Twenty-One

3.3K 286 39
                                    

I know this is stupid. I know that very well. I wanted to stop, but it was very difficult. When I really want to STOP, I realize that I've loved you, I love you not only LOVE YOU, but I LOVE YOU. And the worst thing of it, that the fact I can not stop LOVE YOU.

🍃🍃

Hari -hari terasa berjalan amat cepat.

Hari berganti menjadi minggu, minggu beranjak menjadi bulan.

Dan, tak terasa sudah tiga bulan Ten dan Johnny menjadi sepasang kekasih.

Tak ada rintangan berarti di dalam hubungan mereka sejauh ini.

Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, meskipun begitu, mereka masih menyempatkan diri untuk memiliki waktu bersama.

Seperti minggu ini, Ten berangkat menuju rumah Johnny pagi-pagi sekali dengan membawa sarapan yang ia buat sendiri.

Membangunkan Johnny, lalu sarapan bersama adalah saat-saat yang terlalu berharga bagi mereka.

Tak perlu pergi ke taman hiburan ataupun ketempat lainnya yang lazim dikunjungi oleh pasangan seperti mereka, cukup menonton televisi dirumah Johnny seperti sekarang sudah amat sangat cukup untuk melepas rindu.

Ten menunduk, menatap Johnny yang tengah manjadikan paha nya sebagai bantal sembari menonton film yang mereka putar dengan serius.

"John?"

"Ya?"

"Berapa lama kita menjadi kekasih?"

Tak lama setelah Ten bertanya, Johnny menatap Ten, mengabaikan sang tokoh utama dalam film yang sedang asik mengoceh.

"Tiga bulan. Kenapa?"

"Tidak, hanya bertanya." Ten menghembuskan nafas perlahan.

"Honey, what happend with you?"

Johnny mengubah posisinya menjadi duduk, menatap lekat manik hitam milik kesayangannya.

"Umm... Janji tidak akan tertawa?" Ten memainkan ujung hoodie yang ia kenakan.

"Janji." Johnny bergumam menjawab, sebelah kanan tangannya sibuk membuka bungkus permen dan memasukkan permen itu ke mulutnya.

"Kau tau, kita sudah cukup lama menjadi pasangan, jadi... Hmm... Kau tau? Bukankah seharusnya kita sudah melakukan... Hmm... Itu?"

1 detik, tak ada respon dari Johnny

2 detik, Johnny mulai meresapi apa yang Ten katakan

3 detik, Johnny menyadarinya.

"OHOK!"

Bukan jawaban, melainkan suara Johnny yang tersedak permen.

Sial.

Siapa yang mengajari Ten hal-hal seperti ini?

Johnny bergegas mengambil minuman di kulkas, menenggaknya sampai habis, lalu kembali ke tempat semula ia duduk.

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Siapa yang menjarimu? Siapa yang mengatakan itu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang