14. Masa Lalu

783 66 67
                                    

Pov Abimana Bagaskara

15 tahun yang lalu.
.
.

Aku tak tahu apa yang terjadi sebenarnya disini. Semuanya terjadi begitu saja dan tidak ada yang memberi tahuku.

Ibu selalu merasa bersedih semenjak ayah meninggalkan rumah karena sempat bertengkar dengan ibu.

Sebenarnya pertengkaran dalam rumah tangga biasa. Beda dengan ayah, ayah selalu pergi jika bertengkar dengan ibu.

Tetapi setelah menerima pesan singkat dari nomor ayahku ibu sangat bahagia. Tuan Bagaskara memang jagonya meluluhkan hati ibu.

Bagaskara adalah nama ayahku, itu lah mengapa aku dan adik kembarku Gilang Bagaskara memakai namanya di akhir.

Gilang adalah saudara kembarku, sebenarnya umur kami tak beda jauh hanya beda beberapa detik saja. Hanya saja aku yang dilahirkan duluan jadi aku yang menjadi kakak.

Aku dan Gilang kembar tak identik, wajah kami berbeda, begitu juga dengan sikap kami.

Sedangkan Tania adalah nama ibuku, aku dan Gilang sangat menyanyangi keduanya.
Kami berempat ditambah bi Imah tinggal bersama dalam satu rumah.

Bi Imah sangat dekat dengan kita, bukan sebagai pembantu rumah tangga saja bi Imah sudah ibu anggap sebagai ibunya sendiri.

"Saya tunggu ditepi pantai, jam 5 sore"

Itu lah pesan dari nomor ayahku, ibu sangat senang dia mengajak aku dan Gilang untuk pergi bersamanya.

Terlebih, sekarang adalah hari Anniversary ayah dan ibu, mungkin sekarang ayah sedang mempersiapkan kejutan untuk ibu.

Aku dan Gilang sangat bahagia, Gilang berpikir bahwa tindakan ayah dua hari kemarin adalah untuk memberi kejutan untuk ibu. Walaupun cara nya sedikit kasar menurutku.

Ibu menyuruhku dan Gilang untuk bersiap-siap karena jam sebentar lagi menunjukan pukul 5 sore.

Ibu tak mau ayah menunggu terlalu lama disana,

"Gilang, Bim ayo bersiap,Kita harus menemui ayah" teriak ibu.

"Bisa sambil liburan juga yuk"  lanjutnya.

Aku dan gilang sangat bahagia ketika mendengar liburan, ayah selalu sibuk dengan pekerjaan nya kami mungkin hanya 6 bulan sekali pergi untuk berlibur, itu pun jika ayah sempat.

Ibu sengaja tidak menyuruh supir untuk mengantarnya hari ini, ia ingin menghabiskan waktunya untuk keluarga tanpa mengganggu waktu orang lain.

Ibu mengendarai mobil dengan sangat cepat, ia sudah sangat telat.

Ia tidak ingin tuan Bagaskara kecewa nantinya. Jalanan hari ini sangat padat, seolah-olah tidak mendukung dirinya bertemu dengan ayah.

Sesampainya dipantai, ibu tidak melihat apapun yang aneh.
Apa mungkin ayah membohonginya??
Atau karena dia sudah sangat telat, jadi ayah pergi?

Suasana dipantai saat ini sangat sepi, ibu menggandeng aku dan Gilang agar kami tak lepas dari pengawasannya, ia selalu saja khawatir dengan kami.

Aku dan Gilang bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi.?

Kami terus berjalan menelusuri setiap sudut pantai, berharap bisa bertemu dengan ayah.

Hingga disudut terakhir pantai, ibu melihat seseorang memakai jas hitamnya. Sedang berdiri seperti sedang menunggu seseorang.

"Itu ayah sayang" ibu menunjukan kepada kami seseorang yang tak lain itu adalah ayah.

You Are Different [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now