Part 19 : Jus Mangga

9K 273 51
                                    

Alisa keluar dari musala sekitar pukul empat sore. Sengaja ia berlama-lama disana untuk sekedar istirahat. Bukan hanya fisiknya yang lelah, tapi batinnya juga sangat lelah. Ia berkaca diri, menyusuri kejadian demi kejadian yang begitu cepat. Betapa hebat takdir telah membawanya sampai ke titik ini.

Kehilangan banyak hal dalam hidup membuatnya semakin matang. Segala ujian dan nikmat yang ia terima, telah membawanya kepada transformasi hidup yang mungkin tak semua orang bisa dapatkan.

Biar bagaimana pun, Alisa adalah manusia biasa. Ia pernah merasa terpuruk ketika harus kehilangan ayahnya, disusul kehidupan rumah tangga yang jauh dari harapan, lalu ditinggalkan ibunya, bahkan ia harus kehilangan calon anak keduanya. Dan pada akhirnya, rumah tangga yang sempat diperjuangkan pun kandas begitu saja.

Hari ini, Alisa menemukan kembali beberapa bagian dari hatinya yang sempat hilang.

Adalah Reyhan, laki-laki yang pernah menghuni hatinya di masa lalu, kini Allah takdirkan ia datang kembali di hidup Alisa. Setelah sekian lama, mereka berusaha saling melupakan, namun pertemuan ini membuat usaha itu sia-sia. Ada bunga bermekaran di dalam dada mereka tanpa izin pemiliknya. Walaupun demikian, Alisa tidak bisa menjamin betulkah ini jodohnya atau sekedar harapan kosong. Maka, ia tidak berani terlalu menaruh harapan lebih. Ah, betapa cinta membuat hal yang sederhana menjadi seolah rumit tak terkira.

Demi menjaga suasana dan perasaan, Alisa ingin mengembalikan niatnya datang kemari, semata adalah untuk menjenguk Aziza, sahabatnya yang sedang sakit parah. Tanpa ada embel-embel niat yang lain, kendati Reyhan kini hadir kembali di hatinya, itu tak lagi jadi prioritas.

***

Bismillah. Batin Alisa menancapkan niat yang ikhlas. Mendo'akan segala kebaikan untuk Aziza. Perlahan, dilangkahkannya kaki ke luar mushola. Ia kembali berjalan menyusuri koridor demi koridor, menuju Ruang Melati.

"Permisi, Teh."

Seseorang menghampiri Alisa yang sedang berjalan. Dari pakaiannya, Alisa menduga ia adalah petugas kebersihan yang sedang piket.

"Ya, Pak. Ada apa?"

"Anu, Teh. Saya mendapat amanat dari seseorang, suruh menyampaikan ke Teteh. Katanya Teteh ditunggu di kantin itu," jawabnya sambil menunjuk ke arah selatan. Alisa memandang lurus, ternyata memang ada kantin disana.

"Baik, Pak. Terima kasih."

"Sama-sama, Teh."

Tak membuang waktu, Alisa segera berjalan menuju ke kantin tersebut. Tentunya ia sudah bisa menebak siapa orang yang sedang menunggunya.

***

Kantin sudah di depan mata. Pandangan Alisa mencari-cari orang yang sedang menunggunya. Saat bersamaan, pandangannya bertemu dengan Reyhan yang sedang membawakan dua gelas jus mangga ke arahnya. Entah bagaimana mulanya, adegan yang biasa saja ini tiba-tiba berubah menjadi adegan slow motion seperti di film-film. Gamis Alisa yang lebar dan indah serta kerudungnya yang panjang menjuntai, seolah menari-nari tertiup angin sore yang menyegarkan.

Astaghfirullah. Alisa menundukkan pandangannya.

Reyhan menghampiri, lalu menarik bangku terdekat, dan menaruh dua gelas itu di meja yang ada di depannya.
Seolah dikomando, kini mereka duduk saling berhadapan satu sama lain.

"Tadi aku ke musala, habis salat aku nunggu kamu, kok lama ga keluar-keluar dari ruang salat wanita?"

"Aku lelah, tadi butuh istirahat sebentar."

"Ada yang ingin aku bicarakan, Alisa."

Alisa lebih banyak menunduk. Sungguh, dalam kondisi ini, hatinya sangat rawan ternodai. Niatnya bisa kacau balau. Reyhan punya sejuta jurus menaklukkan Alisa, hanya dari satu pandangan saja.

KEPINGAN HATI ALISA (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang