Bab 13

8.8K 664 45
                                    

"Sasuke?" Napasku akhirnya kembali normal, dan aku bisa bicara lagi. Tangan suamiku berlarian dari puncak kepala hingga ke pinggangku, seperti di pagi hari ketika aku terbangun dalam pelukannya.

"Ya, Sakura?" Sasuke tersenyum ketika bibirnya menyentuh dahiku.

"Apa ... um ..." aku terdiam, entah bagaimana cara menanyakan ini. Apapun yang baru saja dia lakukan padaku, aku tidak dapat mendeskripsikannya. Meskipun napas dan kerja jantungku sudah normal, namun kakiku rasanya masih berdenyut-denyut, dan aku yakin belum bisa berdiri. "Um ... tadi itu apa?"

"Itu," kata Sasuke, "adalah hal yang bisa dilakukan seorang suami pada istrinya. Itulah yang seharusnya kaurasakan tiap kali kau bercinta dengan suamimu."

Senyum Sasuke semakin lebar ketika dia mengecup pelipisku. Sejenak, aku memikirkan ucapan Sasuke dan apa yang telah dia lakukan pada tubuhku. Sensasinya sungguh tak dapat dikendalikan. Apa dia juga merasakan hal yang sama?

"Apa itu juga yang kaurasakan?"

"Sepertinya tidak persis sama," kata Sasuke, "tapi kuyakin itu pasti mirip."

Tidak heran Sasuke menatapku seperti itu jika itulah hal yang dia inginkan. Aku memejamkan mata, dan berusaha mengingat dengan persis seperti apa rasanya. Meskipun baru terjadi beberapa menit yang lalu, ingatan itu tidak memudar, tapi rasanya ada yang kurang. Seolah-olah sensasi itu hanya bisa dialami, bukan diingat. Apa Sasuke juga merasakannya? Sepertinya tidak. Ketika tangan Sasuke berada di antara kedua kakiku, menyentuh dan mengusapnya, aku menjerit, tak mampu menahan diri. Namun, Sasuke tidak begitu. 

"Apa kau ... merasakannya? Baru saja?" Kubuka mata dan menoleh pada Sasuke. Dia tersenyum dan sejenak melirikku sebelum menjawab.

"Tidak ... tidak sekarang. Aku akan merasa seperti itu ketika aku ada di dalam dirimu."

Tangan Sasuke menyentuh sisi wajahku, dan ibu jarinya mengusap tulang pipiku. Sasuke tersenyum dan matanya berkilauan dalam cahaya api yang memudar.

"Percayalah padaku," kata Sasuke lembut, "ketika aku merasakannya, kau akan tahu."

Wajahku kembali memerah, dan aku membenamkan kepalaku di dadanya. Aku kembali teringat dengan reaksiku terhadap sensasi itu. Apa yang akan dilakukan Sasuke ketika dia merasakannya, dan bagaimana supaya aku tahu? Itu hal yang sungguh hebat dan luar biasa. Karena Sasuke tidak merasakannya saat ini, apa dia menyesali hal yang telah dia lakukan padaku?

"Bukankah seharusnya kau ... um ... merasakannya?" tanyaku. "Maksudku, bukan hanya aku?"

Tangan Sasuke menyentuh pipiku dan aku menoleh untuk kembali memandangnya.

"Aku benar-benar menikmati sentuhan tanganmu di tubuhku," kata Sasuke. Alisnya sedikit terangkat dan dia menyeringai. "Jika kau terus menyentuhku seperti itu ... ya, beruntung kau cepat berhenti."

"Kenapa?"

"Karena aku berjanji untuk memberimu waktu sampai kau benar-benar siap," jawab Sasuke singkat. "Dan jujur saja, aku menginginkanmu di sini - malam ini. Aku masih menginginkanmu. Tapi aku akan menunggu sampai besok."

Karena aku tahu Sasuke tidak akan senang jika membantahnya tentang hal ini, jadi aku mengangguk saja. Sebenarnya, aku sudah terlalu letih untuk menjawab. Sasuke kemudian menggeser posisiku sedikit, lalu kembali merebahkan kepalaku di dadanya. Kupejamkan mata, samar-samar menyadari bahwa gaun malamku masih mengitari pinggang, lalu aku jatuh ke dalam tidur yang paling nyenyak dalam hidup. Saat aku membuka mata lagi, malam masih gelap, namun tubuhku rasanya santai, tenang, dan nyaman. Tak sedikit pun muncul rasa takut ketika berada di dekat Sasuke.

Requiem for a DesireWhere stories live. Discover now