Chapter 5

7.3K 1.1K 24
                                    



Suara gemericik air membuyarkan lamunan Taehyung yang memilih menginap di rumah Yoongi. Rasanya baru saja ia merasa dirinya hidup kembali setelah 3 tahun terakhir, kenyataan pahit harus kembali ia terima. Seseorang itu mengirimkan dua foto ke ponselnya, foto Jungkook yang sedang tertawa di sebuah kafe memang tidak mengganggunya sama sekali.

Namun foto kedua yang membuat Taehyung harus berpikir dua kali soal niatnya untuk mengajak Jungkook kencan setelah sekian lama. Di dalam foto itu, Jungkook yang sedang tertawa dengan tangan pria di atas kepalanya, seperti tengah mengacak rambutnya. Mereka terlihat menikmati kebersamaan.

Taehyung tersenyum miring, dengan mata yang sarat akan kekecewaan Taehyung lagi-lagi harus menertawakan dirinya sendiri yang membiarkan dirinya kembali jatuh. Mau marah juga Taehyung terlalu berprinsip, yang bukan siapa-siapa memang tidak akan punya hak apa-apa.

"Kau oke?" Taehyung berjalan ke arah dapur, membiarkan pertanyaan itu tanpa berniat untuk menjawabnya sedikit pun. Terlalu cepat, kemarin begitu melayang kini harus jatuh tak terbayang. Taehyung menyeduh kopinya sendiri, tersenyum kecil karena dulu lemari dapur Yoongi tidak sepenuh ini. Taehyung iri? Sangat.

"Bukannya ada yang harus kau urus hari ini? Kenapa kembali berbaring?" Taehyung menyalakan tv, memindahkan dari chanel yang satu ke chanel yang lain. Dia sesungguhnya hanya ingin diam dan enggan menjawab pertanyaan orang-orang. Bahkan Appa Kim sekali pun.

"Yah, kau tuli?" Taehyung melirik sekilas ke arah Yoongi yang sedang mengerutkan keningnya.

"Hyung, tolong tinggalkan aku sendiri." Yoongi mengangkat bahu acuh tak acuh, bersiap pergi untuk menjemput Jimin lalu pergi bekerja bersama.

"Jangan lupa mengunci pintu jika sudah mau pergi." Taehyung mengangguk malas, matanya masih menatap layar tv. Tidak ada yang menarik untuk dikerjakan olehnya sekarang. Mungkin semesta hanya ingin mempermainkan dirinya.





Berkunjung lagi ke taman kota seperti kemarin, taman yang dulu sering ia kunjungi tentu saja dengan kekasih hati, Kim Taehyung. Jungkook ingat kemarin reaksi Taehyung saat menginjakkan kakinya di sini biasa-biasa saja, mungkin pria itu sudah melupakan kenangan mereka berdua di tempat ini. Jelas, apa yang bisa Jungkook harapkan dari seseorang yang menurutnya sudah tersakiti olehnya? Tidak ada.

Akan sangat tidak tahu diri kalau Jungkook masih berharap Taehyung mencintainya. Tapi kecupan di bibir kemarin rasanya masih sama, masih membuat debar yang menyisakan kebahagiaan. Keinginan Taehyung untuk memeluk Jungkook juga sulit dipercaya karena bisa saja Taehyung sedang dibawah pengaruh alkohol.

Setelah memyetujui ajakan mantan pacar untuk sekedar sarapan pagi di kafe dekat kantor, pikiran Jungkook akan selalu sama. Tidak ada yang bisa memperlakukannya semanis dan selembut pria bermarga Kim itu.

Jadi begini, 3 tahun lalu Jungkook memutuskan untuk berpisah saja dengan Taehyung, dengan alasan ia tidak bisa melakukan hubungan jarak jauh. Waktu itu Taehyung harus pergi ke Jepang, menempuh pendidikan di sana. Merasa bersalah sampai detik ini, karena Taehyung sebenarnya masih ingin mempertahakan hubungan, Taehyung mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Setahun kemudian Jungkook tidak pernah lagi mendengar kabar Taehyung yang seperti di telan bumi. Hilang dari pandangan, membuatnya nyaris seperti orang gila mencari keberadaan Taehyung. Bukan hanya Taehyung, orang-orang terdekatnya pun sama; tidak memberikannya ruang untuk sekedar mengetahui kabar Taehyung.

Hingga akhirnya Jungkook memilih ajakan berpacaran dengan salah satu seniornya; Oh Sehun. Bisa dibilang Jungkook adalah orang paling berdosa, ego menyelimuti dirinya yang waktu itu benar-benar membutuhkan sosok seperti Taehyung. Sosok yang selalu ada untuknya.

