Chapter 10 : Rare

2.8K 524 36
                                    

Eh, gue lupa kasih tau kalau kalian juga harus mulai 'jeli-jeli' baca setiap chapter ya. Mana tau ada kode ( ͡° ͜ʖ ͡°)

Sunhee's POV

"Bagus! Nanti kita lanjut latihan lagi, sekarang istirahat dulu 30 menit," kata Kak Lay selepas kami memainkan lagu When You Love Someone. Guepun menyandarkan gitar ke dinding, langsung mengirim pesan kepada Chanyeol.

Apakah dia baik-baik saja?

Chanyeol

Are you okay?

Sudah sampai apartemen. Gimana keadaan lo?

Gue engga apa-apa, elah. Justru gue yang nanya.

Gue lagi mau tidur.

Rest well, Yeollie.

Alright, my sun.

read.

Gue merasa begitu lega mengetahui bahwa Chanyeol sampai di apartemen dengan selamat. Gue sungguh cemas kalau ia benar-benar kolaps dalam perjalanan dan tak ada yang membantunya.

Jeno membuka bungkusan snack rumput laut yang dibelinya bersama Jae tadi, lalu kedua anak manusia itu makan tanpa menawari gue yang mulai keroncongan.

"Heh, lo kagak nawarin gue, nih?" seru Kak Lay lalu bergabung bersama Jeno dan Jae, menikmati snack. Gue sangat merasa terasing. Topik apa yang dapat gue bicarakan saat ini? Yang ada, gue hanya akan dipermalukan dan gue ngamuk lagi.

"Sunhee, engga cicip chiki?" Jae berucap, sambil menyodorkan chiki rasa jagung ke hadapan gue. Gue beranjak dari tempat gue, lalu mencomot chiki tersebut. "Duduk sini, dong. Ga usah malu malu, lah," ujar Jeno lalu memberikan ruang bagi gue untuk duduk.

Sedikit canggung, guepun duduk di sebelah Jeno. Kak Lay yang duduk di ujung hanya melihat tingkah gue yang aneh.

"Halah, ga usah sok-sok malu. Lo juga tadi cium-ciuman sama cowok lo biasa aja tuh. Dasar munafik," desis Kak Lay, begitu sinis.

"Idih, siapa yang malu? Munafik dari mana? Gue kasih tau lagi nih ya, Chanyeol itu cuma deket sama gue, tapi bukan pacar."

"Belom ditembak, ya? Aduh, kesian. Perasaannya digantung. Cowok macem apa itu." Kak Lay mendecak, mengejek gue lagi.

Tanpa pikir panjang, gue langsung melempar kaleng bekas cola milik Jae ke wajah Kak Lay dan mendarat mulus di hidungnya. Mampus lo.

Jae langsung memperhatikan keadaan Kak Lay, sementara Jeno yang melihat aksi gue untuk pertama kalinya, begitu tercengang. Mulutnya terbuka lebar. Sunhee sarap! Mungkin itu yang Jeno dan Jae pikirkan.

"Kalau lo ngatain Chanyeol sekali lagi, gue yakin dua biji masa depan lo engga selamat!" bentak gue sambil berdiri, akan menghajar Kak Lay saat ini juga.

"Sudah, Sunhee. Jangan kayak gitu." Jeno menarik-narik tangan gue, berusaha membuat gue tenang.

Kak Lay terdiam. Mungkin ia tak menyangka gue akan semarah itu.

Jelas saja gue marah. Belum minta maaf secara tulus soal hari pertama kuliah, sekarang malah mengejek hubungan gue dengan Chanyeol. Maunya apa?!

"Ko Yixing!" Suara nyaring Fang-fang terdengar dari bawah tangga, berhasil meredakan kondisi panas antara gue dan Kak Lay. Si berengsek itu kemudian berdiri dari lantai, turun menemui adik perempuannya.

Jae langsung melirik ke arah gue. Wajahnya pucat, faktor syok. Begitu pula dengan Jeno yang tak ingin menatap gue.

Tiba-tiba, terdengar jeritan Fang-fang, yang berubah menjadi raungan tangis. Naluri guru anak TK gue seketika timbul, mengintip apa yang terjadi di bawah dari tangga.

