yang masih agak terhuyung-huyung. "Ini ada survei kepuasan buat Nona Sunhee. Kami selalu survei kepada penghuni baru seperti Nona Sunhee dan penghuni lama setiap 3 bulan sekali untuk meningkatkan pelayanan kami," kata Tuan Sehun kemudian.

Untung saja wajahmu mendukung, Tuan. Kalau tidak, sudah gue seret ke lobi supaya tidak mengganggu rutinitas gue.

Gue pun mengambil kertas dan bolpoin tersebut dengan cepat. Gue menatap mata Tuan Sehun tajam, mengisyaratkan gue rasa sudah selesai berurusan dengannya saat ini juga.

"Ma.. Maaf mengganggu pagi Anda, Nona Sunhee. Selamat beraktivitas," ucap Tuan Sehun kemudian berjalan pergi meninggalkan gue. "Akhirnya," gumam gue lalu menutup pintu, bersiap untuk meringsek kembali di dalam selimut.

Tak genap semenit gue memejamkan mata, pintu apartemen gue kembali diketuk beberapa kali. Kapan gue bisa santai?! "Aih!" decak gue sambil beranjak dari kasur, berjalan gontai ke arah pintu.

"Lo lagi, lo lagi," ucap gue sambil menatap sayu Chanyeol yang berdiri dengan wajah sumringah, berseri-seri. Sepertinya, ia baru memenangkan lotere atau semacamnya dan ingin memberikan gue sarapan. Kalau memang kenyataannya demikian, gue akan bersikap baik seterusnya kepada bocah satu ini, gue janji!

"Gue mau nanya, itu shower lo bermasalah engga?" tanya Chanyeol sambil celingukan ke dalam apartemen gue yang berantakan.

"Gue aja belum mandi, gimana mau tau," balas gue sambil menggaruk-garuk kepala. Kutu sepertinya sedang berperang di atas kulit kepala gue saat ini. Argh.

Tanpa ba-bi-bu, Chanyeol melangkah masuk ke dalam apartemen gue dan membuka pintu toilet, bahkan tanpa seizin gue. Kontan, gue naik darah dan langsung menarik jaketnya dari belakang.

"Hei, lo kira ini apartemen nenek moyang lo, apa?! Sembarangan aja masuk!"

Chanyeol menoleh, lalu mendecak kecil. "Aih, maksud gue kan baik. Mau ngecek shower lo," ucapnya seolah tanpa dosa dan tetap masuk ke dalam toilet. Laki-laki itu lalu menuju bilik shower, melirik sekitar, dan menutup pintu bilik.

"Hore, ada sampo sama sabun! Gue numpang mandi, ya!" teriaknya kemudian. Apa? Numpang mandi?! Gue langsung menggedor-gedor bilik shower dan mendorongnya, berharap orang gila satu ini berhenti melakukan aksinya.

Dia kira gue apa? Supplier barang? Sudah kemarin menanyakan charger, sekarang meminta sabun dan sampo untuk mandi. Dasar engga ada modal!

"Caplang! Keluar lo! Gue laporin satpam lama-lama lo, ya!" teriak gue sambil menendang pintu bilik. Gue masih mendengar suara rintikan shower yang deras, dan juga gumaman kecil dari balik sana.

Apartment 69 | Park Chanyeol AU✅Where stories live. Discover now