Sehun dijadikan pelarian oleh Jungkook mungkin kurang lebih enam bulan lamanya tapi setelah Jungkook kembali sendiri. Walaupun Sehun memiliki sifat yang sangat dicari-cari oleh orang banyak, tapi Jungkook hanya ingin Taehyung membuka hatinya lagi untuknya.

Lalu sekarang keduanya bertemu lagi, bukan hal yang bisa Taehyung atasi. Jungkook sadar itu, sadar bahwa dari hari pertama bertemu lagi setelah 3 tahun, Taehyung sedang memenjarakan dirinya sendiri. Terlihat dari gayanya bicara yang dingin.

Jungkook merasa sesuatu ada yang salah dengan pria yang lebih tua darinya itu. Jungkook pagi ini sudah mengirim pesan selamat pagi namun sampai sekarang belum juga mendapat balasan, padahal kemarin Taehyung mengirimnya ucapan selamat malam.

"Taehyung, apa kali ini aku punya kesempatan itu?" Jungkook bermonolog sendiri, air mancur kecil di depannya dijadikan objek untuk bertukar pikiran. Dalam imajinasi Jungkook, air mancur itu adalah Taehyung yang sedang tersenyum sembari menganggukan kepalanya. Merentangkan tangan, menunggu Jungkook masuk ke dalam pelukan.

Apakah Jungkook semenyedihkan itu?




Taehyung memilih meja di pojok ruangan, sengaja agar tidak ada orang yang menganggu acara meratapi nasibnya. Masuk ke restoran dekat Sungai Han, menikmati semilir angin yang berhembus. Menciptakan afeksi tersendiri bagi hatinya yang sebenarnya sedang terpuruk juga otaknya yang terus-menerus mengatai dirinya bodoh.

Taehyung tidak menyadari kehadiran Jimin yang sebenarnya sedari tadi sudah mengikutinya. Tanpa Taehyung beberkan, Jimin sudah tahu pasti sesuatu telah terjadi. Sebegitu kuatnya persahabatan mereka. Pandangan Taehyung tidak terlepas dari sungai Han di bawah sana, sedangkan seseorang telah meminum milkshake coklat hingga tinggal setengah.

"Yah, aku bukan batu. Ajak aku bicara." Taehyung terhenyak, menggumamkan kata yang tidak terlalu jelas di telinga Jimin. Taehyung mendelik tidak suka, karena mungkin beberapa menit kemudian dirinya harus kembali memesan.

"Dan lihat ini sejak kapan uri Taehyungie menjadi Eunwoo yang suka milkshake coklat." Taehyung berdecak, menjauhkan tangan Jimin dari gelas berisi minuman kesukaan Eunwoo katanya padahal alasan Taehyung memesan itu karena minuman itu adalah minuman kesukaan Jungkook. Ironis.

"Kau mengikuti-ku? Aku sedang ingin sendiri." Taehyung berucap samar-samar, Jimin sibuk memilih menu di depannya. Tiba-tiba dia jadi lapar.

"Setidaknya pesankan dulu makanan untukku, nasi goreng tuna." Sudah Taehyung duga, Jimin akan memintanya untuk ini. Padahal Jimin bisa meminta pada calon suaminya, Taehyung hanya bisa menendang kaki Jimin di bawah meja sampai terdengar "Yah!".

Taehyung mengedarkan pandangan untuk mencari seorang pelayan di restoran tersebut, tetapi yang dilihatnya kini hanya pria imut dengan pakaian santai berjalan melewati pintu masuk sendirian.

"Lihatlah bukankah itu Jungkookmu? Jungkook!" Taehyung berniat membekap mulut Jimin tapi telat karena Jungkook sudah melihat ke arah mejanya. Bisa dilihat dengat jelas pria itu malu-malu kucing saat Jimin menyuruhnya untuk makan bersama.

Jungkook mencuri pandang pada pria di depan Jimin yang tidak memberikan reaksi apa-apa padanya. Hanya menatap Jimin tidak suka lalu sibuk dengan ponselnya.

Nasi goreng tuna Jimin sudah di atas meja, dengan cepat Jimin menghiraukan kedua orang yang masih enggan menyapa. Jungkook duduk dengan tidak tenang, Taehyung benar-benar tidak meliriknya sama sekali. Apa maksudnya? Jungkook tidak mengerti.

"Wae? Ada sesuatu di wajahku?" Jungkook menggeleng gugup ketika netra Taehyung menatap miliknya. Tatapannya tidak sehangat kemarin, apa Taehyung sedang bercanda?

"Jim aku harus kembali ke kantor, sampai bertemu di sana." Setelahnya melenggang pergi, membuat Jimin dan Jungkook melirik satu sama lain.


We were so in love, now are we still?

Feel again | vkook✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang