Bab 31 : Perasaan

2.5K 305 21
                                    

Playing_NCT U_Timeless

Visualisasi Ezra dan Osa... Hmmm.... *drum roll*

Jaehyun NCT as Ezra

Lucas NCT as Osa

Who's agree?🏃💨

Yang gak tau mereka berdua siapa, googling fotonya, kalo mimisan, aku nggak tanggung jawab🏃💨

Bab 31 : Perasaan

Di dunia ini mungkin ada dua orang yang akan Sabrina minta bantuannya, yaitu Tasya, dan yang baru dikenalnya adalah Ezra. Beruntunglah Sarina masih mempunyai teman yang bisa diandalkan, meski tidak mungkin untuk waktu yang lama. Rumah Tasya hanya akan dihuni oleh dirinya selama seminggu, dan pasti Sabrina boleh tinggal di sini sampai dia yakin bahwa pulang ke rumah adalah opsi terbaik. Ditinggal Tasya ke rumahnya, Sabrina hanya terduduk di kamar memeluk kedua kakinya. Dia tidak tahu kapan dia bisa keluar dari masalah rumit ini, dan meski dia malu, akhirnya Tasya tahu juga. Bukan sesuatu yang sepele, tapi dengan semangat yang kawannya berikan, Sabrina mencoba untuk mengatasinya.

Dia dengar derap langkah menuju kamar, dan segera dia lap pipi basahnya.

"Akhirnya sampe rumah jugaaa...!" kata Tasya, yang bertugas untuk mengambil barang keperluan Sabrina, karena keluar dari rumah Ezra, Sabrina tidak membawa apa-apa selain yang menempel di badannya.

Sabrina berusaha tersenyum tegar. "Sori ngerepotin."

Tasya merasa bahwa bukan saatnya dia ikut merundung dalam masalah Sabrina, jadi dia akan menjadi Tasya yang ceria seperti biasanya.

"Cuma ginian sih gampang," katanya, sambil menunjukkan pemberian-pemberian ibunya Sabrina.

Sabrina memberanikan diri bertanya, "Tadi ibu gue ngomong apa?"

Sebenarnya Tasya ingin bercerita bagian tangis-menangis, namun melihat selemah apa Sabrina sekarang, dia akan menutupinya.

"Ya... pokoknya dia mau lo pulang, dan ya... kasih waktu lo yang lo mau," jawab Tasya, sungguh dia kasihan kepada kawannya. "Btw ini masa Nyokap lo bawain banyak lauk. Ya ampun...."

Tasya berakting kelaparan. "Sepanjang jalan gue nebak-nebak isinya apaan...!"

Sabrina tertawa samar, dia menerima tas kertas itu dan berkata, "Ya udah makan bareng." Dia membuka isinya, dan tidak pernah menyangka kalau di dalam situ juga ada susu untuk ibu hamil. Di detik itu juga, tangis Sabrina pecah, sampai-sampai Tasya bingung alasannya.

"Maafin Sabrina, Maah!" Sabrina sesenggukkan, mendapati bahwa ibunya masih memiliki perhatian yang begitu besar, sebesar kesalahan fatalnya.

Dia terus sesenggukan, sementara Tasya berusaha menenangkannya dengan cara memeluknya. Semakin dipeluk yang ada Sabrina malah tidak bisa menangis, dia malah meraung-raung memanggil nama ibu dan ayahnya. Di sinilah, saat kau sedang kekurangan kebahagiaan, setidaknya jika kau punya teman yang benar-benar bisa disebut sebagai sahabat, ketenangan itu akan tercipta, meski tidak instan; perlahan hingga kau tersadar bahwa di dunia ini kau tidak mungkin sendirian.

Dan akhirnya setelah satu jam, barulah Tasya bisa menghela napas lega saat dia bisa menyelimuti Sabrina yang sudah tertidur akibat terlalu lelah menangis.

Dia mengusap wajah Sabrina setelah menyingkirkan anak rambut yang menutupinya. Dia tidak pernah menyangka jika nasib sahabatnya akan sesial ini. Biar atas kesalahannya sendiri, Tasya merasa bersalah karena tidak bisa berbuat banyak kecuali akan selalu ada untuknya.

Close To HeartWhere stories live. Discover now