IV - Cliff Dawson

82 19 5
                                    

"Jadi kau berhasil ya, Shane. Selamat. Dunia ini telah berubah sesuai keinginanmu. Kau senang?"

"Siapa kau?"

"Aku? Aku adalah dirimu."

Shane berkata 'tunggu' ketika dirinya telah sepenuhnya sadar dan berada dalam kamar tidurnya. Gadis tersebut mengusap wajah pucatnya dengan perasaan bercampur aduk dan menahan posisi tangannya dalam beberapa detik.

"Apa Tuhan menjawab keinginanku dengan cara seperti ini?"

Ia mengutuk dirinya sendiri dengan sumpah serapah yang ia ciptakan secara spontan jika memang dunia ini merupakan perwujudan dari keinginannya.

"Kau sudah bangun, Shane?" Ibu masuk ke kamar anak tunggalnya tanpa memberi aba-aba sedikit pun, membuat Shane agak terperanjat dari kasurnya.

"Hmm."

Hanya sebuah kata tak berarti dan anggukan singkat yang dapat dilakukan Shane saat ini, membuat Ibu tersenyum tipis dengan maksud menenangkan putri kesayangannya.

"Bagaimana peringkatmu, Shane?"

"Hmm. Aku berada di posisi 568/615."

"Ibu berbeda satu peringkat di bawahmu. Oh iya, Ibu hari ini bertemu dengan seseorang yang mengaku Second loh."

"Cih, apa hebatnya menjadi peringkat atas jika yang dilakukan kejahatan?"

"Tapi Ibu merasa Zilly sepertinya anak yang baik. Tatapan dia menunjukkan kekhawatiran saat kita pertama kali datang."

"Aku tidak merasakan apa-apa."

Shane selalu seketus ini bahkan kepada Ibunya sendiri. Namun, sang Ibu lebih tahu dari siapapun bahwa putrinya itu memiliki hati yang sangat baik. Memikirkannya saja sudah membuat mata Ibu berkaca-kaca sekarang, dan Shane yang sadar akan hal tersebut buru-buru menyekanya dengan ibu jari lentiknya.

"Bu, ayo lakukan tugas kita hari ini. Aku akan keluar rumah terlebih dahulu, Ibu menguntitlah dari belakang. Jika terjadi sesuatu padaku, selamatkanlah aku."

Ibu hanya tersenyum mendengarnya. Shane, putrinya, sedikit demi sedikit mulai menerima kenyataan pahit yang menimpa hidupnya.

***

"Kau tidak apa-apa?"

Seorang pemuda tampan bergaya modern yang berdiri di depan Shane bertanya dengan tatapan khawatir setelah tanpa sengaja--atau mungkin sengaja--kopi semi panas yang ia genggam menubruk bahu Shane. Terasa panas memang, namun setelah melihat wajah tegas dan bentuk tubuh proporsional miliknya, Shane segera melupakan rasa panas kopi tersebut.

"Halo, kau tidak apa-apa?"

Pemuda tersebut melambaikan lengan kekarnya di depan wajah Shane membuat jantungnya semakin berdegup kencang.

"Shane!!!"

Teriakan tidak asing yang memekakkan telinga Shane berhasil menyadarkan Shane dari imajinasinya.

"Ah, Ibu. Ada apa?"

"Kau tidak apa-apa kan? Kau kena kopi panas oleh pemuda--- loh, kau Second kan?"

Shane memiringkan kepalanya dan menatap Ibunya heran.

"Jadi, kau ini betul-betul Second?" tanya Shane yang sekarang sedang duduk bersebelahan dengan Ibunya sekaligus berhadapan dengan Second di sebuah rumah makan kecil yang terletak di desa tersebut.

SHANE : My Different World [COMPLETED]Where stories live. Discover now