Iceberg vs Shaman

2.5K 148 8
                                    

Rumah baru.

Suasana baru.

Para pekerja yang menyusun interior rumah baru pergi beberapa menit yang lalu. Rumah ini jadi terlihat lebih berwarna setelah semua perabotan dan hiasannya dipasang.

Aku dan Erick duduk di sofa ruang tamu. Sementara Kakak dan Rey sedang di ruang makan. Aku bisa melihat mereka dari sini. Kakak sedang memotong brownies di meja makan dan Rey... Ceh, itu menggelikan. Dia mengekori Kakak kemana-mana. Lihat, sekarang dia sedang memeluk Kakak dari belakang seolah mereka tidak bisa bermesraan nanti saja.

Aku jadi mual.

"Isn't that disgusting?" aku bergumam.

"Hm?" Erick mengangkat kepala dari tabletnya, mengerutkan dahi, "Apa?"

Aku menunjuk ke ruang makan dengan daguku, "Mereka."

Erick terdiam beberapa saat, menatap Kakak yang sedang di peluk Rey. Lalu beralih menatapku. Sesaat dia tertawa kecil.

"Yeah, kurasa kau benar," ujarnya sembari tertawa lagi, "But, disgusting is a strong word, you know."

"Well, ya, memang. Tapi, menggelikan sekali melihat mereka. Apa Rey tidak bisa membiarkan kakakku bernapas dengan lega untuk sejenak?"

Erick menggeleng, tertawa, "Biarkan mereka, Fira. Bukankah pengantin baru memang begitu? Ingin selalu berduaan, bermesraan."

"Apa kau juga?"

"Hm? Aku? Tentu saja jika aku sudah menikah."

Erick tersenyum. Aku menghela napas. Benarkah? Tapi, itu berlebihan. Yeah, mungkin aku akan menyukainya jika aku sudah menikah. Diberikan perhatian seratus persen, dibelai dengan lembut. Aku tentu menyukai itu. Tapi, melihat Rey dan Kakak melakukan hal itu sekarang, itu terlihat memuakkan.

"Haha... hentikan, Rey!"

Suara Kakak samar-samar terdengar dari dapur, namun mereka sudah tidak kelihatan lagi dari sini. Entah apa yang mereka lakukan.

Aku menarik napas dalam, membuangnya perlahan. Aku tidak tahu dari mana datangnya rasa tidak suka ini. Well, aku tahu aku tidak benar-benar membenci Rey, tapi aku merasa kesal tiap kali dia menghabiskan waktu dengan Kakak.

Bukankah aku aneh?

"Kenapa kau tidak menyukai dia, Fira?"

Pertanyaan Erick membuatku menoleh. Sebelah alisku terangkat.

"Rey. Kenapa kau tidak menyukai dia?"

"Dia sudah membuat kakakku menangis."

"Oh? Karena itu?"

"Ya, itu perbuatan yang tidak bisa diampuni. Aku tidak bisa memaafkan begitu saja orang yang sudah membuat Kakak sedih."

Erick tersenyum tipis.

"Kau pasti sangat menyayangi kakakmu."

Aku mendengus pelan, "Tentu saja. Memangnya ada orang yang tidak menyayangi kakaknya?"

Erick tidak langsung membalas. Dia terdiam sejenak, menerawang. Lantas tersenyum tipis. Namun, senyumannya terlihat sedikit masygul. Aku tidak tahu kenapa. Bisa jadi aku saja yang salah lihat.

Suara tawa dari arah dapur kembali terdengar. Aku mengeluh sendirian.

"Ngomong-ngomong, Kak, aku masih tidak mengerti kenapa Kak Rey pindah ke sini," aku mengabaikan suara tawa itu, membahas hal lain, "Ya, aku tahu, orang kaya terkadang membeli beberapa rumah untuk investasi saja. Tapi, rumah yang kemarin kan lebih bagus. Lebih mewah pula."

Mr. Frosty Jerk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang