Budayakan vote dan komen setelah membaca.
Follow ig
@ainnunsila
@nadainun_
@ofcdipsha______________________________
Echa mondar mandir di depan kelasnya. Kadang ia duduk di bangku panjang yang dapat di depan kelas kadang berdiri dan berjalan ke sana kemari. Pikirannya gelisah, Echa sangat ingin pergi menemui Dipta lalu menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi setelah itu Echa tidak ingin berurusan dengan pria itu lagi.
Echa tak sengaja menangkap seseorang yang menatap sinis sambil berbisik ke arahnya. Jika terus-menerus begini Echa bisa gila mendadak.
"Gue harus jelasin semuanya." Ucap Echa lalu berjalan menuju ke kelas Dipta, dia sengaja tidak memberi tahu teman-teman nya karena pasti mereka akan mencegah Echa karena sebenarnya mereka memanfaatkan situasi ini supaya bisa dekat dengan teman-teman Dipta.
Echa menunduk takut saat sudah sampai di karidor kelas XI, banyak sekali tatapan yang tersorot padanya. Ingin berputar lalu balik ke kelas menurut nya percuma karena dia sudah terlanjur.
Sekarang Echa sudah berdiri di depan kelas XI A2, rasanya dia malu untuk memasuki kelas itu. Gadis itu tersentak kaget karena tiba-tiba ada suara di dekat nya.
"Nyari siapa dek?" Tanya siswi berkaca mata seraya menatap Echa bingung.
"Itu kak, e-a-aku nyari kak Dipta."
Cewek berkaca mata itu mengangguk lalu memasuki kelasnya. Tidak lama kemudian seorang cowok keluar dari kelas itu.
Echa meneguk salivanya kasar, saat dia melihat sepatu sneakers di bawah. Gadis itu mendongak dan tidak sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan tajam milik Dipta. Hanya beberapa detik sebelum Echa mengalihkan tatapannya ke arah lain.
"An-anu kak, s-saya mau bicara s-sesuatu." Ucap Echa terbata-bata.
"Apa?"
Jantung Echa berdebar sangat kuat, bukan, bukan karena dia sedang jatuh cinta terus gugup. Itu karena dia sedang merasa sangat takut sekarang.
"M-masalah tadi."
Dipta mengangguk pelan lalu menarik tangan Echa untuk pergi dari situ. Jelas Echa kaget tetapi dia hanya bisa diam.
"Jadi?" Tanya Dipta saat posisi mereka sudah berada di taman belakang sekolah.
"Jadi?" Echa malah balik bertanya. Sedetik kemudian gadis itu menggeleng. "Jadi i-tu kak, tadi itu cuma tantangan." Ucap Echa lalu menunduk dia sama sekali tidak berani untuk menatap mata Dipta karena terlalu menusuk baginya.
Dipta diam tidak menjawab apapun menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya.
"Emmm, saya gak berniat kok buat nembak kakak, ja-jadi kakak gak usah anggap itu serius."
"Ja-jadi sekarang kita gak ada hubungan apa-apa, d-dan semua kembali seperti semula."
"Kalo gue gak mau?"
"Eh? Hah?" Echa reflek mendongak. Dia tidak paham dengan ucapan Dipta barusan. "Maksud kakak?"
Dipta mengangkat sebelah sudut bibirnya."Lo tetep jadi pacar gue!" Ucapnya penuh penekanan.
Echa menelan salivanya susah payahnya. Lalu menggeleng kuat. "Nggak mau kak." Ucap gadis itu cepat. Kemudian dia mengatupkan bibirnya saat sadar tatapan Dipta semakin tajam. "M-maksudnya g-gak -m-mau nolak k-kak." Echa terpaksa mengatakan itu. Takut jika tiba-tiba Dipta berubah menjadi Monster lalu memakannya hidup-hidup. Oke abaikan pikiran aneh Echa tetapi benar itu yang sedang ada di otak Echa.
Dipta berdiri. "Pulang tunggu depan gerbang," ucapnya tanpa melihat ke arah Echa lalu pergi meninggalkan Echa.
Echa mengerjapkan matanya. "Mau apa lagi?"
° ° °
Echa membereskan buku-bukunya dengan cepat, bukan karena dia ingin cepat-cepat bertemu Dipta malah sebaliknya dia ingin kabur supaya tidak bertemu Dipta, gak tau kenapa menurut nya Dipta itu memang Monster yang harus di hindari.
"Ko buru-buru Cha kenapa?" Tanya Billa seraya menatap Echa bingung.
"Ada bisnis penting, gue duluan." Ucap Echa lalu gerusukan keluar kelas tidak peduli teriakan teman-teman nya. Echa memperlebar langkahnya supaya bisa cepat keluar dari area sekolah.
Echa menghentikan langkahnya saat melihat seorang cowok yang ada di depan gerbang sekolah, cowok itu duduk di atas motornya sambil memainkan ponselnya. Echa melangkah mundur perlahan supaya langkah nya tidak terdengar oleh Dipta karena posisinya yang lumayan dekat. Saat baru saja berbalik badan dan hendak melangkah suara berat itu menghentikan niatnya.
"Mau kabur?"
Echa memutar kembali tubuhnya lalu menampakkan deretan gigi putih nya saat melihat Dipta yang menatapnya tajam. "Hehe e-enggak kak, c-cuma ada buku yang ketinggalan." Alibi Echa.
Dipta tak menjawab lagi, pria itu memilih menyalakan mesin motornya lalu melihat ke arah spion, di sana Dipta melihat Echa yang masih berdiri di tempat membuat ia menghela napas kesal.
"Naik!"
"Hah?" Echa seperti orang linglung sekarang. Walaupun hati nya menolak untuk naik ke motor kakak kelasnya itu, Echa tetap berjalan mendekat ke arah motor itu.
"Oh jadi ini bisnis penting nya?"
Echa menoleh mendapati ketiga temannya sedang sedang menatap nya sambil mengangguk-angguk, dia sadar jika Billa baru saja menyindir nya.
"Ini tuh terpaksa," ucap Echa sambil menatap kesal ketiga temannya. Dan dia baru saja sadar jika Dipta menatapnya lebih tajam. Dengan cepat Echa menutup mulutnya lalu naik ke motor Dipta.
Tatapan kesalnya sangat terlihat saat melihat teman-teman nya yang terkikik di tempat sambil melambaikan tangan ke arah Echa mulut mereka membuka seolah berkata 'dada'
Selama perjalanan menuju rumah Echa mereka hanya diam, dan hanya Echa saja yang bersuara untuk menunjukan di mana rumahnya setelah itu keadaan hening kembali hanya suara kendaraan lah yang terdengar.
*****
Hemmmmmmm
Jangan lupa votmen okeee..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipsha [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA ] (SUDAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA) PART SUDAH DI HAPUS SECARA ACAK. [#1 teenfiction] [#1 remaja] [#1 fiksi] [#1 Masasma] Memiliki sahabat yang kurang waras emang harus memiliki kesabaran yang besar. Seperti yang Echa rasaka...