Part 3 : Kejutan

5.2K 182 5
                                    


Satu bulan berlalu, hubungan Alisa dan Taufik masih belum bisa dikatakan membaik. Metta semakin sering masuk di kehidupan mereka. Dua minggu lalu, Ibu Alisa masuk rumah sakit karena penyakit maag kronisnya kambuh, mereka tidak memiliki asuransi, uang simpanan pun tidak ada.

Beruntunglah ada Metta yang mau membantu. Alisa tidak bisa berbuat banyak, lagipula tidak ada alasan menolak kebaikan Metta, karena dalam hal ini ia sepertinya membantu dengan tulus. Namun, dengan sikap Alisa dan Taufik yang welcome, membuat Metta salah paham, ia berpikir bahwa Taufik mulai membuka hati padanya. Tapi bagaimanapun, Metta tetap sadar ia masih perlu berjuang. Tidak semudah itu meluluhkan hati Taufik yang sangat mencintai Alisa. Sebaliknya, Metta juga tak ingin menyakiti hati Alisa. Dia semakin tersiksa dengan perasaannya yang ambigu.

***

"Bro, dipanggil Bu Metta ke ruangannya," ucap Dino teman kerja Taufik.

"Mau apa ya, Bro?" tanya Taufik sambil matanya tetap fokus pada layar computer di depannya.

"Mana gue tahu, Bro. Gue Cuma dititipin amanat gitu aja. Mau diajak jalan kali lo. Hahaha." Jawab Dino sambil nyindir. Karena sebetulnya, berita tentang Metta yang naksir Taufik itu sudah jadi rahasia umum di kantor mereka.

"Males ah gue!" Taufik tetap tidak bergeming

"Aduh, lo tuh bener-bener ya, ga bisa ambil peluang banget. Harusnya lo tuh seneng, Fik. Kagak ada dalam sejarahnya, atasan naksir bawahan kere kaya kita-kita. Ini lo menciptakan sejarah baru, Fik. Bu Metta cinta mati sama lo. Kalau aja Bu Metta mau sama gue, langsung gue embat, ga pake mikir berat kaya lo, mikir mulu lo kaya lagi ujian nasional aja." Dino cekikikan.

"Ga lucu tau ga, gue udah punya istri. Titik." Taufik mulai menatap Dino, tajam.

"Yayaya, terserah lo aja deh. Tapi tolong dong, lo temui dulu doi sana, tar dikiranya gue ga nyampein amanat lagi, tar gue yang kena semprot. Oh iya Fik, ada sebuah kejutan buat lo disana, tapi gue dilarang bocorin." Bisik Dino sedikit mendekat.

'Kejutan apa?' bisik Taufik dalam hatinya. Tapi dia malu menyampaikan rasa penasarannya langsung pada Dino. Ia hanya mengernyitkan dahinya sedikit tanda keheranan.

"Hmmm oke lah gue kesana." Taufik bangkit dari tempat duduknya, berjalan menuju ruangan Bu Metta di lantai atas. Batinnya dipenuhi tanda tanya tentang kejutan apa yang dimaksud Dino. Seingatnya, dia tidak sedang ulang tahun, kan?

***

Tok tok tok. Suara pintu diketuk pelan.

"Ya, masuk!" Metta merapikan bajunya. Di lihatnya sekali lagi wajahnya di cermin kecil di pinggir meja kerjanya, diraba bagian bawah bibirnya, takut-takut lipstiknya berantakan sehabis minum teh barusan. Ia harus tampil maksimal, ia tahu yang datang ke ruangannya saat ini adalah seseorang yang belakangan ini menghiasi mimpi-mimpinya.

Taufik membuka pintu perlahan, Metta berdiri dari tempat duduknya.
Satu detik terasa lama, Taufik takjub dengan pemandangan yang dilihat di depan matanya. Ia seperti melihat bidadari turun dari persembunyiannya di kahyangan. Atau mungkin dia sedang bermimpi. Dia diam terpesona, matanya tidak berkedip.

"Eh, Mas Taufik kenapa, saya terlihat aneh ya?" tanya Metta spontan. Sejujurnya dalam hatinya, ia merasa senang menyaksikan ekspresi Taufik. Ia bisa melihat perasaan kagum mulai tampak dari cara Taufik menatapnya saat ini.
Taufik terkejut.

"Oh engg ... engga, kamu terlihat beda." Taufik keceplosan, dan langsung menunduk, malu. Untuk apa dia bicara begitu barusan. Takutnya Metta jadi besar hati. Tapi, siapa yang tidak terpesona saat melihat kejutan ini, kejutan yang dimaksud Dino kini dipahaminya. Iya, Metta wanita yang mencintainya itu kini ... ia lebih terlihat cantik dan anggun, dalam balutan hijab.

KEPINGAN HATI ALISA (Sudah terbit)Where stories live. Discover now