"Koko udah bilang, Koko engga tahu lagunya! Kamu masih ngeyel suruh Koko nyanyi. Mana Koko tahu nadanya!"

"Tapi besok Fang-fang ambil nilai nyanyi, Ko! Fang-fang kan kemarin engga masuk, jadi engga tahu lagunya!"

"Buka Youtube coba."

"Fang-fang kan engga ada handphone, Ko! Pake handphone Koko, lah!"

"Handphone Koko lowbat, Fang-fang!"

Fang-fang yang terisak lalu melihat gue yang sembunyi-sembunyi berada di tangga, menonton mereka bertengkar. Kak Lay turut menengok ke arah gue, menarik napas panjang.

"Sini," panggil Kak Lay dengan suara serak. Ragu-ragu, gue turun tangga dan menghampiri kakak-beradik itu.

"Kak Sunhee, Kak Sunhee tau lagu Mary Had A Little Lamb, engga?" Fang-fang bertanya, sambil terisak. Hidungnya masih meler, matanya basah. Persis seperti murid-murid gue di tempat kursus kalau kalah dalam games.

"Tau," jawab gue. Seriously, lagu itu sudah seperti lagu 'kebangsaan' bagi gue sebagai guru yang mengajar anak TK.

Ekspresi Kak Lay tiba-tiba berubah cerah.

"Kak Sunhee bisa ngga, ajarin Fang-fang nyanyiin lagu itu? Sama gerakannya kalau ada."

Gue mengelus kepala Fang-fang sambil tersenyum. "Bisa, dong," jawab gue. Fang-fang lalu tersenyum begitu lebar dan menarik tangan gue ke kamarnya.

Gue berdiri, mulai bernyanyi sambil menggerakkan kepala, tangan, dan kaki seseru mungkin seperti apa yang biasa gue lakukan di kelas.

Fang-fang nyatanya begitu antusias dan begitu baik mengikuti gerakan gue.

Sekitar 1 jam gue mengajari bocah cantik itu menyanyi dan menari, tanpa memedulikan soal latihan band di lantai atas. Adiknya begitu menggemaskan, kenapa kakaknya begitu menyebalkan, ya?

"Ko Yixing, sekarang Fang-fang sudah bisa!" seru Fang-fang, berbinar-binar. Gue menoleh ke arah pintu dan mendapati Kak Lay yang sedang memasukkan handphone-nya ke dalam kantung celana. Sepertinya habis merekam aksi adiknya menyanyi dan menari.

Kak Lay tersenyum, dan gue baru sadar bahwa ia memiliki kedua lesung pipi yang begitu dalam.

"Jae sama Jeno mana?" tanya gue.

"Sudah pulang," jawab Kak Lay lalu menggendong Fang-fang, membuat bocah itu tertawa-tawa.

"Gue juga mau pulang. Engga ada urusan lagi, kan?"

"Kak Sunhee jangan pulang.. Main sama Fang-fang dulu.." Fang-fang menatap gue, dengan puppy eyes yang membuat gue luluh.

"Engga bisa, Fang-fang sayang," balas gue, membuat Fang-fang merengut lagi. Kak Lay lalu menurunkan Fang-fang, membiarkan bocah itu merajuk dan berlari ke lantai atas.

Kak Lay kemudian menatap gue yang serba salah. "Lo bisa pulang."

"Fang-fang gimana?"

"Dia udah biasa ngambek begitu. Maklum, tante gue yang biasa bantu ngurus lagi sibuk ngerawat oma gue yang sakit."

Gue hanya diam mendengar penjelasan Kak Lay mengenai adiknya. Kasihan. Di mana orangtuanya?

"Gue pulang dulu. Salam buat Fang-fang," ujar gue lalu keluar dari pintu rumah Kak Lay.

"Bisa pulang sendiri?"

Gue mengangguk.

"Makasih buat hari ini, Sunhee." Sebuah senyuman kecil terpatri di kedua ujung bibir Kak Lay, sungguh langka baginya yang selalu nyinyir dan julid. Gue tak mengucapkan sepatah katapun, lalu berbalik dan berjalan menuju halte bus, pulang.

Dia kira cuma dia yang bisa bersikap dingin?

Chanyeol pasti akan tertawa mendengar kisah hari ini.

Apartment 69 | Park Chanyeol AU✅Where stories live. Discover now