17

1.7K 71 8
                                    

Jocelyn menunggu tepat di depan kamar Thomas. Lelaki itu tahu bila kedatangan Jocelyn yang mendadak bukanlah suatu pertanda baik. Perempuan tersebut pasti mulai mencurigainya sehingga Thomas ingin agar Jocelyn berbicara dengannya secara privat, hanya berdua dan tak terdengar oleh orang lain.

"Thomas menunggumu." Ujar Scott dengan pelan pada Jocelyn. Jocelyn hanya tersenyum kemudian berjalan melewati pria tersebut. Baru satu langkah Jocelyn berjalan, Scott tiba - tiba meraih tangannya. Spontan Jocelyn menoleh dengan tatapan bingungnya.

"Aku tahu ada hal yang tidak beres sedang terjadi. Aku hanya ingin memastikan bahwa Thomas baik - baik saja. Aku harap ada seseorang yang mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi." Ujar lelaki tersebut dengan semburat kekhawatiran yang muncul di bola matanya, seakan - akan ia mengode Jocelyn, "Apakah kau bisa memberitahuku apa yang terjadi ?"

"Aku rasa akan lebih baik bila Thomas sendiri yang menceritakannya padamu. Aku tahu bila Thomas sangat tertutup mengenai kehidupan pribadinya. Apabila ia tak mau menceritakannya, aku rasa Thomas merasa bahwa ia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Karena Thomas sendiri pun tak mau mengungkapkan masalahnya padaku." Ucap Jocelyn mantap. Ia meninggalkan Scott begitu saja dengan hati yang getir. Ia merasa bersalah karena menambah beban pikiran pria tersebut. Jocelyn berpikir bahwa Scott sepertinya pria yang baik. Manajer Thomas tersebut terlihat sangat khawatir terhadap keadaan Thomas saat ini. Jocelyn tak bisa memungkiri bahwa Thomas terlalu banyak berahasia sehingga orang - orang di sekitarnya merasa khawatir bila sebenarnya telah terjadi sesuatu pada lelaki tersebut namun ia enggan menceritakannya.

"Thomas..." Jocelyn mengetuk pelan pintu tersebut kemudian ia masuk.

"Tutup pintunya." Titah Thomas tanpa mencoba bangkit dari sofanya. Jocelyn menutup pintu tersebut kemudian terdengar bunyi mesin pintu yang otomatis terkunci.

"Duduklah."

Jocelyn duduk tepat di seberang Thomas sambil membawa mapnya. Ia membuka map tersebut, mencoba bersikap formal di depan Thomas Vann walaupun ia sudah merasa bahwa Thomas tahu apa maksud kedatangannya kemari.

"Aku berniat mengulangi wawancara kita kemarin yang terpotong. Ada beberapa poin pertanyaan yang belum kau jawab. Aku akan membacakannya dan kau akan menjawab pertanyaan tersebut."

Thomas tak menjawab pertanyaan tersebut melainkan membiarkan Jocelyn membuka lembar tersebut satu per satu.

"Menurut kartu identitasmu, kau warga negara bagian Texas. Dimana kau tinggal sekarang ?"

"Los Angeles." Jawab Thomas dengan lugas. Jocelyn menoleh sesaat untuk menatap lelaki tersebut. Mata lelaki tersebut sedang memandangnya tajam. Jocelyn terkejut bila Thomas mau menjawab pertanyaan tersebut begitu saja. Sebelumnya Jocelyn sudah bertanya berulang kali dimana rumah Thomas saat ini namun lelaki itu tak mau menjawabnya sama sekali.

"Dengan siapa kau tinggal saat ini ?"

"Sendiri."

"Apakah kau pernah terlibat dalam hubungan asmara dengan rekan kerjamu ?"

"Tidak."

"Apakah kau pernah terlibat perselisihan dengan rivalmu ?"

"Aku tidak punya rival."

"Baiklah, satu lagi pertanyaan terakhir."

Jocelyn membalik halaman tersebut kemudian ia membaca pertanyaan teratas begitu saja.

"Bagaimana status hubungamu saat ini ?"

Detik itu pula ia tercengang. Ia masih ingat dengan apa yang ia lihat tadi di kantor, sesuatu di jari manis Thomas yang mirip dengan benda yang dipakai Lorraine saat itu.

Marriage DealWhere stories live. Discover now