25. Bukan Masa Lalu

9.7K 891 77
                                    

"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang. Maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan.
Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangi kamu daripada perkara tersebut. Agar kamu kembali berharap hanya kepadaNya."
(Imam Syafi'i)

Janganlah seperti orang-orang yang terlalu menjatuhkan pengharapan pada selain Allah. Memang, hati selalu salah mendeskripsikan sebuah harapan. Mereka berharap pada seseorang, berharap pada hal yang mungkin saja akan membuat mereka senang dan bahagia. Seperti halnya seorang yang sedang jatuh hati, terkadang ia berharap suatu saat nanti orang yang ia cintai akan mencintainya juga. Berat,  mereka hanya memikirkan orang itu dan malah melupakan Allah.

Mereka tak mengerti jika Allah adalah pemilik dari seluruh hati manusia. Allah bisa saja membolak-balikkan hati mereka, mungkin pagi ini mereka masih jatuh hati, dan pada sore harinya mereka bisa saja saling membenci. Itulah seharusnya mereka lebih berharap pada sang pemilik hati, terlihat sia-sia jika mereka terlalu berharap pada seseorang yang dititipkan hati dari sang pemiiknya.

Jangan terlalu berharap pada makhluk Allah, maka hanya kekecewaan sajalah yang didapatkan.


Saya bukan Nazmal, hanya kata itulah yang sejak tadi berputar-putar di pikiran Asfa. Kata yang lebih menyakitkan yang pernah ia dengar. Kata yang tak pernah ia pikir akan terucap di mulut lelaki itu. Ia berharap, berharap pada sosok yang muncul diingatannya selalu, berharap pada pemiik lengkungan senyuman itu. 

Lelaki itu benar-benar mirip dengan suaminya, namun entah kenapa tatapan yang lelaki itu sorot kepadanya malah terlihat asing. Asfa tak mengenal tatapan itu, lelaki itu malah semakin meyakinkan Nazmal hanya dengan tatapan itu.

Asfa memejamkan matanya tak kuasa saat Zain berbicara saat ini.

"Baru kali ini saya terusik oleh orang lain. Saya merasa terganggu, dan saya minta jangan pernah libatkan saya dengan apapun. Saya bukan Nazmal, maaf jika saya berbicara seperti ini pada kalian, tapi saya berkata jujur. Tolong jangan ganggu saya lagi."

Semuanya terdengar perih ke ulu hatinya. Asfa yang sejak tadi terus mengepalkan tangannya tiba-tiba membuka matanya yang sejak tadi terpejam dan mengeluarkan air matanya setetes. Ia langsung berdiri dan mengejutkan semua orang. Sambil mengeluarkan air matanya, ia langsung berjalan menuju pintu dan membukanya

"Astaghfirullah, Asfa!!!!" seru Rumi yang langsung terkejut melihat Asfa keluar tiba-tiba.

Hujan masih mengguyuri kota Madinah, bahkan langit pun sepertinya tak mendukung semuanya. Ridwan langsung  bangun dan mengejar Asfa. Ia panik setengah mati melihat Asfa sudah berada di bawah guyuran hujan dan berlari entah kemana.

Ridwan langsung berlari merasa masa bodo dengan bajunya yang nanti akan basah, yang ia pentingkan saat ini hanyalah Asfa. Ia tak bisa membiarkan Asfa seperti ini, wanita itu bisa jatuh sakit dan itu beresiko pada kandungannya.

Sedangkan, saat ini Asfa berlari tak peduli akan kemana. Ia hanya bisa menangis di bawah guyuran hujan, menyamakan tangisannya dengan hujan yang sangat deras. Ia menangis dengan pilu, perih rasanya melihat sosok itu lagi. Lebih baik Nazmal tak ada dan tak kembali seperti ini, ia merasa menderita saat lelaki itu berbicara seakan-akan Nazmal menyuruhnya untuk pergi.

"Asfa!!!" Asfa langsung menengok dan melihat Ridwan menghampirinya.

Asfa yang sejak tadi berlari pun seketika tangannya ditahan oleh Ridwan. Ridwan mampu membuat Asfa berhenti, hingga saat ini Asfa berada di hadapan Ridwan. Asfa menunduk, ia mencoba menutupi matanya yang mulai sembab. Ia sesenggukan sambil menatap tanah yang basah.

Izinkan Aku Memilikimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang