36

1.3K 55 6
                                    

Jocelyn duduk di dalam mobilnya sendiri. Ia merasa telah mendapat hampir semua jawaban yang ia perlukan untuk saat ini.

"Thomas memakai cincin berinisial LV, Levana dekat dengannya saat itu sehingga Anneliese menyimpulkan bahwa perempuan berinisal LV adalah Levana Vann. Itu sebabnya ia memburu Levana. Padahal bukan Levana yang dimaksud dalam inisial LV."

Jocelyn merasa semuanya semakin jelas. Anneliese memang benar - benar terobsesi pada Thomas. Namun hal tersebut tak bisa diletakkan dalam pembuktian karena tak ada bukti fisik yang ada. Jocelyn berusaha berpikir lagi dan lagi, bagaimana caranya agar ia bisa mengumpulkan bukti yang konkret.

"Bila aku tidak bisa menemukan bukti langsung, maka aku harus memulai dari Messiah."

***

Jocelyn meminta pertemuan mendadak dengan Messiah tetapi asisten yang mengangkat panggilannya tadi berkata bahwa Messiah tidak bisa ditemui. Jocelyn tahu bila pria itu mungkin ketakutan dan sedang bersiap dengan rencana lainnya.

Wawancara Justin dengan Messiah kemarin memang sangat singkat, namun mematikan. Harus Jocelyn akui bahwa Justin sebenarnya telah menangkap basah pria tersebut. Justin tahu bila Messiah adalah pembohong kelas kakap dan Messiah sendiri sudah paham bila Justin ikut mencurigainya.

"John, apakah kau sibuk ?"

"Ada apa Jocelyn ?" Pria itu berusaha halus dengannya.

"Aku ingin kau menemaniku untuk pergi ke stadion."

"Ke stadion ?" John mengulanginya lagi untuk menyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tak salah dengar.

"Iya, stadion. Aku perlu mengamati beberapa hal."

"Jocelyn bukannya aku menolak, tetapi Justin lebih paham mengenai kondisi stadion. Mengapa kau tidak memintanya menemanimu ?"

"John..."

"Justin ada disini juga, aku akan meneleponnya."

Jocelyn mengumpat di dalam hatinya saat John benar - benar menelepon Justin. Ia ingin sekali menghindari semua orang tetapi saat ini ia justru dihadapkan oleh Justin, orang yang paling ia hindari. Kejadian semalam benar - benar masih terbayang di kepalanya. Jocelyn akan gila bila ia selalu mengingat peristiwa di parkiran rumah sakit.

Jocelyn melangkah pergi begitu saja. Ia menekan dirinya sendiri untuk berani menghadapi situasi apapun, bahkan bila nyawanya saat ini sedang terancam. Semuanya ia lakukan untuk membuka tabir kejahatan Anneliese.

"Justin berkata..."

"Lupakan." Sahut Jocelyn tanpa berniat untuk kembali. John mengernyitkan keningnya. Tak biasanya ia mendapati Jocelyn bersikap tak wajar seperti itu.

"John ?" Justin muncul di tepi pintu pria tersebut, membuatnya terkejut.

"Ah, ya Justin."

"Aku memanggilmu berulang kali namun kau justru melamun." Justin beranjak merebahkan dirinya di sofa.

"Mana Jocelyn ?"

"Ia sudah berangkat."

"Sendirian ?"

"Iya, sendirian." Jawab John dengan lugas. Justin mendengus kasar sambil memejamkan matanya sejenak.

"Aneh sekali."

"Justin aku rasa kau harus menyusulnya." Ujar John dengan waktu yang hampir bersamaan dengan Justin. Lelaki itu menoleh menatap wajah John yang sedang gusar sendiri.

Marriage DealWhere stories live. Discover now