4. Tuduhan Tak Beralasan Untuk Arthur

39.3K 3K 117
                                    

Suasana kelas nampak sunyi. Semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh Pak Handi sedangkan guru kimia itu telah meninggalkan kelas. Ia bilang harus mengawasi beberapa anak yang sedang dipersiapkan untuk maju dalam ajang olimpiade kimia.

Shana mencuri pandang pada Arthur. Shana kagum pada laki-laki itu karena Arthur mampu tampil berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Arthur yang tarakhir ia temui tadi malam. Dari mulai cara berpakaiannya, sorot tajam matanya yang terlihat mengintimidasi, raut wajah datar sampai dinginnya, juga Arthur terlihat seperti berandalan. Ya, Shana menemukan banyak sekali perbedaan pada diri Arthur.

Shana sudah menyelesaikan tugasnya sejak beberapa menit yang lalu. Berbeda dengan Agatha yang justru tengah sibuk menyalin jawaban milik Shana.

Shana meletakkan kepalanya di meja dan menatap lekat pada sosok Arthur. Arthur sangat cocok dijadikan figur bad boy atau cool boy yang biasa menjadi tokoh dalam novel yang dibaca Shana.

"Puas lo ngliatin gue?" Arthur angkat bicara. Ia tidak menoleh pada Shana yang berada di samping kanannya namun tentu saja Shana tau bahwa dirinya lah yang tengah disindir Arthur.

Shana membalas dengan menggelengkan kepala. Wajahnya cukup panas karena malu tertangkap basah oleh Arthur sedang mengamati laki-laki itu. Ia menundukkan kepala agar tidak ada yang tahu perubahan wajahnya yang mungkin sudah berhias warna semu merah di pipi.

Bel berbunyi tak lama kemudian. Seluruh siswa kelas XI IPA 2 yang sudah selesai mengerjakan tugas segera bergegas meninggalkan kelas. Beberapa lainnya nampak membuka bekal makanan masing-masing dan duduk berkelompok.

Agatha mengajak Shana ke kantin namun ditolak oleh Shana. Ia beralasan setelah ini harus segera mengumpulkan tugas ke meja pak Handi. Di dalam hati Shana juga menambahkan bahwa ia harus menemui kak Nizar.

Shana mengambil pekerjaan temannya di setiap meja. Ia juga mengurutkannya sesuai nomor absen. Ia tiba di meja Arthur. Wajahnya berubah bingung karena tak ada lembar jawab tugas di atas meja laki-laki itu. Bagian atas mejanya juga kosong, tak ada buku atau apapun.

Shana keluar kelas hendak mencari sosok Arthur dan menanyakan di mana lembar pekerjaannya. Sesampainya di depan pintu kelas ia melihat koridor antara kelasnya dengan kelas XI IPA 3 ramai akibat adanya kerumunan. Terdengar dua orang tengah berdebat.

"Gue tau, lo nggak perlu ngelak. Lo kan yang buat sepupu gue mati. Lo jadi siswa baru pas banget sama meninggalnya sepupu gue. Lo pasti dah ngerencanain kan," kata seorang gadis menggebu marah. Shana menghampiri kerumunan itu dan melihat siapa saja tokoh yang sedang berkonflik di sana. Gadis yang baru saja berteriak marah itu bernama Elisa.

"Dasar lo apa ngomong kayak gitu? Cih, palingan lo cuma cari sensasi, kan. Oh ya, by the way, nama depan lo mirip sama nama belakang gue. Elisa dan Elias. Salam kenal ya. Jangan-jangan kita jodoh. Jadi jaga sikap lo ke gue." Seorang laki-laki yang menjadi lawannya nampak membalas dengan santai. Setelah menyelesaikan kalimatnya, laki-laki itu mengacak rambut gadis di depannya hingga gadis berparas cantik bernama Elisa itu terdiam tak bisa bertingkah. Ya laki-laki itu adalah Arthur dan ia menggunakan pesona ketampanannya untuk membuat gadis bungkam.

Kerumunan bubar tak lama setelah Arthur beranjak pergi. Di sana masih tersisa Elisa bersama dua temannya yang berusaha mengembalikan kesadaran Elisa dari sesuatu yang disebut terbang karena digoda sedemikian rupa oleh anak baru bernama Arthur.

Shana juga ikut meninggalkan keramaian yang perlahan hilang itu. Ia kini berjalan ke arah Arthur pergi. Ia perlu tahu di mana anak baru itu menaruh pekerjaannya.

Sampailah Shana di kantin. Ia melihat Agatha sedang makan sesuatu yang uap panasnya mengepul ke udara dan bisa dipastikan itu bakso, makanan kesukaan Agatha. Ia tak menghampiri sahabatnya itu namun malah mendekat ke meja di mana anak laki-laki berkumpul.

BOOK 1 MISSION SERIES: MISSION IN CASE (Pindah ke Innovel) Where stories live. Discover now