Chapter 29 : Mistake

2K 387 22
                                    

Sunhee's POV

Kak Jihyo memandangi gue dan Kak Lay yang duduk di depannya dengan seringai kecil. Tukang comblang satu ini rasa-rasanya tak pernah selesai dengan urusannya. Ia bergantian melihat ke arah gue dan Kak Lay, sambil menyeruput gelas milkshake kedua di tangannya.

"Sudah resmi?"

Gue hanya diam, fokus kepada bibimbap gue yang tinggal seperempat mangkuk. Tak sedikitpun gue berani untuk melirik Kak Lay yang asyik berkutat dengan handphone-nya. Terselip rasa bersalah di dalam batin gue karena gue tak menjawab apapun atas pertanyaan Kak Lay saat itu. 

Semuanya begitu tiba-tiba, dan jujur.. Gue belum siap untuk membuka hati kepada siapapun. Gue pun masih belum bisa mempercayai apa yang gue lihat dan alami sekarang. Mungkin saja, semua ini hanyalah fantasi atau mimpi gue semata, dan gue tak menyadari itu.

Gue terkadang mengasumsikan gue sakit jiwa akibat peristiwa Chanyeol ini. Mana mungkin di dunia ini ada kejadian seperti itu?!

"Kok di.."

"Shut up." Kak Lay memotong ucapan Kak Jihyo. Wajahnya lagi-lagi dingin, nadanya datar. Kak Lay kembali seperti dirinya terdahulu.

Kak Jihyo tercekat. Gadis itu tak berani mengatakan apapun lagi. Dia sudah tahu apa resikonya apabila ia merespon Lay Zhang yang sedang memasang perangai terganggu.

Gue pun demikian. Apa yang dapat gue lakukan? Meminta maaf? Tapi bukan salah gue kalau gue menolak dia, kan? Dia juga seharusnya tahu bahwa gue bukan orang yang mudah untuk jatuh cinta, bersosialisasi.

Lelaki itu menusuk-nusuk ayam dengan garpu, terlihat frustrasi. Kak Lay tak suka makan ayam, namun ia tetap saja memesan makanan itu hari ini atas kemauannya sendiri.

"Kalau engga mau makan ayamnya, buat gue aja." Gue melirik ke arah dada ayam yang sudah berlubang sana-sini akibat garpu itu, tak enak dipandang lagi.

"Siapa bilang gue makan ayamnya?" Kak Lay mengerling ke arah gue, kemudian kembali menusuk-nusuk ayam.

Kak Jihyo yang begitu canggung, kemudian bergegas pergi dari kantin. Mungkin, perempuan itu tak ingin memperpanjang urusan dengan sang ketua BEM.

Angin semilir berembus, membuat bulu kuduk gue berdiri. Kecemasan dan kegugupan benar-benar menjadi satu. Gue kembali mengingat ucapan Tante Yifei. Kak Lay banyak berubah semenjak kenal gue.

Bagaimana kalau Kak Lay kembali menjadi pribadi yang kasar dan dingin seperti dulu? Tentu saja, Tante Yifei akan kecewa berat dengan gue.

"Gue salah ya, Lay?" Gue menatap wajah Kak Lay dengan takut-takut. Pada titik ini, gue khawatir Kak Lay tiba-tiba mencolokkan garpu di tangannya tepat ke mata gue. Mati.

"Engga, kok. Gue aja yang terburu-buru. Lo engga usah pikirin itu lagi. Anggep aja gue engga pernah ngomong." Kak Lay menjawab, sambil menyunggingkan senyum tipis dan mulai memakan ayam di piring Tersirat kekecewaan di matanya.

"Gue belum siap, Lay. Gue belum bisa berkomitmen saat ini."

"Gue tau. Gue harusnya sadar lo masih ada urusan yang jauh lebih penting dari sekedar 'menjalin hubungan' abal-abal kayak gini."

"Bukan begitu. Gue cu.."

"Ga usah ngerasa bersalah. Gue engga apa-apa, kok."

"Gue takut Tante Yifei kecewa.."

"Mama pasti ngerti, lah. Gue engga bakal jadi gue yang dulu lagi, kok. Tenang aja."

Gue menundukkan kepala, kusut. Sesekali, gue melirik ke arah Kak Lay yang nyatanya berhasil menghabiskan sepiring ayam, tanpa memuntahkannya.

"Kenapa tiba-tiba lo mau makan ayam?" tanya gue, ketika Kak Lay memasukkan potongan ayam terakhir ke mulutnya. Kak Lay melirik gue, terkekeh kecil.

"Supaya bisa membiasakan diri dengan hal yang tak diharapkan."

"Tumben-tumbennya lo bilang begitu."

"Membiasakan diri dengan makanan yang tak gue harapkan.."

"Terus?"

"Membiasakan diri dengan penolakan yang tak gue harapkan.. Membiasakan diri dengan masa lalu yang tak gue harapkan.. Tapi gue bakal ngehadepin semua itu dengan ikhlas."

Kak Lay pun menyilangkan sendok dan garpu, sudah selesai bersantap. Ia menoleh ke arah gue sambil tersenyum.

"Sekarang gue ngerti betapa sakitnya lo harus menghadapi kenyataan bahwa Chanyeol takkan pernah lo miliki, Sunhee. Yang lo hadepin lebih nyakitin daripada gue. Gue harus lebih kuat dari lo."

"Maafin gue, Lay." Perlahan, gue menggenggam erat tangan Kak Lay, berharap ia merasa sedikit lebih baik.

"Udah gue bilang, ga usah minta maaf. Gue.. Gue cuma engga tau mau cerita ke siapa lagi."

Drt. Drt. Drt. Drt.

Handphone Kak Lay tiba-tiba berdering. Sebuah panggilan masuk dari Tante Yifei.

"Halo, Mama? Apa? Iya, Ma. Sunhee di sini."

Kesadaran gue langsung meningkat kembali. Nama gue kok disebut-sebut?

"Oke, Ma. Dadah, Mama."

Kak Lay mematikan sambungan telepon, kemudian mengambil tasnya yang diletakkan di atas meja.

"Kenapa?" tanya gue, heran.

"Mama suruh kita berdua ke kantornya sekarang. Penting banget katanya, harus cepet biar selesai urusannya."

"Lah, kenapa emangnya?"

"Dia ada di kantor Mama sekarang. Mama telepon agensinya, dan agensinya berharap kasus ini diselesaikan baik-baik. Mama mau ngebujuk dia supaya nyerahin diri ke polisi aja, biar nama baiknya engga jatuh-jatuh amat."

Gue langsung membulatkan kedua mata gue.

Ha, sebagai idol dengan jutaan fans di seluruh dunia, gue berharap ia dapat jujur di hadapan gue, Mama, dan Kak Lay hari ini.

Apartment 69 | Park Chanyeol AU✅Where stories live. Discover now