Bab 27

4.4K 515 54
                                    

Sasuke tidak pulang ke kamar kami malam itu, tapi menurut keterangan Kakashi, dia juga tidak kembali ke kamar Ino. Keesokan paginya barulah aku menemukan Sasuke sedang berada di lapangan, latihan bersama anak buahnya. Dia menghampiriku sebentar hanya untuk menyuruhku pergi dan tidak kunjung kembali ke kamar kami hingga larut malam. Aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal itu, karena ada masa di mana Sasuke perlu waktu sendiri dan berpikir dalam kesendirian, mungkin saat ini salah satunya.

Keesokan harinya, seorang bayi perempuan memberkati keluarga Namikaze. Orang tuanya menamai bayi lucu itu Yukari. Kutemani Ibu Rin mengunjungi Akane, Naruto, dan bayi kecil itu selagi Sasuke tetap tinggal di kastil untuk menjaga Ayah Obito. Kesehatan Raja semakin buruk dan dia tidak sanggup lagi melakukan perjalanan. Ayah Obito akan menunggu dua minggu untuk bertemu dengan cucunya, barulah Yukari akan dibawa ke Konohagakure.

Itu pun jika Sang Raja masih dapat bertahan hidup.

Yukari adalah seorang bayi yang cantik dan memiliki mata biru cerah serupa dengan ayahnya. Meskipun aku agak cemburu dan juga menginginkan anak sendiri ... anak dari Sasuke ... namun tidak dapat dipungkiri lagi aku sangat bahagia melihat sukacita Akane ketika dia menggendong Yukari di dadanya. Naruto berdiri diam di belakang mereka dengan kedua tangannya bertumpu pada bahu Akane dan ekspresi bangga nampak di matanya.

Kami hanya beberapa hari di Takumi, tapi ketika kami kembali ke Konohagakure, Sasuke langsung bilang bahwa dia harus melakukan perjalanan ke utara dan pergi meninggalkan kami. Ketika aku menanyakan hal ini, Sasuke hanya menggeleng dan tidak mau memberitahuku tentang detailnya. Dia sudah siap untuk berangkat.

Sasuke bahkan tidak menunggu sampai pagi datang untuk meninggalkan Konohagakure.

Ketika Sasuke kembali, suasana hatinya kian memburuk, dan dia memarahi semua pelayan yang dia temui. Ketika aku mencoba bicara dengannya tentang hal ini, Sasuke juga ikut membentakku sebelum menghentak keluar dari kamar kami.

Lagi-lagi, Sasuke tidak kembali ke kamar malam harinya dan Kakashi memberitahuku bahwa Sasuke latihan hingga larut malam bersama prajuritnya di lapangan dan memutuskan untuk tidur di barak pasukan.

Bahkan ketika musim dingin datang, Sasuke juga lebih sering menghabiskan hari-harinya berlatih di lapangan dan mengajari para prajurit baru. Dia akan berada di sana sampai larut malam, sering tidur di barak pasukan, dan hanya kembali ke kamar kami ketika dia cukup yakin aku sudah tidur. Seiring berjalannya waktu, jenggot Sasuke mulai tumbuh, tapi ketika aku menawarkan untuk mencukur mukanya, Sasuke langsung bilang dia tidak punya waktu dan menyarankan kami untuk melakukannya di lain hari.

Selagi aku berusaha untuk menghormati keinginan Sasuke, tubuhku juga jadi dingin seperti sorot matanya ketika menatapku. Aku tidak lagi melihat hasrat atau keinginan Sasuke untuk memilikiku seperti yang dulu.

Sasuke bahkan tidak pernah lagi memelukku sejak malam yang kami habiskan di gubuk kayu.

Aku berusaha meyakinkan diri sendiri - Sasuke benci dipaksa untuk melakukan ini, dan dia ingin akulah yang melahirkan anaknya - tapi dibiarkan duduk sendiri di kamar kami hampir tiap malam terasa sangat membebani.

Aku merasa gagal sebagai istrinya, bahkan rasa gagal kali ini melebihi ketika kami baru menikah.

Bukan hanya karena aku tidak mampu memberi Sasuke anak, tapi dia juga menghindar dari aku sepenuhnya, sampai-sampai aku bahkan tidak punya kesempatan untuk hal-hal sederhana yang biasa kulakukan untuknya setiap hari. Sasuke jarang makan akhir-akhir ini, sekali pun makan, dia akan makan di tempat lain. Rambut serta janggutnya tumbuh lebih panjang. Dia tidak lagi memintaku membaca buku untuknya, seperti kebiasaan kami sejak aku mempelajari alfabet, dan dia tidak pernah lagi membelai rambutku.

Requiem for a DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang