Part 51

32.2K 4.3K 237
                                    

Jangan lupa follow ig kita ya sis😂😂😂 di munfazila

Okaaay langsyung sajjah baca.

Vote n comment jangan lupa em, biar tambah semangat 💪📚😂

-----------------------******--------------------------
Waktu subuh menghampiri, laki-laki itu melepas pelukannya dan turun dari ranjang rawat sang istri, ia hanya melepaskan sekali tubuh sang istri dari pelukannya saat perawat mengecek kondisi wanitanya itu.

Masuk kekamar mandi rumah sakit, ia berwudhu, setelahnya menggelar sajadah tepat disamping ranjang rawat sang istri, ia menghadap Tuhannya sembari memohon kesembuhan untuk wanitanya, setelahnya ia kembali duduk disamping sang istri sembari menatap dalam wanitanya yang masih setia dengan mata tertutupnya.

Mata tidak sepandai lidah dalam menyampaikan rasa

Siapapun bisa melihat apa yang tengah dirasa laki-laki itu dari matanya, luka dan kecewa, cinta dan kerinduan yang menjadalam dan yang paling dominan adalah kegelisahan dan ketakutan.

Ia kambali menitikkan airmatanya, dan membenamkan wajahnya disisi ranjang sang istri sembari tetap menggenggam tangan yang sudah dingin dan pucat, detak jantung istrinya masih ia dengar, namun ia seolah sudah dihadapkan pada kematian, entahlah ia amat sangat takut, bukan karna ia pernah diposisi yang sama, melainkan takut akan benar adanya sang istri tidak akan kembali kesisinya dan kedua buahhatinya.

Ia mencintai istri pertama, iya. Dia mencintainya, dan ia juga menangis, namun ia mencoba ikhlas akan kehendak yang Maha Kuasa saat itu, karna baginya melihat orang yang ia sayangi menderita akan hidupnya, lebih baik ia kehilangan jika itu menghilangkan rasa sakit dari orang yang ia cintai.

Ia ikhlas, karna ia dan istrinya sudah melalui semuanya bersama, ia ada setiap saat istrinya membutuhkannya, dan ia melihat bagaimana sang istri melawan rasa sakitnya, karna itu ia bisa mengikhlaskan takdir istrinya.

Berbeda dengan kali ini, ia merasa ingin menentang takdir sang istri, ia merasa semua tak adil, istrinya melewati banyak masa sulit, dan tak satupun ia ada disisi sang istri, walau ia tidak bisa disalahkan, namun dirinya tetap menyalahkan diri sendiri akan apa yang menimpa istrinya.

Setahun 12 bulan, istrinya hamil setelah sebulan kepergiannya kala itu,  dan anaknya harus dipaksa keluar saat usia 7 bulan dalam kandungan, dan ia tidak pulang selama 14 bulan lebih. Dan itu artinya sang istri sudah dalam keadaan seperti ini lebih kurang setengah tahun lamanya, namun Atth, laki-laki itu tidak mengikhlaskan jika harus istrinya diambil dari sisinya.

Entah apa yang membuatnya tidak mengihlaskan itu semua. Apa ia ingin wanita yang ia cintai sakit berkepanjangan, tentu tidak, karna dulu ia pernah mengihlasakan wanita yang ia cintai meninggalkannya dari pada hidup dengan rasa sakit.

Apa ia tidak mencintai istrinya saat ini, karna itu ia egois meminginginkan sang istri tetap bertahan disisinya walau setelah sekian banyak penderitaan yang ia hadapi sendiri.

Jawabnya, alur dan kisah yang ia lewati saat bersama istri pertama dan keduanya berbeda, karna itu pula kadar rasa dan cintanya berbeda. Dan lagi Ia bisa ikhlas akan istri pertamanya, karna ia sudah melakukan yang terbaik,  namun untuk istri keduanya, apa yang sudah ia lakukan??

"kenapa? Tanya serak, sembari meremas pelan tangan sang istri
"apa salahku padamu, sehingga kamu tega melakukan semua ini padaku"lanjutnya memcium tangan sang istri yang ada digenggamannya
"aku tau kamu bukan orang yang suka melihat orang lain tersakiti, tapi dengan melakukan ini semua, kamu sudah menyakiti suami kamu sendiri sayang. Kamu menyakiti aku"Atth mengeluarkan isi hati dan kepalanya

"kamu tidak melibatkan apapun aku didalam hidupmu, sama saja kamu tidak menghargai aku sebagai seorang suami untuk kamu, seorang ayah untuk anak-anak kita. Itu adalah kesakitan yang paling memuakkan"
"kesakitan itu mungkin memiliki penawar, jika kamu melakukan semua ini bukan untukku, tapi tidak, kesakitan itu berkali lipat aku rasa, tau akulah alasanmu melakukan ini"
"kamu bodoh dalam hal mencinta sayang, tidak begini yang seharusnya, Tidak dengan menanggung rasa sakit sendirian"

Mawar BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang