Part 47

32.2K 4.4K 826
                                    

Jambi mana suaranya😂😂😂

Ada ngak ya😕😆

Yuk follow ig ngana di munfazila, yang munfazila93 juga boleh, tapi jarang rang rang banget aktif😅

Lanjut cuzzzz masih Atthar yas😂

------------------------*****---------------------------

Skiip

Laki-laki itu tampak bersemangat, dan pancaran bahagia tampak jelas diwajahnya. Tepatnya esok hari ia akan wisuda gelar Doktornya. Namun bukan itu yang membuatnya bahagia, melainkan akan bertemu dengan keluarganya beberapa waktu lagi. Tadinya ia ingin menjemput kedatangan semuanya dibandara, namun ia disuruh menunggu.

Sembari menunggu, laki-laki yang tak  lain adalah Atthar, ia duduk dibalkon kamarnya selama hampir 4 tahun lamanya tersebut, kamar yang menjadi saksi perjuangannya dalam segala hal. Entah itu perjuangannya dalam mendapat ilmu, ataupun perjuangan saat ia benar-benar merasa kerinduan yang begitu dalam pada keluarganya.

Beberapa tahun silam saat pertama kalinya menginjakkan kakinya ditempat asing ini, ia sudah bertekat akan satu hal, ia harus selesai tepat waktu, dan benar memanfaatkan waktunya hanya untuk menimba ilmu bukan hal lainnya, ia ingin memenuhi semua ucapan istrinya, bahwa ia kesini bukan untuk hal apapun kecuali untuk ilmu.

Mengenai godaan, Atth tak munafik, sangat banyak hal itu menghapiri dirinya, ia mungkin tidaklah setampan tokoh utama dinovel-novel, dimana tampannya mengalahkam dewa yunani, namun bukan berarti godaan tak pernah menghampirinya.

Atth tidak mengatakan dirinya seorang yang sholeh, namun ia selalu menganggap godaan yang datang sebagai ujiannya, ujian yang nantinya akan ia dapatkan nilainya setelah ia menyelesaikan ujian tersebut.

Perginya kamu bukan hanya ujian untukmu, tapi juga untukku dan pelajaran sekaligus jawaban untuk anak kita.

Sepenggal ucapan sang istri selalu menjadi do'a untuknya, berdo'a agar apapun bentuk ujian itu harus bisa ia lewati.

Lamunan Atth buyar mendengar bel, dengan cepat ia berlari membukakan pintu, namun kerutan tampak diwajahnya, mewakili pertanyaan yang belum sempat ia ucapkan.

"yang lain mana Pa"tanpa menjawab salam Papanya, pertanyaan itulah yang keluar dari mulutnya

"kita masuk dulu"itulah yang keluar dari mulut laki-laki paruh baya itu, Atth memprediksikan, itulah ia dimasa tuanya.

"minum Pa" Atth berucap sembari meneliti raut wajah laki-laki dihadapannya, raut wajah Papanya tidak bersahat, sinyal itulah yang Atth tangkap. Namun ia juga tidak bisa menunda pertanyaannya

"kenapa hanya sendiri"nada kecewa terdengar jelas diucapan Atth, dan Atth sudah memprediksi hal ini akan terjadi meski ia tidak tau landasan dari prediksi tersebut.  Beberapan hari lalu istrinya mengirim pesan, isinya mengatakan bahwa mereka akan berangkat sehari sebelum hari wisuda Atth namun entah mengapa Atth tidak mempercayainya, dan hal itu ternyata benar adanya.

"selesaikan dulu urusan disini, setelahnya kita akan pulang"bukan jawaban, batin Atth melihat punggung sang Papa perlahan menghilang

Jangan bertanya mengapa ia tidak menanyakan sesuatu tentang Zhi pada orang-orang terdekat Zhi, karna memang Atth tak banyak tau akan orang-orang disekeliling istrinya itu.

-------------------------****----------------------------

Atthar Pov.

Sejak datang, hingga saat ini kami sudah tiba di Indonesia, Papa tak banyak membuka suara, kini kami tengah dalam perjalanan menuju rumah, kami sampai jam setengah sembilan malam dirumah disambut mama dengan senyum lembutnya, layaknya saat-saat kepulanganku dulu, saat masih bujangan. Bak tradisi ia selalu menungguku selarut apapun dan mencium keningku saat aku kembali dari perjalananku.

"anak Mama sehat"pertanyaan yang sama selalu dan pasti ia tanyakan

"Alhamdulillah Ma. . Sikecil mana?"tanyaku, dan Mama tersenyum haru

"dulu pasti nanyanya makanan kesukaanya ada, sekarang sudah anak saja"ucap mama memelukku layaknya anak kecil, mungkin benar kata orang, setua apapun kita, tetap anak kecil dimata orang tua.

"mereka sudah tidur"ucap mama, entah perasaanku, tapi dengar suara mama berubah

"ooh, Ibu dan anak itu, masak suami dan Ayahnya pulang tidak ditunggui"candaku, walau aku tau, Zhi dan sikecil memang sering terlelap jam segini.

"masuk"ucap mama, dan akupun langsung meninggalkan keduanya, menuju kamarku.

Aku membuka pelan kamarku, bau khas bayi langsung memyambutku, bau khas yang sudah lama tidak aku cium, walau tidak lagi bayi, ternyata Zhi masih memperlakukan sikecil layaknya bayi, batinku.

Aku menghidupkan lampu, walau nanti akan diomeli jagoanku, tapi tak mengapa, aku rindu omelannya. Namun setelah lampu dihidupkan, aku membeku ditempatku, banyak hal kini diotakku, namun bak dituntun, aku berjalan mendekat kearah ranjangku. Aku memperhatikan keduanya yang tampak menggenggam erat satu sama lain, mereka tak menghiraukan cahaya diatasnya.

 Aku memperhatikan keduanya yang tampak menggenggam erat satu sama lain, mereka tak menghiraukan cahaya diatasnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ma. . Pa"suaraku terasa berat, tapi tetap keluar, karna aku tau kedua orang tuaku mengikutiku

Azril Rahandika Alfariq
Azhirah Putri Alfariq

Dua nama yang mengguncang sanubari, airmataku jatuh kasar tanpa kendaliku, aku mengerti meski tidak dijelaskan, jawaban sudah aku temukan, walau belum mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang belum aku temukan jawabannya hanya dimana Ibu dari anak-anak ini, mengapa ia tak ada diantara keduanya, ia sosok yang sangat menyayangi anak-anaknya, jika tidak terjadi sesuatu, ia takkan meninggalkan keduanya.


"dimana Istriku Ma. . Pa. . ?"

Mawar BiruWhere stories live. Discover now