Chapter 16 : A Pleasant Destiny

438 73 1
                                    

_Cupid : True Love "A Pleasant Destiny"_


Gelap. Berat rasanya untuk membuka kedua kelopak matanya. Apakah ini yang namanya neraka? Ia berusaha menggerakkan jemarinya. Berusaha membuka mulutnya. Berusaha menajamkan pendengarannya. Kosong. Sepi? Dimana ini?

"Yein-ah.. bangunlah."

Suara itu sangat familiar. Karena suara itulah ia perlahan membuka kelopak matanya. Menangkap cahaya silau. Kemudian beralih kesosok lelaki paruh baya yang menatapnya senang.

"Yein.. kau sudah sadar? Hoseok-ah, cepat panggil dokter." Ucap lelaki itu.

Tidak lama seorang dokter datang. Ia memeriksa denyut jantung Yein dan matanya. Kemudian berkata pada lelaki paruh baya itu kalau keadaannya normal. Setelah percakapan singkat, dokter itu meninggalkan mereka. Dokter? Kenapa ada dokter? Ia belum mati?

"Yein-ah.. ini ayah... ayahmu.." ucap lelaki paruh baya itu setelah jaraknya sangat dekat dengannya. Tangan kasarnya mengusap rambut Yein dengan lembut.

"A... yah?" gumam Yein pelan.

"Syukurlah.. Yein-ah.. ayah sangat merindukanmu." Ucap Jaeseok sembari memeluk Yein.

"Yein-ah... kau kenal aku kan?" tanya lelaki yang lebih muda dari ayahnya itu.

"Oppa... Hoseok.. oppa." Panggil Yein pelan.

"Astaga, adik kesayanganku yang paling cantik. Akhirnya kau bangun juga. Kau sadar kan kalau kau ini bukan putri tidur?" oceh Hoseok.

"Yak anak ini! Adikmu baru siuman kenapa kau malah bercanda." Omel Jaeseok hanya di balas cengiran oleh Hoseok. "Kau mau apa nak?" tanyanya kembali pada Yein.

"Ayah.. aku sudah merasa lebih baik. Kaki ku sudah bisa digerakkan. Bolehkah aku... aku ke rooftop sebentar? Tidak usah menemaniku, aku hanya ingin sendiri disana." Ucap Yein.

Walau awalnya ragu, akhirnya Jaeseok mengizinkannya. Jadilah sekarang, Yein duduk di rooftop memandang lurus seorang diri. Kenapa ia hidup kembali? Bukankah ia gagal dalam tugasnya?

"Malaikat maut serba hitam yang menyebalkan, kau dengar aku?" ucap Yein. Ia tidak yakin V ada di dekatnya. Ia tidak bisa melihat sosok itu lagi. "Apa ini tidak salah? Kenapa aku disini? Bukankah aku harusnya mati?"

Hening. Hanya suara hembusan angin yang menjawab pertanyaan Yein.

Yein menghela napas berat. Udara dingin terasa menusuk kedalam kulitnya. Padahal saat ia menjadi arwah, udara disini tidak sedingin ini. "Kira-kira apa yang akan kau katakan kalau aku menanyakan itu?"

Apapun keputusan Tuhan, apapun takdir yang kau dapat, kau harus menerimanya. Percayakan kalimat itu baik-baik.

"Baiklah, aku tidak akan banyak bertanya. Aku akan menjalani kesempatan hidupku untuk lebih baik." Ucap Yein. Kemudian ia tersenyum. Senyuman tulus pertamanya setelah ia terbangun dari komanya.

"YEIN-AH!!"

Yein bangkit. Ia segera menoleh dan membulatkan matanya menatap lelaki yang sangat dirindukannya kini sudah berdiri di depan pintu rooftop dengan keringat dan napas yang tidak teratur.

"Jung Yein!" panggil lelaki itu lagi. Jungkook. Lelaki itu berlari menghapus jarak antara diantara mereka. Hingga jarak itu tidak tersisa, Jungkook memeluk Yein erat. Sangat erat seakan-akan kalau ia melepaskannya, Yein akan pergi meninggalkannya.

"Oppa.." bisik Yein. Ia menangis di dalam pelukan Jungkook. Ia senang bisa memeluk Jungkook lagi. "Aku sangat merindukanmu." Ucap Yein.

"Maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan aku."

CUPID : TRUE LOVEWhere stories live. Discover now