Bab 29

5.3K 550 129
                                    

Meski aku tahu, tapi tetap saja suara terompet yang membahana membuatku kaget.

Kulihat sekeliling kastil. Tidak dapat kuhitung jumlah orang yang hadir di sini, ada peniup terompet, bangsawan, dan rakyat biasa. Walaupun aku tahu sebagian besar dari mereka tinggal di dalam kastil dan beberapa tinggal dekat dari sini, tapi rasanya tidak sebanyak ini jumlahnya.

Ketika belajar mengenai Kerajaan Konohagakure, Sasuke memberitahuku ada sekitar tiga ribu orang yang terdiri dari pria, wanita, anak-anak, tua dan muda yang tinggal di wilayah yang mengelilingi kastil. Sepertinya keseluruhan dari mereka ada di sini sekarang.

Mereka ada di sini untuk menyaksikan penobatan Raja baru.

Para utusan langsung keluar tengah malam, mereka mengumumkan kematian Raja Obito dan penobatan Raja Sasuke pada saat yang bersamaan. Upacara ini hanya sebagai formalitas saja - suatu tontonan bagi masyarakat luas - karena mahkota telah ditempatkan di kepala Sasuke begitu ayahnya meninggal dunia. Kerajaan tidak bisa ada tanpa raja - walaupun sebentar.

Aku teringat kejadian dini hari tadi.

Kuikuti Sasuke kembali ke kamar Raja, dan langsung berhadapan dengan Ibu Rin yang hancur hatinya. Kupeluk Ibu Rin, menopangnya agar dia tidak jatuh ke lantai selagi Sasuke bergegas mendekati tempat tidur Ayah Obito. Aku menatap Sasuke, tak mampu mengalihkan pandangan darinya. Dia sentuh tangan ayah angkatnya. Sasuke langsung mundur dan bahunya agak gemetaran.

Para dewan kerajaan telah berkumpul di lorong ketika berita wafatnya Raja Obito tersebar di seluruh kastil. Pendeta Sarutobi mendekat, mengitari aku dan Ibu Rin saat berjalan menuju sisi Sasuke. Pendeta Sarutobi bicara pelan pada Sasuke, aku tidak dapat mendengar ucapannya. Pendeta Sarutobi juga meraih tangan Ayah Obito, dan kemudian menyentuh wajah dan sisi lehernya. Pendeta Saruto kembali berdiri tegak dan berbalik ke arah pintu kamar yang tetap terbuka.

"Raja telah wafat!" seru Pendeta Sarutobi mengumumkan. Dia kembali menghadap Sang Raja, lalu mengambil mahkota dari kepalanya. Sasuke berdiri mematung ketika simbol kepemimpinan ditempatkan di atas kepalanya. "Panjang umur Sang Raja!"

"Hidup Raja Sasuke! Hidup!" sahut suara-suara dari belakangku. Sasuke perlahan berbalik ke arah mereka semua, wajahnya masih pucat dan tatapan matanya terlihat syok.

Requiem for a DesireМесто, где живут истории. Откройте их для себя