Akulah yang Dikejutkan

1.6K 131 7
                                    

Kalian tahu, hal pertama yang ingin kulakukan setelah sampai di gedung perkantoran Rey adalah mencari Miki.

Aha, itu mungkin terdengar sedikit aneh. Aku dan dia sudah seperti kucing dan anjing. Tidak pernah akur. Tapi, kali ini aku harus bertemu dengannya. Oi, berita besar seperti ini tidak bisa dilewatkan begitu saja, kan?

Aku penasaran, ingin melihat bagaimana ekspresinya nanti saat dia mendengar berita yang baru kuketahui ini.

Ah, hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat bibirku menyeringai lebar.

Sebenarnya ada banyak hal yang membuatku penasaran sekarang ini. Semakin banyak yang keketahui, semakin banyak juga yang membuatku bingung. Salah satunya, setelah mendesak dua kakak-beradik itu sepanjang perjalanan ke kantor, Rey akhirnya memberitahuku kenapa Lily marah padanya.

Semua itu adalah karena Rey lebih sibuk dengan dirinya sendiri dan terlihat seperti melupakan adiknya. Bahkan Rey sama sekali tidak mengucapkan selamat di hari ulang tahun Lily.

Itu... terdengar sangat sepele menurutku. Bukan masalah besar yang harus membuat Rey memohon maaf pada adiknya. Well, tapi karena aku tidak berada di posisi Lily, aku hanya ber-oh pelan mendengar penjelasan mereka.

Tapi, kurasa ada sesuatu yang lebih besar dari itu. Sesuatu yang tidak ingin mereka ceritakan padaku. Dan sesuatu itu membuatku bertanya-tanya, ada masalah apa sebenarnya dalam keluarga mereka. Terlebih lagi jika ditambah dengan rasa tidak suka Miki pada Rey.

Ini benar-benar membingungkan.

Sampai sekarang tidak ada yang mau memberiku penjelasan kenapa dua kakak-beradik itu bertengkar.

Okay, lupakan itu dulu. Sekarang saatnya mencari keberadaan si Iceberg itu. Dimana kira-kira dia sekarang, ya? Apa sedang berada di ruangan kerjanya?

"Kak Rey," aku memanggil Rey yang berdiri di sampingku. Kami sedang berada di dalam lift sekarang. Berdua saja.

"Hm?" Rey bergumam pelan, melirikku.

"Jadi... Um... Kau benar-benar tidak tahu kalau Lily ada di sini?"

Okay, entah kenapa aku tidak bisa bertanya to the point saat ini.

Pria di sampingku terdiam sejenak, lantas menggeleng, menatap lurus ke depan. Wajahnya terlihat pasif, tidak ada ekspresi apapun di sana. Sejenak aku merutuki diri sendiri. Seharusnya aku tidak bertanya itu. Gurat kegetiran di wajahnya saat berbicara dengan Lily tadi terbayang di mataku.

"Well... Um..." aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal, tiba-tiba merasa awkward, "Ini... Juga mengejutkan bagiku. Ternyata satu-satunya temanku di kampus adalah adikmu."

Rey yang berdiri di sampingku masih diam. Aku menelan ludah, menatap screen panel lift yang menunjukkan angka 11. Sial, rasanya selama beberapa bulan aku tinggal dengannya aku tidak pernah melihat dia seperti ini.

Apa berita ini begitu membuat dia terpukul?

Well, meski Rey mengantarkan Lily ke apartemennya, tapi sepanjang perjalanan tidak banyak yang mereka obrolkan. Keduanya memilih diam-diaman. Hanya berbicara saat kupaksa menceritakan masalah mereka.

Itupun hanya jawaban singkat saja.

"Lily tinggal bersama Miki."

Aku mendongak, pria di sampingku baru saja bersuara. Namun, dari cara dia bicara seolah dia adalah orang yang berbeda. Terdengar datar dan tanpa emosi.

"Setidaknya dengan mengetahui itu," Rey melanjutkan, "Itu sudah cukup bagiku. At least, masih ada Miki yang bisa menjaga dia."

"Ooh, yeah.. Right." Aku lagi-lagi menggaruk kepala yang tidak gatal. "By the way, um... Miki bekerja di perusahaan ini, kan?"

Mr. Frosty Jerk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang