24

1.7K 69 2
                                    

Thomas membuka pintu kemudian Lorraine berjalan masuk mendahului lelaki tersebut. Lorraine tersenyum melihat desain interior kamar hotel itu. Ia menoleh pada Thomas kemudian mengedipkan sebelah matanya.

"Selamat datang di istana." Sahut Thomas dengan cepat. Lorraine berlari kearahnya dengan pelukan erat yang sudah ia siapkan sejak tadi.

"Baiklah, kita harus mengunci pintu."

"Ini sangat indah, Ya Tuhan !" Pekik Lorraine senang. Perempuan itu berlari begitu saja menuju ranjang kemudian merebahkan dirinya di atas sana.

"Aku sudah lama tidak pergi ke tempat - tempat bagus seperti ini. Harga sewanya pasti sangat mahal." Gumam Lorraine pelan. Thomas sibuk menata barang bawaan mereka, namun ia tetap mendengarkan Lorraine dengan seksama.

"Aku bisa membawamu keliling dunia." Thomas beralih dari lemari menuju ranjang tempat Lorraine merebahkan dirinya. Lelaki itu memeluk Lorraine dari samping sambil mengelus rambutnya.

"Kau tahu, aku pernah bercita - cita untuk tinggal di suatu pedesaan yang tentram. Cuacanya hangat dan aku bisa melihat danau di depan rumahku. Aku ingin bercocok tanam di depan rumah sambil mengawasi baju yang sedang kujemur disana. Bukankah itu indah ?"

Thomas terdiam sambil mencerna ucapan Lorraine baik - baik, cukup lama hingga Lorraine menoleh karena merasa tak mendapat tanggapan apapun dari Thomas.

"Ada apa ?" Tanya Lorraine dengan bingung saat ia mendapati tatapan mata Thomas tiba - tiba kosong.

"Tak apa. Aku hanya berpikir bahwa kau tidak perlu melakukan hal seperti itu. Kita bisa menyewa pembantu."

"Hei, aku tidak serius dengan ucapanku tadi. Semua orang ingin hidup yang sempurna tetapi hal tersebut tidak bisa terwujud seratus persen." Lorraine tertawa pelan kemudian ia kembali membelakangi Thomas.

"Lorraine, kau berumur 29 tahun sekarang." Celetuk Thomas pelan. Alis Lorraine terangkat sebelah mendengar ucapan Thomas terdengar sedikit aneh.

"Lalu ?"

"Apakah kau tidak berpikir bahwa sudah saatnya kita memiliki anggota keluarga baru ?" Ujar Thomas dengan hati - hati, berjaga bila Lorraine tersinggung karena topik pembicaraan ini benar - benar krusial.

"Anak maksudmu ? Aku tidak pernah berpikir sejauh itu, Thomas." Sergah Lorraine dengan cepat.

"Baiklah, aku minta maaf. Aku tidak akan memaksamu. Aku hanya berpikir bahwa aku bertambah tua setiap hari. Tadi pagi aku mandi dan aku sadar bahwa rambut putihku mulai tumbuh sedangkan aku belum punya keturunan."

Lorraine langsung menoleh untuk menatap mata Thomas lekat - lekat.

"Berapa umurmu sekarang ?"

"Tiga puluh dua, kurasa." Ujar Thomas dengan skeptis.

"Ya Tuhan, kau benar - benar semakin tua." Lorraine menarik sehelai rambut Thomas, membuat lelaki tersebut meringis pelan.

"Lihat, ini ubanmu. Lebih baik kau berpikir mengenai kesehatanmu daripada kau berpikir tentang seorang anak. Sekarang istirahatlah." 

Lorraine meninggalkan Thomas begitu saja. Lelaki itu merutuki dirinya sendiri mengapa ia tidak bisa mengerem mulutnya. Dan sekarang ia berhasil membuat Lorraine semakin menjauh darinya.

***

Lorraine tak terlalu banyak bicara pagi ini. Ia makan dengan tenang tanpa ada interupsi sedikitpun dari pelayan restoran yang sibuk menuangkan minuman untuknya. Sedetik kemudian pelayan tersebut keluar dari sana saat ia sudah selesai melayani Lorraine.

Marriage DealDonde viven las historias. Descúbrelo ahora